08 • Es Cendol

5K 429 7
                                    

Warning!
Part ini mengandung banyak sekali typo!
Happy Reading!
*****

"Udah kenyang nangisnya?"

Kenzie yang mendapat pertanyaan seperti itu mendelikan wajahnya, kedua matanya masih mengeluarkan air mata dan bibirnya yang bergetar di iringi dengan isakan kecil.

Sudah hampir dua puluh menit Kenzie menangis perihal luka yang di lengannya. Sekarang tangisan anak itu sedikit mereda meskipun tidak sekencang tadi.

Telapak tangan Revan dengan setia terus mengelus punggung Sempit suami kecilnya yang berada duduk di pangkuan nya.

"Hiks tangan Evan hiksd itu pa-pasti sakit huwaaa."

Revan menghela napasnys, dia memijat pelipisnya. Telinga berdenging kala suara tangisan anak itu yang baru saja mereda kembali mengencang tepat di samping telinga nya.

"Enggak sayang, tangannya udah gak sakit kok. Kan tadi udah di obatin sama kamu." Ucap Revan lembut, di situasi seperti ini ia sengaja mengubah gaya panggilan nya yang asalnya lo-gue menjadi aku-kamu.

Kepala yang asalnya ia taruh di bahu Revan dengan wajah yang menghadap leher lelaki jangkung itu, Kenzie tegakkan. Pemuda manis itu menatap suaminya dengan mata berair, wajah sembab, hidung memerah, dan bibirnya melengkung.

Revan yang melihat wajah Kenzie yang seperti itu gemes sendiri, dengan cepat ia menggigit pipi bulat anak itu yang terlihat seakan ingin tumpah membuat sang empunya memekik sakit.

"Akh hiks Revan sakit."

( mon maaf, dejavu)

Revan terkekeh pelan mendengarnya, ia mengelus pipi Kenzie yang baru saja dia gigit. Ia memeluk tubuh suami kecil nya yang membuat kepala Kenzie menyender di dada bidangnya.

"Udah selesai nangisnya?" Tanya Revan yang di anggukan kepala oleh Kenzie.

"Mau es cendol." Gumam Kenzie tiba-tiba.

Sementara, sang lekaki dominan yang mendengar gumaman tersebut tersedak ludah nya sendiri. Es cendol? Di jam segini? Emang ada yang jualan? Ini masih pagi, jarum jam baru saja menunjukkan pukul 08:47 wib di tambah cuaca yang mendung gini.

Revan menganggukan kepalanya. "Iya, nanti siang kita beli." Balas Revan.

Kenzie menggelengkan kepalanya sebagai menanggapi, ia sedikitt mendongakan kepalanya, kedua mata nya kembali membuat Revan gelagapan sekaligus heran.

Apa dia salah mengucapkan kata hingga membuat anak itu kembali menangis? Tapi jika di ingat kembali ia tidak mengucapkan kata-kata menolak, tapi yang ada dia mengiyakan nya.

"No hiks mau sekarang." Ah jadi ini masalahnya?

"Sekarang baru aja jam sembilan kurang belum buka, nanti siang aja gimana? Sekalian beli jajanan yang lain." Ucap Revan.

Kenzie kembali menggelengkan kepalanya, ia ingin es cendol itu sekarang bukan nanti siang, kelamaan. "Gak mau nanti hiks mau sekarang." Balas nya di selingi isakan kecil.

"Hiks Evan mau es cendol, es cendol." Rengek Kenzie mengulang karena sebelumnya Revan mengubris.

Terdengar helaan napas dari Revan, lelaki itu berdiri dari duduknya dan menahan tubuh Kenzie dengan sebelah tangan. "Iya sayang nanti siang, kalo sekarang belum ada yang buka." Sshut Revan sambil berjalan menuju dapur.

Kenzie kembali menaruh kepalanya di bahu lebar Revan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher lelaki jangkung itu, salah satu tangannya melingkar kebelakang leher Revan.

"Es cendolnya mau sekarang Evan, gak mau nanti hiks." Imbuh Kenzie.

Revan diam tidak menjawab perkataan Kenzie, ia bukannya tidak mau membelikan Kenzie es cendol. Pasalnya sekarang masih pagi, siapa yang jualan es cendol pagi-pagi seperti ini?

REVZIE || Slow UpdateWhere stories live. Discover now