10 • Dendamnya Kenzie

4K 347 19
                                    

Warning!
Part ini mengandung banyak sekali typo!
Happy Reading!
*****

Tidak terasa libur semester satu telah usai, suasana sekolah yang sudah di tinggalkan selama sekitar dua mingguan kini ramai kembali. Di salah satu kelas, Kenzie lagi ngemil kripik pisang yang di belinya tadi di kantin sambil nonton.

Ini hari pertama sekolah, biasanya di hari pertama murid murid di bebaskan dari mata pelajaran dan tidak ada tugas. Dan juga ini semester dua, menandakan jika anaka kelas dua belas kurang lebih dari dua bulan lagi akan melaksanakan Ujian.

Dan biasanya sebelum ujian, mereka akan di sibukan dengan tugas-tugas yang diberikan yang banyaknya dua kali lipat dari semester sebelumnya. (Gue ngarang)

Suasana kelas Kenzie ini terdengar ramai, tapi ia sama sekali tidak terganggu dengan suara mereka. Daffin duduk di bangku samping, lelaki itu juga ikut nonton apa yang Kenzie lihat.

Sedangkan Revan, entahlah. Sedari tadi ia tidak melihat suaminya itu dan yang membuatnya Kenzie kesal adalah Revan tidak memberinya kabar kalau ia ada dimana.

Pesan yang di kirimnya pun tak kunjung di balas. "Jangan cemberut gitu, jelek." Sahut Daffin yang menyadari perubahan raut wajah sahabat nya itu.

Mendengar itu Kenzie mendengus, tangannya terangkat, menabok kepala sosok setan di sampingnya ini. "Kamu kali yang jelek." Balas Kenzie.

"Enak aja! Gue itu tampan bukan jelek, yang jelek mah lo, tiba-tiba aja muka lo cemberut kek babi tahu gak? Padahal sebelumnya kagak." Imbuh Daffin tak terima ketika dirinya di katai jelek, ganteng gini.

"Kamu ya yang babi!" Sembur Kenzie tak terima.

"Iya Daffin itu tampan, tampan di mata monyet, kalo di mata Ken itu sebelas dua belas sama orang utan." Sambung Kenzie.

"Daffin kan kembaran monyet."

Daffin melotot kan matanya mendengar itu. "Lo induk babi!" Balas Daffin.

"Daffin monyet!"

"Lo ba---"

"Bicara itu sekali lagi, berarti kamu yang induknya." Potong Kenzie cepat.

Ia kesal yang awalnya kesel sama Revan doang kini bertambah kesal sama Daffin juga yang mengatainya induk babi, padahal ia itu induk untuk anak-anaknya kelak bukan induk babi.

Kenzie berdiri dari duduknya, ia menatap Daffin yang juga menatapnya. Karena posisi meja mereka ini deket jendela dan Kenzie yang duduk sambil nyender ke tembok.

"Awas." Ucap Kenzie pada Daffin yang tak kunjung menyingkir dari bangkunya.

"Mau kemana lo?" Tanya Daffin dan mempersilahkan Kenzie keluar dari bangkunya.

"Kembaran monyet gak usah tahu!" Balas Kenzie ngegas.

Setelah mengatakan itu, lelaki manis itu beranjak pergi keluar kelas tanpa membawa ponselnya yang ada di mejanya dan masih menyala menayangkan tonton yang tadi ia tonton dengan Daffin.

"Lah ngambek?" Gumam Daffin pelan.

Kenzie berjalan seorang di koridor kelas yang terlihat ramai. Ia keluar kelas bertujuan untuk mencari Revan tak kunjung memunculkan barang hidungnya.

Kenzie menuruni satu persatu anak tangga sambil memakan kripik pisang yang tersisa sedikit lagi, ia membuang bungkusan itu ke dalam tong sampah.

Turun ke dari lantai tiga ke lantai satu melalui tangga itu sangat melelahkan, padahal lift tersedia dan kenapa Kenzie malah memilih menuruni anak tangga satu persatu. Entahlah, dia hanya ingin.

REVZIE || Slow UpdateWhere stories live. Discover now