19 • Aneh

2.5K 247 1
                                    

Warning!
Part ini mengandung banyak sekali typo!
Happy Reading!
*****

















Huek.

Revan memuntahkan makanan yang baru saja dimakan nya di wastafel, rasanya benar-benar terasa hambar dan aneh. Lelaki jangkung itu baru saja memakan nasi goreng semangka yang di inginkan Kenzie.

Revan tidak membelinya, melainkan membuat kalaupun ia nekat untuk mencari di luar mana ada yang jual. Revan kira setelah ia membuat nya anak itu akan memakan nya ternyata malah ia yang di suruh untuk memakannya.

Katanya perutnya kenyang, soalnya saat Revan membuat nasi goreng semangka itu Kenzie menghabis beberapa bungkus biskuit. Padahal itu hanya alibi Kenzie setelah melihat hasil nasi goreng semangka yang di inginkan nya terlihat tidak meyakinkan jadi Kenzie menyuruh Revan untuk memakan nya.

Kenzie menatap suami nya yang mengeluarkan isi perutnya setelah memakan nasi goreng tersebut. Lelaki manis itu memijat tengkuk Revan berharap rasa mual yang lelaki itu rasakan segera hilang.

Sang empu membasih berkumur dan membasuh mulut nya setelah di rasa, rasa mual nya hilang. Wajah Revan mendadak pucat setelah memuntahkan semua isi perutnya, Kenzie yang melihat itu merasa bersalah, ia memeluk tubuh Revan menyembunyikan wajahnya di dada lelaki jangkung itu.

"Evan maaf~~~"

Revan menganggukan kepalanya lemas, ia tidak ingin menanggapi lebih, tubuh nya terasa sedikit lemas. Lelaki itu membalas pelukan Kenzie sejenak, lalu berjalan untuk mengambil minum tanpa melepaskan pelukan mereka.

Lelaki manis itu mendongak, menatap Revan dari bawah yang sedang menegak minum nya. "Maaf Evan..." Ujar Kenzie sekali lagi.

Revan menyimpan gelas nya di meja, ia sedikit menundukan kepalanya untuk melihat wakah Kenzie. Kedua mata suami kecil itu nampak berkaca-kaca dan wajah nya yang terlihat merasa bersalah. "Udah jangan nangis, gue gak papa." Ucap Revan.

Ia membawa tubuh Kenzie kedalam gendongan koala nya, Kenzie membenamkan wajahnya di bahu Revan. Walaupun Revan mengatakan seperti itu, tetap saja ia merasa bersalah karena sudah membuat lelaki itu muntah-muntah.

Dapat Revan rasakan bahunya basah, ia menghela napas pelan sebelum mendudukan dirinya di tepi kasur. Mereka berdua sekarang berada di kamar.

"Tatap gue Ken."

*****

Hari semakin larut, jarum jam menunjukan waktu sekitar dua belas kurang. Di waktu yang hampir tengah malam ini Kenzie maasih terus terjaga, lelaki manis itu tiba-tiba saja terbangun semenjak lima belas menit yang lalu karena ia yang tiba-tiba menginginkan sesuatu lagi.

Bukan dirinya sih tapi ini kemauan bayinya. Mata Kenzie melirik kesamping dimana Revan yang sedang tertidur pulas, Kenzie menghela napas pelan ia mulai membangunkan lelaki jangkung itu.

"Van, Evan...."

Sang empu bergumam tidak jelas menanggapi panggilan dari Kenzie, pemuda manis itu mendengus dan mencoba membangunkan Revan sekali lagi. "Van, bangun dong." Rengek Kenzie.

Revan yang memang dasarnya sangat mengantuk pun dengan terpaksa membuka kedua matanya ketika mendengar suara rengekan dari suami kecilnya serta guncangan yang dia rasakan pada tubuhnya, kedua mata lelaki jangkung itu terlihat sangat merah menandakan jika ia benar-benar sangat mengantuk.

"Apa Ken? Ini udah malem, kenapa bangun?" Tanya Revan, ia menatap Kenzie sebentar sebelum kembali menutup matanya lagi.

Lelaki itu membawa tubuh yang lebih kecil dari nya masuk ke dalam dekapannya, memeluk pinggang Kenzie dan membenarkan selimut yang menutupi tubuh mereka dan hanya menyisakan bagian kepala saja.

"Jangan tidur lagi Evan." Pinta Kenzie kembali merengek.

"Gue ngantuk Ken, biarin gue tidur." Balas Revan dengan suara yang terdengar seperti berbisik.

Revan sedikit mengubah posisi tidurnya mencari posisi yang nyaman sambil memeluk Kenzie, lelaki jangkung itu menghadapkan wajahnya kearah leher jenjang milik Kenzie.

Sedangkan sang empu, yang merasakan deru napas suami nya yang terasa hangat di lehernya pun menggeliat kan pelan sebab merasakan geli. Telapak tangan Kenzie yang terlihat kecil itu menutup hidung Revan agar deru napas nya tidak menerpa kulit leher dan membiarkan telapak tangan nya merasakan hangat napas lelaki itu.

"Singkirin tangan lo dari hidung gue." Suruh Revan berucap lalu menyingkirkan telapak tangan Kenzie dari hidungnya.

"Haishhh, kalo gak di halangin leher Ken geli Evan." Imbuh Kenzie memberitahu.

Revan diam tidak menanggapi perkataan suami kecilnya, lelaki itu malah semakin menjadi membuat seluruh tubuh Kenzie meremang di buatnya. Sang empu menarik tubuh nya begitu saja dari dekapan Revan karena lelaki itu tidak mendengarnya.

Kerutan di dahi pemuda manis itu terlihat ketika ia yang merasa kesusahan menarik tubuhnya dari dekapan Revan karena lelaki itu memeluk tubuhnya begitu erat. Kenzie terus bergerak berusaha melepaskan pelukannya membuat Revan dengan terpaksa yang kedua kalinya membuka mata.

"Diem Ken! Jangan banyak gerak, kalo yang di bawah bangun karena kesenggol lo mau tanggung jawab?" Peringat Revan mendongakan kepalanya keatas membuat pergerakan Kenzie terhenti.

Lelaki manis itu sedikit menunduk, menatap suami nya dengan tatapan bingung. "Emang di bawah ada apa?" Pertanyaan yang terdengar begitu polos terucap begitu saja di bilah bibir Kenzie.

Revan sedikit menggeram mendengar pertanyaan polos dari Kenzie, lelaki itu mengubah posisi nya dalam sekali gerakan. Kini, Revan berada di atas tubuh Kenzie dengan kedua tangan yang menumpu di masing-masing sisi untuk menahan tubuh nya.

Kenzie semakin bingung dengan situasi sekarang, sungguh otaknya sekarang sama sekali tidak bisa di ajak kompromi, otak saat ini bekerja sangat lambat bahkan ia membutuhkan beberapa waktu untuk memproses situasi seperti ini.

"Mau ngapain?" Tanya Kenzie dengan alis yang mengkerut.

Revan diem tidak menjawab, lelaki itu menatap intens wajah suami kecilnya---ah tidak lebih tepatnya sedari tadi kedua mata Revan menatap intens bibir Kenzie.

*****

"Semalam Revan liar banget ya Ken?"

Kalimat itu terlontar dari bilah bibir Daffin, saat ini mereka sedang berada di kelas. Revan sedang pergi ke ruang OSIS untuk mengambil sesuatu, kelas mereka saat ini terlihat begitu damai.

Karena sekarang masih pagi, belum banyak siswa dan siswi datang. Kenzie mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan seperti itu, ia tidak paham maksud kata liar.

Daffin paham maksud dari ekspresi wajah yang di berikan sahabatnya itu. "Leher lo merah, Ken." Celetuk Daffin yang membuat Kenzie reflek menutup bagian lehernya dengan kerah baju meskipun percuma.

Wajah lelaki manis itu tiba-tiba saja terlihat merah, Kenzie kembali teringat dengan kejadian semalam. Mereka berdua semalam hampir kembali melakukan hubungan di saat Kenzie lagi hamil muda, sangat rentan keguguran jika melakukan hubungan sex di trimester awal.

Dan semalam Revan cuman membuat tanda di lehernya tidak lebih beruntung warna tidak kontras, terlihat samar. "Keliatan banget ya fin?" Daffin menggelengkan kepalanya.

"Enggak terlalu sih, kalau kejauhan gak keliatan, kalau deket agak keliatan. Dikit." Jawab Daffin.

Kenzie kembali diam setelah mendengar jawaban dari Daffin, ia sedang tidak mood untuk meladeni sesuatu. Sang empu menatap sahabat nya itu dengan tatapan aneh. Tidak biasanya Kenzie banyak diam seperti ini, biasanya anak itu banyak ngomong.

"Hari ini lo aneh Ken, banyak diem." Imbuh Daffin.

Kenzie mendelik tidak suka ketika Daffin mengatainya aneh. "Aku lagi gak mood buat apa-apa, dan satu lagi Ken itu gak aneh! Yang aneh itu kamu dari tadi banyak ngomong! Berisik tahu gak? " Sembur Kenzie membalas.

*****
Tbc.
19 Juni 2023

REVZIE || Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang