Chapter 2

167 211 20
                                    

Selesai sarapan, aku pun bergegas pulang.

"Kamu istirahat aja dulu, karena kita bakal ketemu orang penting malem ini," ucap kakek yang melihat kedatanganku.

"Siapa orang itu?" tanyaku penasaran.

"Nanti kamu juga tau," jawab kakek yang tidak menjawab rasa penasaranku sama sekali.

"Apa sih kok main rahasia-rahasia!" kesalku.

"Aduh aduh kenapa adik cantikku ini cemberut?" tanya kak Alvaro yang tiba-tiba saja datang.

"Loh? Kok kakak ada di sini?" tanyaku heran. Pasalnya yang aku tahu kak Alvaro seharusnya sedang berada di Italia sekarang untuk mengurus salah satu cabang perusahaan kami.

"Kok kamu keliatan nggak suka gitu sih ngeliat kakak pulang cepet?" tanya kak Alvaro balik.

"Bukan gitu. Emang urusannya udah selesai? Ada masalah apa sih sama perusahaan?" tanyaku beruntun.

"Anak kecil nggak boleh tau. Mending sekarang kamu istirahat sana. Kakak tau kamu semalem tidur di rumah sakit, kan? Kebiasaan," kata kakak sambil mencubit hidungku.

Aku mengaduh kesakitan "Aduh sakit tau, kak. Pulang-pulang kok jadi ngeselin sih?! Udahlah tinggal di Italia aja sana. Kakak kan betah banget di sana. Kalo ke sana bisa nggak pulang berbulan-bulan."

"Itu kan karena pekerjaan, sayang. Bukan kakak yang mau," balasnya.

Keningku mengkerut. "Perusahaan di Italia berjalan bidang apa sih? Kayaknya bermasalah mulu. Mending di jual aja sebelum bangkrut tuh perusahaan."

"Pengen tau aja deh. Lagian nggak semudah yang kamu bilang. Orang waras pasti nggak mau beli perusahaan kita di Italia itu," jawab kakak.

"Alvaro!" Kakek tiba-tiba memanggil nama kakak dengan mata melotot.

"Aduh kakak ke kamar dulu ya, mau istirahat." Setelah mengatakan itu kakak pun langsung lari ke kamarnya.

Aku yang melihatnya merasa kebingungan. Kenapa juga dengan ekspresi kakek tadi? Banyak sekali hal yang membuatku penasaran saat ini, tapi aku mencoba untuk menghiraukannya dan kembali ke kamar.

Malam pun tiba.

Seperti kata kakek tadi siang, kami bertiga pergi ke restoran untuk menemui seseorang.
Sesampainya di restoran, kami bertanya pada resepsionis.

"Permisi mba, meja atas nama Allard di mana ya?" tanya kakak.

"Oh atas nama tuan Allard ada di ruang VIP. Saya akan meminta pelayan untuk mengantarkan." Resepsionis itu memanggil salah satu pelayan dan pelayan itu mengantarkan kami ke tempat tujuan.

"Bukannya susah banget ya buat pesen ruangan VIP di restoran ini? Aku jadi penasaran siapa orang yang mau dikenalin sama kakek," gumamku.

Sesampainya ditempat tujuan, pelayan itu pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Selamat malam, Allard," sapa kakek sambil mengulurkan tangan.

Orang tersebut pun menerima uluran tangan kakek dan membalas sapaannya. "Selamat malam, Pak Bagas. Anda semakin keren saja."

"Kamu bisa aja, Allard. Oh iya perkenalkan ini cucu perempuan saya, Alexa Olivia Harrison," ucap kakek.

Aku hanya tersenyum kepadanya.

"Seperti biasa bibit Harrison tidak pernah gagal, cucu perempuan anda sangat cantik," puji pria itu sambil tersenyum memandangku.

Aku yang tersipu mendengar pujiannya langsung menoleh ke arah lain.

"Hei hei jangan menggoda adik perempuanku, Allard," ujar kak Alvaro tak suka.

"Kamu masih aja posesif sama adikmu, Alvaro," balasnya diselingi kekehan.

Rahasia Keluargaku  ( END )Kde žijí příběhy. Začni objevovat