Chapter 45

25 10 0
                                    

Aku lari dan mencari Allard.

"Allard, di mana kamu?"

Tiba-tiba terdengar suara tembakan dari arah barat. Aku pun segera berlari ke sana.

Ternyata Allard dan Dion dikepung oleh sekumpulan penjaga mansion ini. Dengan senjata yang masih tergenggam erat, aku menembak kaki dan tangan para penjaga itu dan mereka pun mulai berjatuhan ke lantai.

Setelah semuanya sudah tumbang, barulah aku mendekati Allard dan Dion.

"Astaga luka kalian parah banget!" ucapku terkejut.

"Ini karena mereka semua memegang senjata, sedangkan kami tidak," jawab Dion.

"Ayo kita segera keluar dari sini," ujar Allard.

"Bagaimana dengan penipu itu?" tanya Dion.

"Dia sakit. Aku nggak bakal peduli," jawabku.

"Tapi dia bakal jalanin perangnya kalo nggak dihentikan," ucap Allard.

Seketika aku berhenti. Aku melupakan itu.

"Harusnya aku bunuh aja dia," gumamku.

Mendengar itu, Allard pun terkejut. "Alexa?!"

Aku menatap tajam ke arah Allard. "Apa?! Dia bener-bener sakit jiwa, Allard. Bahkan membunuhnya aja nggak bakal cukup!"

Seketika aku merasakan perasaan membara di hatiku. Ingin sekali rasanya kubunuh bajingan itu.

"Kalian tunggu di sini!" perintahku.

"Kamu mau ke mana?" tanya Allard.

"Kamu benar, Allard. Kita nggak bisa ninggalin dia di sini karena dia bakal bikin perang yang nggak penting," sahutku.

"Apa yang akan anda lakukan, nona?" tanya Dion.

"Aku bakal bunuh dia dan meledakkan tempat ini." Aku pun segera lari ke lantai atas dan mencari pria gila itu. Ternyata dia masih berdiam diri di atas sambil memandang ke jendela.

"Ternyata kamu kembali, Alexa," ucapnya tanpa mengalihkan pandangan.

"Aku kembali buat bunuh kamu, Devan!" ucapku.

Dia tertawa mendengar ucapanku. "Membunuh aku? Apa yang gadis kecil kayak kamu bisa lakuin buat untuk bunuh aku?"

Tanpa berbicara apapun, aku langsung menembak ke arah perut Devan.

Devan melihat ke arah perutnya dan memegangnya. "Sialan." Devan langsung mengeluarkan senjatanya dan menembak ke arah aku.

Beruntung aku bisa menghindarinya, tapi tak ada tempat untukku sembunyi sampai akhirnya kakiku tertembak.

"Gadis kecil kayak kamu nggak bakal bisa bunuh aku, Alexa," ucapnya sambil mendekat.

"Sadarlah, Devan! Kamu nggak cinta sama aku, tapi terobsesi!" teriakku.

"Artikanlah sesuka hati kamu. Lagian kamu bakal mati hari ini bersamaku," jawabnya.

"Aku nggak bakal mati apalagi bersama bajingan kayak kamu!" bentakku.

Seketika dia langsung mengarahkan senjatanya padaku dan bersiap menembak kepalaku.

DORRRR!

Aku mulai membuka mata perlahan. Kenapa tidak ada rasa sakit sama sekali? Saat mataku terbuka sempurna ternyata Allard sudah berdiri di depanku. Dia menggantikanku menerima tembakan itu.

"Sialan, beraninya kau menyentuh istriku!" Allard menembak balik Devan tepat di titik vitalnya.

Saat Devan terjatuh, Allard juga terjatuh. Dengan cepat aku menghampiri Allard dan memangku kepalanya.

Rahasia Keluargaku  ( END )Where stories live. Discover now