Chapter 39

19 15 1
                                    

POV ALEXA

Aku meraba tempat tidur di sebelahku, tapi aku tidak merasakan adanya seseorang yang aku cari. Aku pun membuka mata dan mencari sosok pria itu. Ah ternyata dia sedang di meja kerjanya. Apa yang dia lakukan di tengah malam begini? Aku mendekat ke arah pria itu dan memeluknya dari belakang.

Dia terkejut dan memutar tubuhnya agar menghadap ke arahku. "Kenapa bangun?"

"Aku nggak liat kamu di tempat tidur," jawabku.

"Maaf, ada kerjaan yang harus aku urus. Kamu tidur lagi ya, ini masih larut malam," ujarnya.

"Sejak kapan?" tanyaku.

Allard mengernyitkan keningnya tak mengerti maksud dari pertanyaanku.

"Sejak kapan kamu ngerjain pekerjaan kantor larut malam kayak gini?" tanyaku lagi.

Dia tidak menjawabnya.

"Apa sejak aku mual-mual?" tebakku.

Dia masih tidak menjawabnya.

Melihat pria itu yang tak menjawabnya kurasa tebakan tadi benar. Aku menundukkan kepala dan memainkan jari-jariku. "Maafin aku, Allard."

Allard langsung mengelus rambutku dan berkata, "Hey, it's okay. Kamu nggak perlu minta maaf."

"Nggak, ini kesalahan aku. Gara-gara aku yang terus nempel sama kamu, jadinya kamu harus ngerjain semua kerjaan di malam hari. Pasti aku ngerepotin kamu banget, kan?" ucapku merasa bersalah.

Allard menggelengkan kepalanya. "Nggak, sayang. Aku malah seneng kamu bersikap manja sama aku. Itu artinya kamu bergantung padaku, kan?"

"Tapi gara-gara aku, kamu jadi harus begadang terus," lanjutku.

Allard mendekatkan tubuhku dan memelukku.

"I'm sorry..." lirihku.

"Don't apologize. You didn't do anything wrong," sahutnya dengan lembut.

Aku yang merasa tak enak pun memutuskan suatu hal. "Oke, sebagai hukumannya aku bakal temenin kamu begadang!"

Allard membelalak ketika mendengarnya. "Nggak usah. Kamu tidur lagi aja, aku juga bakal tidur sebentar lagi."

"Nggak apa-apa. Aku bakal temenin kamu sampai kerjaannya selesai," jawabku.

"Nggak, Alexa. Aku janji sebentar lagi aku bakal tidur, tapi kamu tidur duluan," larangnya.

Aneh. Kenapa Allard bersikeras menyuruhku untuk tidur duluan? Bukankah dia harusnya senang karena ada yang menemaninya begadang?

"Kenapa kamu bersikeras nyuruh aku tidur duluan? Nggak ada bedanya kalo aku tidur sekarang atau nanti. Lagian bukannya seru kalo ada yang nemenin? Kecuali kamu menyembunyikan sesuatu dari aku," ujarku.

"Aku nggak menyembunyikan apapun dari kamu," sanggahnya.

"Terus kenapa aku nggak dibolehin buat nemenin kamu begadang?" tanyaku.

"Bukan gitu. Aku takut kamu sakit," jawabnya.

Aku memutar bola mata jengah. "Ayolah, aku bukannya nggak pernah begadang, kan? Waktu aku masih kerja di rumah sakit, aku juga sering begadang jadi nggak masalah buat aku begadang. Aku nggak bakal berisik. Aku cuma duduk dengan tenang ya?"

"Oke, tapi janji buat duduk tenang dengan manis. Jangan lakuin apapun," peringatnya.

Aku mengangguk senang. Aku segera mengambil kursi di meja riasku dan duduk di sebelah Allard. "Kenapa kamu ngerjain kerjaannya larut malam kayak gini? Bukannya kamu bisa ngerjainnya waktu siang hari? Aku pasti bakal duduk diem dan nggak bakal ngerepotin kamu."

Rahasia Keluargaku  ( END )Where stories live. Discover now