Chapter 10

98 122 4
                                    

Kami pun pergi ke tempat janjian. Ternyata anak itu sudah sampai duluan. Kusapa dirinya yang sedang duduk sambil melihat ke arah jendela. "Halo."

Dia menoleh ke arahku dan berdiri. "Halo nona, terima kasih sudah mengundang saya. Perkenalkan nama saya Risa."

"Berterima kasihlah pada Merry, karena dia yang memperkenalkanmu padaku," ujarku

Dia mengangguk. "Tentu, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan untuk membalas kebaikannya."

"Berteman baiklah dengan Merry. Selalu ada saat dirinya sedang senang maupun sedih," sambungku.

"Tentu saja, nona," balasnya.

"Nona Alexa, mari kita duduk," ucap Merry.

Kami bertiga duduk dan mulai masuk ke pembicaraan utama.

"Jadi apa yang kamu punya?" tanyaku.

Gadis itu mengeluarkan semua daun teh yang dibawanya. "Ini adalah daun teh dengan kualitas terbaik yang saya tanam sendiri dan ini yang sudah saya seduh."

Dia menuangkan beberapa jenis teh ke beberapa gelas. "Silakan dicoba, nona."

Aku menatap semua gelas teh itu. "Pilihkan aku beberapa yang bener-bener terbaik karena nggak mungkin aku minum itu semua, kan? Perutku bisa kembung air."

"Baiklah nona." Gadis itu memberikan secangkir teh yang berwarna merah muda. "Ini adalah teh yang benar-benar saya rekomendasikan karena selain warnanya yang cantik dan baunya yang wangi, teh ini juga memiliki khasiat yang luar biasa."

Aku menerimanya dan meminumnya. Tidak buruk, itulah pikirku. Saat sedang meminum teh, mataku terfokus pada satu daun teh yang memiliki bentuk yang teramat cantik.

"Daun teh apa itu?" tanyaku sambil menunjuk ke arah daun teh yang kumaksud.

Dia mengikuti arah jariku. "Ah ini daun teh yang saya dapatkan dari penjual dekat sini, karena bentuknya yang cantik, saya jadi tertarik untuk membelinya. Dia berkata kalau teh ini bisa membuat orang yang meminumnya bermimpi indah."

"Tolong buatin aku teh itu," pintaku.

Merry langsung menatapku. "Anda yakin, nona? Kita masih belum tau apakah teh itu berbahaya atau tidak."

"Aku juga nggak tau apakah teh yang aku minum tadi berbahaya atau nggak, tapi aku tetep minum dan baik-baik aja tuh," balasku santai.

"Itu dua hal yang berbeda, nona. Risa sendiri yang bilang kalau daun teh itu dia dapatkan dari penjual yang dia temui hari ini. Itu artinya dia mendapatkan daun teh tersebut dari orang asing," kata Merry panjang lebar.

"Nggak apa-apa, Merry. Aku tertarik sama teh itu apalagi setelah tau manfaat daun teh itu. Akhir-akhir ini aku selalu bermimpi buruk jadi aku mau coba teh yang satu itu," jelasku.

Merry menghela nafasnya. "Baiklah, tapi biarkan saya yang mencobanya pertama."

Risa menyelak pembicaraan kami. "Maaf Merry, tapi daun teh ini hanya cukup untuk satu orang karena aku hanya membelinya sedikit tadi."

Aku menoleh ke arah asistenku. "Kamu denger? Udahlah aku pasti baik-baik aja."

Setelah Risa selesai menyeduhkan tehnya, aku langsung meminumnya.

Gadis itu terus menatapku dengan tatapan penasaran. "Bagaimana, nona Alexa?"

"Ini enak. Wanginya sangat menenangkan," jawabku.

Risa mengela nafasnya lega. "Syukurlah kalau begitu. Berarti tidak salah saya membelinya."

Berbeda dengan Risa, Merry malah menatapku dengan tatapan aneh. "Nona, apakah anda baik-baik saja?"

Rahasia Keluargaku  ( END )Where stories live. Discover now