بسم الله الرحمن الرحيم
"Apa pun masalahnya, jalur langit tetap solusinya."
-Geandra-
...
Gean masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Namun, ia juga tidak bisa membohongi hatinya yang sangat senang melihat semangat Hanan seperti itu. Dengan adanya Hanan, mungkin segala hal yang ingin ia wujudkan di pondok akan lebih mudah untuk dilakukan.
Gean berjanji, tidak akan membuat Hanan masuk terlalu jauh dalam masalahnya. Gean sudah berjanji untuk tidak melibatkan teman dan sahabatnya dalam urusan pribadinya, demi keselamatan mereka. Ia hanya meminta bantuan Hanan ketika situasinya sulit saja.
Gue harap, lo nggak ikut terluka karena masuk dalam hidup gue, Nan. Batinnya.
“Sekarang, apa rencana sampean?” Hanan bertanya lagi karena pertanyaannya yang tadi belum terjawab.
“Kita ketemu sama GARUDA dulu,” balas Gean hendak berdiri.
“Hah? GARUDA apa?”
“Gabungan Remaja Unlimited dan ber-Attitude.”
***
Setelah agenda curhat di taman kota, keduanya melanjutkan perjalanan. Menghabiskan waktu sekitar belasan menit, keduanya sampai di tempat tujuan. Mereka langsung turun setelah menepikan motor di depan rumah mini yang dipagari bambu. Di depan rumah itu sudah dipenuhi oleh motor khas anak GARUDA.
Meskipun masih bingung dengan keadaan, Hanan tetap mengikuti perkataan Gean untuk datang ke tempat ini. Alhasil, ia baru paham begitu masuk dan melihat penghuni yang berada dalam rumah itu.
“Gean? Lo di sini?” tanya Adam yang terkejut dengan kedatangan dua remaja itu.
“Welcome, Bro. Kenapa nggak ngabarin kalau mau ke sini?” sambut Juna yang langsung memeluk sahabatnya.
“Tumben amat mampir ke basecamp. Lagi nggak ada kegiatan di pondok?” Laskar ikut menimbrung.
Seperti biasa, Gean tidak akan langsung menjawab sahutan heboh dari teman-temannya. Remaja berkoko navy dan bercelana hitam itu memilih duduk di sofa bagian tengah, tak lupa menyambar makanan yang ada di sana.
“Gue ke sini cuma sebentar. Ada yang mau gue omongin ke kalian.” Akhirnya, ia angkat bicara setelah semua teman-temannya kembali duduk, kecuali Hanan yang masih merasa sungkan.
“Tentang apa?” Bima menyela.
“Nan, duduk dulu,” titah Gean pada laki-laki yang masih mematung di tempatnya. Semua anggota GARUDA yang mendengar itu spontan menoleh. Mereka baru menyadari kehadiran seseorang di sana.
“I-iya, An.” Hanan dengan ciri khasnya—yang selalu merendahkan kepala pada orang yang ia rasa lebih tua darinya—berjalan ke sofa yang masih kosong, dan itu tepat di samping kanan Gean.
“Nan, kenalin. Mereka sahabat sekaligus keluarga gue di sekolah,” jelas Gean mulai memperkenalkan teman-temannya. “Ini namanya Juna, sebelahnya namanya Bima. Dan itu Laskar sama Adam.”
Hanan melihat satu persatu wajah yang disebutkan Gean tadi sembari mengulangnya dalam hati agar ia bisa ingat. Sedangkan semua nama yang disebut Gean tadi langsung tersenyum untuk memperkenalkan diri mereka.
“Guys, kenalin ini Hanan. Dia temen sekamar gue, dan mulai sekarang bakal jadi bagian dari misi kita.”
“Assalamu’alaikum. Salam kenal semuanya, saya Abdul Hanan Izzudin Abrar.” Remaja berkemeja hitam itu memperkenalkan diri.

KAMU SEDANG MEMBACA
GEANDRA [TERBIT]
Fiksi Remaja"Bukan santri teladan, tapi gue masih usaha biar jadi sebaik-baik pemuda akhir zaman." *** Gean, remaja 17 tahun yang tengah memperjuangkan tiga cinta dalam hidupnya. Cinta sang Papa yang hilang karena hadirnya wanita ketiga dalam keluarganya. Cint...