Bab 13 Keluarga Kecil Yang Bahagia

12 1 0
                                    

"Astaghfirullah," Miza tersentak saat ia menyadari pikirannya sudah menjelajah kemana-mana. Memikirkan siapa sebenarnya Nala. Ia tidak bertanya jauh menganai Nala kepada ibunya. Karakter yang unik dan pengalaman unik, sedikit diketahui Miza darii percakapannya degan Syakila.

Adzan Magrib terdengar ke dalam mall dari kejauhan. Miza malihat jam tangannya dan sudah masuk waktu Magrib.

"Ayo, Mabk. Sudah Magrib. Silakan berbuka puasa." Miza menyilakan Nala yang masih terdiam.

"Terima kasih," jawab Nala. Nala merpal doa tanpa suara dan lalu mengangkat gelas air minum putih untuk membatalkan puasanya.

"Selamat berbuka puasa, Kak," ucap Syakila dengan manis.

Nala hanya tersenyum dan mulai makan dengan perlahan-lahan. Kali kedua ia makan semeje dengan Miza, yang belum pernah ia panggil sebutan, bahkan namanya.

Miza, Syakila, dan Nala menikamti makan malam mereka dengan baik. Tanpa ada obrolan tak berarti, hanya ada keceriaan Syakila yang menghidupkan Susana meja makan malam mereka. Entaha bagaimana keadaannya jika Syakila tidak ada.

"Terima kasih sudah membawa saya ke sini," ucap Nala.

"Sama-sama," jawab Miza. "Ini bukan apa-apa. apa sudah Mbak Nala lakukan pada Syakila, tidak sebanding dengan makanan ini. saya harap Mbak nala menikmatinya dan merasakan ketulusan keluarga Syakila untuk membalasnya."

Nala mengangguk. "Saya haru menemani Syakila mengaji. Tidak lebih." Terlalu berat jika semua ditujukan karenanya.

Setelah makan berbuka puasa selesai, Miza mengajak Syakila dan Nala untuk ke masjid menunaikan Salat Magrib. Setelah itu mereka akan kembali ke mall ini untuk bermain.

"Dok," tegus seseorang dari belakang.

Miza spontan menoleh ke be arah suara. Randy berdiri di sana dengan senyum lebar. Nampak ia bersama seorang wanita.

"Ran, ngapain di sini?" tanya Miza, heran.

"Malam mingguan, lah, Dok," jawab Randy. "Dokter kira aku lagi praktik." Tiba-tiba ia tersadar jika atasannya tidak sendiri. Ada adik kecil dan seorang wanita berbusana tertutup di sampingnya.

"Dok, ini siapa?" Randy berbisik pada Miza. Dan Miza kegelian. "Pacar baru? Cepet amat move on-nya."

Miza mendorong Randy agar menjauh darinya. Bibirnya komat-kamit kesal dengan ledekan karyawannya yang asala saat tidak bertugas.

"Hai, Om Randy," sapa Syakila sambil melambaikan tangannya.

Randy membalas lambaian tangan itu sambil menoleh pada Nala, yang mengangguk tanda salam.

"Hai, Tante." Syakila juga menyapa perempuan cantik berambut panjang tanpa kerudung di samping Randy.

"Hai, Cantik," balas pacar Randy.

"Dok, kita nongkrong bareng, yuk. Kebetulan. Kita mau ke bioskop," ajak randy.

"Kita mau ke masjid. Barusan selesai makan. Kamu silakan nikamti waktu berdua.," tolak Miza. Waktu Magrib terus bergulis mendekati habis. Ia tidak bisa berlama-lama mengobrol dengan Randy walaupun sekadar say hello. Tambah lagi, Randy sudah agak menyebalkan padanya jika sudah meledek. Ia malu dengan Nala jika terdengar celotehan ngasal Randy.

"Keluarga kecil yang bahagia. Alhamdulillah," cetus Randy lagi.

Miza menyikut pinggang Randy agar mulutnya bisa diam. Sedang Randy hanya tersenyum lebar. Suka sekali menggoba atasannya yang sensitive.

Nala hanya memerhatikan percakapan mereka. Nampak tingkah Kakak Syakila yang tidak enak padanya.

"Kita ke masjid terdekat ya. Keburu habis waktu -+Magribnya." Miza mengajak dua wanitanya segera.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 04, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Takdir, Jangan MenolakkuWhere stories live. Discover now