Dancing With Our Hands Tied | Chapter 10

1.7K 146 26
                                    

The Gallagher Manor, Barrington Hills, Illinois, USA.

    "Have you called your brother, Ge?"

    Gerald Gallagher yang sedang menikmati wafflenya mengangguk, "Sudah, Papa."

    "And what did he said?"

    Gerald tersedak mendengar pertanyaan yang diberikan ayahnya, Althea Gallagher yang berada di hadapan pria itu dengan cepat memberikan air untuk putra keduanya. "Easy, Sayang."

    "Thank you, Mama." Gerald lalu berdehem, "Axel said yes, Papa. He'll be home soon, and so Glatea."

    Alexander Gallagher menaikkan satu alisnya, "Kamu berhasil membawa adikmu itu pulang untuk acara itu?"

    Gerald mengangguk dengan bangga, "She's so desperate there. Daxton Berkeley masih belum menerima tawarannya, she have no jobs there."

    "Glatea tidak datang pun sebenarnya tidak masalah, benarkan Sayang?" balas Althea ke sang suami. Alexander mengangguk, "Yang terpenting hanyalah Axel dan kamu Gerald, Glatea bisa ikut datang apabila dia berniat untuk mengganti kekasihnya yang dokter itu dengan pebisnis muda yang ada di acara."

    "Cameron is such a nice boy, Ellio."

    Alexander melirik Gerald sebelum keduanya tertawa remeh. "Apa kamu dengar apa yang baru saja Ibumu katakan?"

    "Cameron is such a nice boy, Ellio." jawab Gerald mengulang perkataan ibunya.

    Sementara Althea yang melihat reaksi kedua pria di hadapannya itu mendengkus, "Apa yang lucu?"

    "Nothing, Mama."

    "Alex, jawab!"

    Alexander seketika terdiam mendengar ucapan sang istri, pria berumur 57 tahun itu langsung menatap istrinya dengan penuh kelembutan, "Tidak ada, Sayang. Hanya saja kami —Aku, Gerald, dan Axel, tidak ada yang menyukai Cameron. Hanya itu saja. And that's also a personal preference, if you like that boy for our daughter that's fine, I'll always support your choice."

    "Fuck you, Alex."

    "I love you to infinity too, Althea Gallagher."

_____

Caracas, Venezuela.

    Abby terbangun, kala merasakan sakit di tubuhnya. Menatap keseliling, Abby mengernyitkan alisnya menyadari bahwa dia tertidur di atas meja makan semalaman. Pandangan Abby lalu terjatuh pada sepiring fish and pasta yang masih utuh tidak tersentuh di atas meja makan itu.

    "He didn't even touch it." keluh Abby.

    Gadis itu lalu membawa piring berisikan makanan tersebut dan memasukannya ke dalam pemanas untuk beberapa saat. Abby tidak akan membuang makanan yang ia masak semalam, tidak ketika ia menggunakan bahan masakan milik orang lain dan dirinya yang tidak memiliki uang untuk membeli makanan.

    Gabriel sudah pergi bekerja, hal itu mudah diketahui dari absennya mobil pria itu di parkiran rumah ini. Mangkuk makanan milik Murphy juga sudah terisi penuh, membuat Abby yakin bahwa Gabriel lah yang mengisi ulang makanan itu.

    "Apa dia makan semalam atau pagi ini?" tanya Abby kepada dirinya sendiri. "Tidak ada piring atau pun gelas kotor."

    Abby kembali ke meja makan dengan sepiring makanan yang telah ia hangatkan. Gadis itu menghembuskan napasnya kasar meratapi masakannya. "Padahal kamu sungguh lezat, aku tidak tahu kenapa Gabriel tidak mau menyentuhmu."

Dancing with Our Hands TiedOnde histórias criam vida. Descubra agora