Dancing With Our Hands Tied | Chapter 15

1.1K 98 12
                                    

Gabriel menaikkan satu alisnya, ketika melihat tatapan tidak suka dari adik laki-lakinya saat ia baru bergabung dengan adik dan ayahnya di lapangan tennis Gallagher Manor. "What's with the look?"

    Gerald Gallagher yang berada di balik net hanya terdiam, dan memilih untuk melakukan stroke kepada sang ayah. Gabriel berdecak pelan sembari menyiapkan raketnya.

    "Adikmu sepertinya baru mengetahui kalau kemarin kamu bertemu Vié, Xel." ucap Alexander setelah berhasil mengalahkan putra keduanya dalam permainan tenis mereka.

    Gerald berdecak pelan, "Vivianné tidak berhak mendapatkan harapan sampah darimu, Xel. Apabila kamu memang tidak ingin bersamanya, lepaskan saja wanita cantik itu dari sekarang dan biarkan aku membahagiakannya."

    "She would not fall into you, Ge."

    "Offended." balas Gerald sambil melempar salah satu bola tenis ke arah Gabriel.

    Alexander tersenyum tipis melihat interaksi antar kedua putranya, "Walau Papa menang melawan Gerald, tetapi Papa ingin kalian berdua bertanding sekarang dan biarkan Papa yang menjadi juri. Papa lelah."

    "Rescore?" tanya Gerald dengan cepat, yang dibenarkan oleh Alexander. "Tentu saja, zero-zero, three match. Yang kalah harus melakukan sesuatu untuk yang menang."

    "Deal." Gerald menatap ke arah Gabriel, "How about you, big bro?"

    Gabriel melirik ke arah sang ayah sebelum kembali menatap ke arah Gerald. Apabila olahraga yang mereka lakukan saat ini merupakan olahraga basket, Gabriel sudah pasti akan langsung menyetujui tantangan yang diberikan oleh Alexander. Tetapi ini adalah olahraga tennis, dan Gabriel tidak terlalu lihai dalam olahraga ini.

    Dengan embusan napas berat, Gabriel akhirnya mengangguk setuju. "Deal."

_____

    Althea Gallagher menatap bingung ke arah tiga pria yang baru saja masuk ke area dapur rumahnya itu. Ketiga pria berbeda usia tersebut masing-masing memberikan ekspresi wajah yang berbeda-beda, sang suami dengan ekspresi wajah datar andalannya, sang sulung yang menampilkan ekspresi wajah kesal, dan sang putra keduanya yang menampilkan wajah sangat bahagia. Bahkan saking bahagianya seorang Gerald Axeleon Gallagher saat ini, pria itu sesekali tertawa sendiri.

    "What's going on?" tanya Althea kepada sang suami setelah memberikan pria itu kecupan bibir.

    Alexander melirik ke arah putranya, sambil kedua tangan pria itu melingkari pinggang sang istri, "Axel just lost a game."

    Althea dengan cepat melirik ke arah Gabriel, "That's new."

    "No, Mama. That's not new. Axel memang tidak sebaik aku dalam hal olahraga, he just good at basketball." protes Gerald dengan cepat. "Dan karena Axel kalah, maka Axel harus melakukan apapun yang aku perintahkan."

    "Itu alasan kenapa kamu masuk ke dalam rumah dengan wajah yang sangat bahagia?" tanya Althea. "Memangnya kamu akan menyuruh kakakmu melakukan apa, Ge?"

    Gerald terdiam beberapa saat, sebelum senyuman liciknya terpantri dibibir pria itu. "Take Vivianne on a date, and kiss her."

    Gabriel menatap Gerald tidak terima, "You know I don't do that kind of stuff."

    "It's just a date." balas Gerald, "Lagi pula kamu sudah melakukannya kemarin, so, it's not a big of a deal."

    "Aku tidak bisa melakukan perintah keduamu."

    Gerald menaikkan satu alisnya, "You can't kiss her? What are you? A seven?"

    "I'm not like you, Gerald." decak Gabriel, "I don't do kiss on a date."

    Gerald menaikkan kedua bahunya, "Well, that's mean you're a loser. Pria yang tidak bisa bertanggung jawab, dan menepati janjinya. That's you, Axel."

    "Gerald, it's just a game."

    "Kamu tahu aku sudah pasti akan melakukan apapun hal tidak masuk akal yang akan kamu perintahkan, apabila kamu yang memenangkan permainan tadi. But sadly, I'm not the one who lose." ucap Gerald sambil memakan buah strawberry yang sudah disiapkan oleh Althea.

    Saat Gabriel masih terdiam berpikir, suara langkah kaki yang diiringi suara nyanyian wanita pun terdengar. Tanpa perlu menoleh, mereka semua yang berada di dapur sudah mengetahui siapa yang akan datang.

    "Good morning everyone!" Glatea Gallagher yang baru saja kembali dari kegiatan lari paginya mendadak bingung, kala mendapati suasana berbeda di dapur manor keluarganya. "What's the vibes? Ada apa ini? Aku sangat tidak menyukai vibes ini."

    "Axel lost a game, Glats." ucapan Gerald sukses membuat kedua bola mata Glatea melebar, "What game?"

    "Tennis. Axel kalah bermain tennis denganku, dan perjanjian antara kami adalah siapapun yang kalah, harus menuruti perintah dari yang menang." balas Gerald. "Dan karena aku menang, maka aku meminta Axel untuk mengajak Vivianne kencan dan mencium wanita itu."

    "Damn."

    Glatea melirik ke arah Gabriel yang kini juga menatapnya, "Axel don't do kiss on a date, Ge."

    Gerald mengangguk setuju, "And that's why, aku memintanya melakukan itu."

    "It's not that hard isn't, Xel?" tanya Glatea kepada Gabriel, "It's just a kiss, dan aku rasa kencan kalian kemarin berjalan baik? So second date and kiss her by the end of the date is not a bad idea."

    "Exactly!" sahut Gerald.

    Gabriel masih terdiam di tempatnya, Alexander tersenyum tipis sambil menepuk pelan pundak sang sulung. "Be a man, Xel. Kamu sudah berjanji sebelum bermain tadi."

    Gabriel membuang napasnya mendengar perintah sang ayah. Dan karena tidak memiliki pilihan lain, Gabriel pun mengangguk pasrah. "Fine."

_____

    Gabriel mengutuk jawabannya sendiri di dapur pagi tadi. Seharusnya dia memaksa Gerald untuk mengganti keinginannya dengan barang saja, karena akan lebih mudah bagi Gabriel untuk merealisasikan keinginan adiknya itu. Tetapi naas, dirinya sudah terlanjur terjebak dengan permainan bodoh adiknya itu dan membuatnya tidak memiliki pilihan lain selain mengambil ponselnya di sore hari ini, dan mengirimkan pesan kepada Vivianne.

    Gabriel sudah meminta keringanan kepada Gerald dengan tidak melakukan perintah bodoh itu hari ini, tetapi Gerald memaksa untuk tetap melakukannya di hari ini. Harapan Gabriel tinggal berada di Vivianne saja, semoga wanita itu terlalu sibuk hingga tidak bisa keluar bersamanya malam nanti.

    Sambil menunggu balasan dari wanita itu, Gabriel hanya bisa berdoa dan berharap semoga Vivianne tidak bisa hari ini. Tetapi sepertinya dewi keberuntungan memang tidak sedang berpihak kepadanya hari ini, karena bukannya menjawab pertanyaan Gabriel sesuai keinginan pria itu, Vivianne justru membalas ajakan makan malam Gabriel dengan sebuah penerimaan.

    "Fuck."

Dancing with Our Hands TiedWhere stories live. Discover now