Dengan gaun putih tulang sebatas lutut, Iris mengeraikan rambut panjangnya dengan polesan kosmetik tipis, wanita berperut buncit itu sudah siap pergi menuju pameran batu akik seperti apa yang dia katakan kemarin dengan suaminya. Elazein pun sudah rapi dengan kemeja hitam yang lengannya di gulung sesiku dan celana bahan senada.
Bagi Iris, pakaian Elazein terlalu gelap tapi dia tak berani mengoreksi. Biarkan suaminya itu memakai warna apa pun yang dia sukai, “El, ayo kita pergi.” Iris membiarkan Elazein merangkul pinggangnya dengan mesra, memasuki mobil dan meminta asisten Ludwig untuk menutup sekat mobil juga kaca jendela yang berubah gelap.
Kening Iris berkerut, “Kenapa di tutup?” Kepalanya menoleh ke arah Elazein yang tersenyum, “Kita butuh ruang privasi, sayang.” Jawabnya sembari menyelipkan helai rambut panjang Iris ke sisi belakang telinga wanita itu. Tak terelakkan, pipinya bersemu merah karena malu dengan sentuhan lembut yang Elazein berikan.
Iris seperti gadis remaja yang baru kasmaran, pipinya mudah sekali merona karena malu atau salah tingkah. Kan Elazein jadi gemas, tidak ingin rasanya membagi betapa lucunya sang istri pada orang-orang yang memang menggilai wanitanya dengan terang-terangan. Membayangkan itu, wajah Elazein menggelap yang malah di salah artikan oleh Iris.
“Rambutku bau ya?” Iris menghirup aroma rambutnya sendiri yang menguarkan aroma mawar dengan begitu pekat, tidak bau, tapi kenapa raut wajah Elazein bisa menggelap? Iris jadi berpikir ribuan kali, apa ada yang salah dengan salah satu ucapannya atau tindakannya menyinggung Elazein?
Elazein mengerti kerisauan istrinya, sebab wajah resah wanita itu telah menjadi jawaban. Elazein menghela napasnya pelan, dia pun mengangkat dagu Iris dengan jarinya. Begitu lembut dan hati-hati, “Buang jauh-jauh apa yang ada di pikiranmu. Aku tidak apa-apa, hanya sedikit pusing memikirkan masalah perusahaan.”
Iris mengangguk paham, di kehidupan pertama pun, Elazein sampai jatuh sakit karena melewatkan jam makan dan tidak tidur dalam jangka waktu lama. Sekarang, Iris tak akan membiarkan Elazein jatuh sakit. Dia akan membantu Elazein menyelesaikan masalahnya dengan beberapa keahliannya di masa lalu yang terbawa sampai ke kehidupan kedua ini.
Sampai di pameran batu akik, Iris dan Elazein turun bergantian usai asisten Ludwig membukakan pintu. Mereka pun berjalan beriringan, melewati beberapa pedagang yang mempromosikan batu akik terbaik mereka. Beberapa kali Elazein mendengus, dia memang punya usaha cabang perhiasan, tapi tidak pernah sedikit pun tertarik pada jenis batu berwarna satu itu, dia tak mengerti dan malas mempelajari.
Alasannya mau datang ke pameran tidak berguna ini hanya karena istrinya yang mengajak, dia terpaksa ikut tapi sedikit penasaran dengan ucapan Iris semalam. Katanya, permasalahan pabriknya yang terbakar akan selesai di pameran ini. Entah apa yang akan Iris lakukan, tapi wanita itu terlihat sangat percaya diri dan tidak ada keraguan yang terdeteksi.
Iris membawanya ke salah satu pedagang kecil, “Paman. Aku datang ingin melihat-lihat,” pria paruh baya yang Iris sapa menunjukkan tatapan sinisnya. Iris tak gentar sama sekali, dia sudah hafal dengan prasangka buruk yang selalu si pria berikan pada pelanggannya. Itu bukan suatu ke tidak sukaan, hanya sekedar tameng untuk menjaga harga diri.
Berbanding terbalik dengan Elazein yang ingin sekali menembak mata pria tua itu, enak saja dia menatap sinis istrinya yang datang secara baik-baik. Seakan tahu perangai suaminya, Iris langsung saja menggenggam erat tangan besar Elazein. “Paman, aku suka batu akik safir yang berwarna hitam itu, bolehkah aku membelinya?”
Pria yang usianya di atas 60 tahun itu mendengus, “Seleramu bagus juga, Nona. Ambillah, aku tak butuh uang karena uangku sudah kebanyakan di rumah.” Iris tergelak mendengarnya, dia pun mendongak menatap Elazein yang tetap setia memasang wajah dingin juga tatapannya yang seakan siap menguliti pria tua bau tanah di depannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Dia Yang Terlahir Kembali
FantasyIris Clooper di kehidupan pertama, sangat membenci suaminya yang otoriter, impulsif, dan pasif. Bukankah sangat lengkap untuk menjadi kandidat dirinya benci? Apalagi, dia di buat hamil anak pria itu. Iris tidak menyukai kehamilan yang hanya akan me...