Tubuhnya masih penuh darah, tapi Iris mendatangi rumah sakit tanpa membersihkan tubuh. Wanita itu mengabaikan semua pandangan padanya, dia juga mengabaikan Elazein yang mencoba untuk mendekati dirinya. Iris masuk ke dalam ruangan putrinya berada, Iris tersenyum dengan sangat manis, membuat Elazein menghentikan langkah di ambang pintu.
"Sayang, Mommy sudah menghukum wanita yang berani mengacaukan kebahagiaanmu. Mommy akan membiarkan kamu yang membunuhnya, jadi, ayo bangun sayangnya Mommy!" Iris mengecup kening Altalune, "Namamu sangat jelek karena wanita itu yang memberikannya, tapi jangan khawatir, Mommy akan mengganti namamu dengan nama yang sangat indah!"
Iris tersenyum manis, menepis luka di hatinya dan menolak kenyataan jika medis telah menyatakan kematian untuk Altalune. Ketika tengah bercerita banyak dengan anaknya tanpa di respon balik, Iris terpaksa harus menghentikan obrolannya dengan sang anak saat Maxi mendatanginya. Melihat wajah Maxi, raut wajah Iris semakin tidak karuan.
"Iris, maafkan aku."
Maxi mengingat bagaimana bayinya bersama Taylor gagal melihat dunia setelah di lahir kan ke dunia, Maxi terlalu pengecut, dia tidak berani mengatakan yang sebenarnya pada Taylor Roosevelt sampai memilih keputusan yang nekat. Di saat semua orang sedang sibuk, Maxi membawa mayat bayinya ke dalam ruang bayi.
Dia tidak memerhatikan nama, yang pasti, dia hanya ingin menukar mayat bayinya dengan bayi yang masih hidup tanpa peduli bayi itu anak siapa. Ternyata, Maxi tidak sengaja menukar mayat bayinya dengan bayi Adiknya sendiri, bayi Iris. Dia bersumpah, akan menyayangi bayi orang lain yang istrinya anggap sebagai bayi mereka.
Dia tidak tahu, jika bayinya yang mati di anggap sebagai bayi Iris dan Elazein yang tidak bisa di selamatkan. Maxi tidak tahu, jika dari hasil nekatnya, Iris hampir depresi kehilangan buah cintanya. Sekarang, Maxi bersimpuh di kaki Adiknya. Dia meminta maaf, telah membuat Iris terpuruk karena berpikir jika yang meninggal adalah bayinya.
Tapi,
Bugh!
Iris menendang rahang Maxi yang bersimpuh di kakinya, membuat pria itu terdorong ke belakang dengan hidung yang meneteskan darah. Iris berlutut, menatap dingin pada Kakaknya. "Kau sangat pantas menjadi anak dari bajingan itu, kau dan dia sama-sama bajingan! Kalian tidak pantas untuk hidup setelah menghancurkan hidupku!! Bahkan bajingan itu yang telah menghancurkan kehidupan Ibuku!"
Derap langkah kaki yang mendekat mengalihkan perhatian mereka semua, terutama Maxi yang terdiam kaku saat sesuatu yang dingin terasa menyentuh lehernya. "Aku selalu mengatakan, pengkhianat pantas mati, karena kau adalah anakku dulu makanya aku meringankan beban mu tapi sekarang, kau harus mempertanggungjawabkan kesalahanmu, Maximilian."
Isabella menekan pisau yang ada di leher Maxi, membuat darah secara perlahan mengucur. Taylor menyaksikan semuanya, wanita itu berteriak, memeluk kaki Iris agar Iris menghentikan aksi Isabella pada suaminya. "Iris, tolong suamiku! Tolong dia! Dia hanya ingin menjadi suami yang menjaga perasaan istrinya,"
"Tapi dia menghancurkan perasaanku,"
Iris tersenyum kecut, "Setiap perbuatan harus ada timbal baliknya. Biarkan Maxi merasakan balasan itu dari Mami, dia tidak akan mati dengan mudah, Taylor." Iris menepis Taylor dari kakinya, wanita itu kembali menghampiri brankar putrinya. "Lihat, sayang? Ternyata kamu anak Mommy dan kembaran kamu juga masih hidup,"
***
Iris sudah membersihkan diri, wanita itu beralih mendatangi ruangan putri kembarnya yang lain. Di pandanginya wajah cantik Aeleen yang masih memejamkan mata, Aeleen juga sama, dia kritis namun masih memiliki kemajuan yang bagus. "Sayang, Mommy berharap, saat kamu terbangun, kamu melupakan semua ingatanmu dan hanya ingat tentang keluarga kandungmu."
VOUS LISEZ
Perjuangan Dia Yang Terlahir Kembali
FantasyIris Clooper di kehidupan pertama, sangat membenci suaminya yang otoriter, impulsif, dan pasif. Bukankah sangat lengkap untuk menjadi kandidat dirinya benci? Apalagi, dia di buat hamil anak pria itu. Iris tidak menyukai kehamilan yang hanya akan me...