67 - Dalang Di Balik Layar

26.6K 2.1K 67
                                    

Elazein duduk di kursi tengah mobil yang di kendarai Lemar, pria itu menatap tayangan di iPadnya. Di mana menayangkan, kejanggalan-kejanggalan yang berhasil mengecoh asisten Ludwig hingga menyampaikan informasi yang salah kepada Elazein, selama ini, asisten Ludwig mengatakan jika tidak ada yang mencurigakan tapi ternyata, asisten Ludwig lalai.

Drrtt ....

Elazein menatap ponselnya, ada panggilan masuk dari Ibunda sang istri yaitu Isabella. "Dia hanya kadal yang lepas kandang,"

"Bu?"

"Sebelum kalian bertindak, aku sudah mencuri start. Kalian saja yang lambat,"

Elazein melipat bibirnya saat Isabella dengan mudah memutuskan panggilan sepihak. Isabella benar-benar tidak bisa di tebak, tidak peduli berapa usianya tapi dia tetap bertindak 2 langkah lebih cepat dari dirinya. Tidak lama kemudian, Elazein juga mendapatkan pesan masuk di ponselnya yang berisi,

Ibu mertua: Dia dalang penyerangan kecelakaan, dia membenci kehidupan kalian yang bahagia terutama dirimu dan Iris, Elazein. Dia, tunangan wanita yang pernah kau tembak kepalanya.

Vinsa Rigmor, nama itu langsung terlintas dibenak Elazein. Dia pun mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi asisten Ludwig sedangkan di seberang sana, asisten Ludwig tampak duduk di kursi besi sesuai permintaan Iris yang pamit sebentar karena ada urusan penting. Melihat ada panggilan masuk dari Tuannya, asisten Ludwig sedikit menjauh dari brankar.

"Iya, Tuan?"

"Ludwig, retas latar belakang Vinsa Rigmor yang tidak aku ketahui."

Tidak butuh waktu lama, serangkaian informasi masuk ke dalam email-nya. Elazein langsung memeriksa dengan sigap, "Sialan!" Napasnya memburu menahan emosi dalam dada, Elazein memerintahkan Lemar agar memutar kemudi menuju tempat di mana mangsa barunya berada. "Kau akan mati mengenaskan di tanganku,"

Suara tawa mengejek terdengar, dia menatap Elazein yang datang dengan amarahnya. "Kau baru menemukanku sekarang setelah belasan tahun? Benar-benar penguasa yang tidak berguna!"

"Tutup mulutmu!" Elazein menatap bengis pada sosok wanita yang telah berani mengacaukan hidup kedua putrinya dan juga keluarga kecilnya. Mereka memiliki latar belakang yang kuat, menjadikan mereka bertindak mulus tanpa tercium asisten Ludwig sekali pun.

"Kenapa, Elazein? Bukankah kau sendiri yang memulai semuanya dengan menembak Adikku?" Dia, Dokter yang selama ini menangani kondisi kedua putrinya dan juga .... Yang melancarkan aksi Maxi mau pun Puti kala itu.

Tidak, tidak! Mereka tidak bekerja sama, Dokter Vanessa Rigmor hanya merasa beruntung ketika dia ingin membunuh bayi Elazein dan Iris dengan caranya, tapi pihak lain seakan membantunya tanpa perlu Dokter Vanessa turun tangan. Dia pun membantu aksi Maxi dan Puti tanpa keduanya sadari sekali pun.

Dokter Vanessa yang mengecoh penjagaan di depan ruang bayi dengan cara, seakan tengah mengajak bicara para pengawal J. Lund. Dokter Vanessa juga yang menghapus dan mengubah video asli CCTV sampai pada akhirnya, asisten Ludwig menyadari keanehan dan berusaha keras mengembalikan rekaman yang asli terjadi di ruang bayi.

Jelas, Dokter Vanessa tidak melakukan semuanya sendiri, dia mana mampu melawan kekuasaan Elazein pada benua ini, tentu Dokter Vanessa membutuhkan dukungan di belakang layar. Dia, Tom Keaton. Pimpinan kedua di dunia bawah, satu tingkat di bawah nama sepupu Elazein sendiri. Dia adalah pria kejam berhati iblis, yang sayangnya terjerat pesona Vinsa Rigmor yang mencintai pria lain.

"Aku sebagai Kakak hanya ingin membalaskan dendam Adikku!" Dokter Vanessa tidak takut mati karena dia sudah tahu apa konsekuensi jika Elazein sampai mengendus aksinya selama ini yang dengan berani, menyuntikkan racun ke dalam tubuh Zei. Berusaha keras menghentikan detak jantungnya namun butuh usaha berkali-kali yang berakhir tetap gagal.

"Tapi caramu salah, sialan! Kau harusnya membunuhku! Bukan anak-anakku!"

Dokter Vanessa tertawa, dia mana bisa membunuh Elazein? Yang ada dirinya duluan yang akan di bunuh, maka dari itu, Dokter Vanessa mempergunakan anak dari Elazein untuk dirinya bunuh, agar Elazein bisa merasakan posisinya yang kehilangan Vinsa Rigmor.

Elazein bersiap ingin menembak Dokter Vanessa tapi terurung saat ponselnya berbunyi, "Lari keluar menantu bedebah! Tempat itu sudah aku pasang bom! Jangan menyiksanya atau dendam akan terus berlanjut!! Keluar!!"

Berdecak pelan, Elazein berlari keluar tapi sempat-sempatnya melempar pisau di pinggangnya ke arah mata kiri Dokter Vanessa. Wanita itu berteriak keras, apalagi saat Elazein tetap lanjut menembakkan 3 peluru ke perut, bahu, dan leher Dokter Vanessa. Ketika Elazein telah berhasil keluar, gedung besar itu meledak dengan hebat, membuat Elazein kembali menghela napasnya.

Dia belum menyiksa Dokter Vanessa tapi Ibu mertunya sudah lebih dulu meledakkan, "Bu. Aku belum menyiksanya,"

"Diamlah! Emilio sedang meledakkan kediaman wanita itu! Biarkan seluruh keluarganya mati dan hanya tinggal kenangan. Aku muak terus melihat dendam yang berdatangan,"

Lagi-lagi Elazein hanya bisa menghela napasnya kasar saat Isabella memutuskan panggilan sepihak, dia akan kembali ke rumah sakit. Tom Keaton? Elazein sangat yakin, jika pria itu sudah habis di tangan Ibu mertuanya yang selalu bertindak di luar nalar. Kata Isabella, begini, "Fokus pada keluarga kecilmu, urusan hama, biarkan anak buahku yang menyelesaikan."

Karena bagi Isabella, semakin kejam Elazein membunuh musuhnya maka semakin kejam pula pembalasan dendam dari kerabat musuh yang Elazein bunuh. Maka jalan satu-satunya agar dendam terputus, hanya dengan memusnahkan seluruhnya tanpa terkecuali. Isabella juga tidak melupakan Everett, meski dia terlahir karena kesalahan dan kekecewaan Iris membuat wanita itu buta akan fakta.

Isabella tidak ingin menekan Iris untuk bersikap baik pada Everett, mengingat jika selama Zei tinggal di kediaman Puti, Zei tidak pernah mendapatkan apa yang Everett dapatkan di keluarga J. Lund. Pantaskan jika Iris merasa tidak sanggup untuk berpura-pura baik pada Everett selaku anak kandung Puti Josephine dan Kakak tiri dari Iris sendiri, Erick.

Di rumah sakit, Iris menemani putri bungsunya yang masih memejamkan mata, di sana juga ada Koa dan rekan Dokternya yang turut turun tangan padahal rekannya baru saja kembali dari luar negeri. "Mom, jangan menangis, kau membuat hatiku terluka." Sosok di sisi Koa menatap pemuda itu dengan tatapan berbeda, Koa adalah lelaki dingin tapi sangat hangat pada Ibu dan Adiknya.

Iris mencoba terkekeh, meski hatinya masih saja tersayat. "Sayang, Mommy harus ke ruangan Aeleen. Aeleen sudah lebih baik jadi Mommy akan membawanya ke sini, jaga Zei ya, Nak."

"Iya, Mom. Tenang saja,"

Iris pergi menuju ruangan putri keduanya yang ada di ruangan sebelah, sedangkan Koa yang di tinggalkan, mendekati brankar Adiknya. Mengecup kening dan ujung hidung mancung Zei seperti biasa dia lakukan, "Sweetie, bangun ya? Mommy sangat ingin menghabiskan waktu dengan kita semua, harus lengkap."

Di belakang Koa, rekan Dokternya tersenyum. "Dok, Adik Anda akan baik-baik saja, buktinya, dia sangat hebat dalam melawan racun di tubuhnya."

Koa tidak menoleh, tapi dia tersenyum sangat tipis. "Terima kasih,"

***

FOLLOW! VOTE! KOMENT!!

Perjuangan Dia Yang Terlahir KembaliWhere stories live. Discover now