50 - Cara Membuat Adik

50.7K 2.9K 133
                                    

Wajah Paman pengawal mendadak kikuk, "Cara membuat Adik?"

"Iya, Paman! Daddy bilang, kalau aku ingin Adik, aku tidak boleh mengganggu Daddy dan Mommy yang lagi di kamar karena Daddy dan Mommy sedang membuatkan aku Adik. Bagaimana cara buatnya?"

Aduh, ini dirinya harus menjelaskan bagaimana? Paman pengawal tampak kebingungan, "Cara membuat Adik itu .... Caranya,"

"Caranya?"

"Tuan muda akan mengerti saat sudah dewasa nanti!"

Wajah Koa langsung masam, jawaban Paman pengawal sama seperti Daddynya. Dia pun pergi meninggalkan Paman pengawal yang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia memasuki kamarnya dan tidur dengan rasa penasaran yang masih menggebu. Aku tidak sabar menjadi dewasa.

Adek, Koa kesayangannya Aunty online, menjadi dewasa itu tidak semudah yang Koa bayangkan loh. Lebih banyak stresnya.
─Author cantik dari kayangan.

Sementara itu di dalam kamar, Elazein mempraktekkan semua gaya bercinta dengan istrinya. Iris sampai kewalahan di gaya yang kesekian kali, maklum sih, baru kali ini Elazein puas bercinta tanpa di ganggu oleh putra kesayangannya. Biasanya, belum apa-apa, Koa sudah lebih dulu menggedor-gedor pintu sambil berteriak lalu memonopoli Iris.

"El! Astaga! Ssh!" Iris menahan dada bidang Elazein yang semakin semangat bergerak di atas tubuhnya, pria itu menunduk, mencium bibir Iris sangat rakus. "Sensasi ini gila, sayang!"

Keesokan harinya, Koa terbangun tanpa sang Mommy di sisinya. Wajah tampan itu memberengut, mendadak menyesal meminta Adik kalau tahu dia akan tidur sepanjang malam sendirian. Koa mandi sendiri, padahal biasanya, Mommy akan menemani Koa mandi sambil bermain sabun. Koa berjalan lesu keluar kamar, menuju kamar Mommy dan Daddynya.

Niat hati ingin menggedor seperti biasa, tapi ingat kalau Koa sudah berjanji untuk tidak mengganggu jika Daddy dan Mommy sedang di dalam kamar. Koa menjatuhkan bahunya lesu, dia merindukan Mommynya. Dia ke dapur, menelungkupkan kepala tanpa selera untuk sarapan.

"Tuan muda?"

"Bibi, aku tidak ingin sarapan."

"Kenapa Tuan muda tidak ingin sarapan?"

"Daddy menculik Mommy dan aku tidak bisa menyelamatkan Mommy," para pelayan mengulum senyum mendengarnya.

"Supaya ada tenaga untuk menyelamatkan Nyonya, Tuan muda harus sarapan."

"Baiklah,"

***

Beberapa bulan kemudian ....

Iris merasa ada sesuatu yang membuat tidurnya terganggu, kelopak mata wanita itu terbuka, melihat ke arah kamar mandi di mana Elazein tampak muntah-muntah di sana. Karena khawatir, Iris langsung menghampiri Elazein, membantu dengan memijat tengkuk lehernya begitu lembut.

"El? Are you okay?"

Elazein berbalik, "Sayang, mual banget."

Tawa Iris pecah, wanita itu membalas pelukan suaminya. "Ini yang aku rasakan saat hamil Koa, El."

"Begini? Terus mual? Pusing?"

"Iya,"

"Kasihan sekali," Elazein mencium seluruh wajah istrinya tidak lupa berlutut, meninggalkan banyak kecupan di perut Iris sembari mengatakan. "Anak Daddy, jangan buat Mommy kesakitan ya? Enggak apa-apa kalau Daddy yang kesakitan, Mommy jangan, okay?"

Usia kandungan kedua Iris ini memasuki bulan ke 4, Elazein masih sering kali mual tidak karuan. Iris sebenarnya kasihan tapi mau bagaimana lagi, ini sudah menjadi takdir bayinya yang mau membuat Ayahnya merasakan bagaimana itu morning sickness. Iris bersama Elazein turun ke lantai dasar di mana Koa sudah menunggu di sana.

"Selamat pagi, sayang."

"Pagi, Mom." Koa tersenyum manis ke arah Mommynya, mencium kedua pipi Mommynya, punggung tangan selayaknya bangsawan, tidak lupa mengecup perut Mommynya yang membuncit. "Pagi Adik, cepat lahir ya."

Elazein terkekeh, pria itu mengangkat sang anak ke dalam gendongannya lalu mengajak Koa berputar-putar sampai pusing. "HAHAHA! DADDY! PUSING! HAHAHA!"

Iris tersenyum manis, tangannya mengusap lembut perutnya yang membuncit. "Terima kasih untuk semua kebahagiaan ini ya Tuhan," Iris lagi-lagi merasa sangat bersyukur atas takdir kehidupan keduanya ini yang begitu membahagiakan.

Mereka sarapan dengan tenang seperti biasanya, selesai sarapan, Iris mengantar suami dan anaknya sampai depan pintu. "Kalian hati-hati ya, jangan ngebut juga bawa mobilnya, Daddy."

Setelah tahu hamil anak kedua, Iris mengubah panggilannya pada Elazein. Jika di depan anaknya, dia akan ikut memanggil Elazein dengan sebutan Daddy. "Iya, sayang. Aku sama Koa berangkat ya,"

Iris melambaikan tangan melepas mobil Elazein yang melaju pergi menjauhi pekarangan, setelah itu, Iris kembali masuk ke dalam. Dilihatnya Lise yang masih sibuk membereskan meja makan, "Lise, kapan kamu menikah?"

Rasanya, Lise sudah sangat bosan mendengar pertanyaan yang sama terus menerus. "Jodoh saya belum datang, Nyonya. Nanti kalau sudah datang, saya pasti akan menikah."

"Di cari dong! Kalau di tunggu terus kapan nikahnya? Kamu itu udah tua tau! Lihat saya, saya sudah mau punya dua buntut! Kamu? Nikah aja belum,"

"Nyonya, Anda agaknya suka sekali menistakan saya."

Iris tertawa kecil, wanita hamil itu pergi meninggalkan Lise Pernille yang mengusap dada sabar. Iris beralih pergi ke halaman belakang, di mana Emilio tengah duduk seorang diri di sana. "Emil,"

Emilio buru-buru berdiri, "Ya Nyonya. Ada apa?"

"Bagaimana hasilnya?"

Emilio tersenyum sembari menggeleng, "Negatif. Anak itu bukan anak saya,"

"Baguslah."

Anak yang Emilio dan Iris maksud adalah anak Puti yaitu Eleanor, Iris memaksa Emilio agar melakukan tes DNA dan ternyata hasilnya negatif. Di kediaman wanita itu, Puti tampak sibuk memilah sayuran yang baru saja dia beli. Kandungannya sudah besar, 3 bulan lagi Puti akan melahirkan. Dia menatap wajah cantik putri sulungnya yang tengah bersiap-siap berangkat ke sekolah.

"Elea, disekolah nanti, belajar yang benar ya!"

"Iya, Bu." Eleanor pamit pergi di antar supir, selepas kepergian Eleanor, Puti menatap layar ponselnya yang menyala.

Tuan Erick: aku lagi pengen, aku ke rumah kamu.

Beberapa bulan ini, pria bernama Erick jadi semakin sering menyewa Puti dengan tarif tinggi tanpa peduli jika Puti tengah hamil. Wanita berperut buncit itu pun mengganti pakaiannya dari yang semula dress rumahan panjang, kini menjadi bikini seksi yang membuat tubuh sintalnya semakin menggairahkan. Tentu, setelah Puti meminta pelayan dan sekuriti di depan untuk pulang saja ke rumah mereka.

Deru mobil tidak lama terdengar, Puti menyambut tamunya dengan senyuman manis. Membuat pelanggannya menatap penuh minat pada tubuh Puti yang benar-benar sintal, dadanya sangat besar, bokongnya apalagi. "Aku tidak sabar, honey."

Pria itu menggiring Puti ke atas sofa, menindihi dan memulai kegiatan panas yang menggairahkan tanpa tahu jika di ambang pintu, Eleanor membatu dengan wajah pucat pasi. Dia kembali ke rumah karena buku gambarnya tertinggal, tapi malah harus melihat pemandangan seperti ini. Sekujur tubuhnya bergetar hebat, Elea langsung pergi keluar rumah kembali dengan langkah cepat.

"Ibu sedang apa dengan pria itu?" Elea sebenarnya ketakutan, dia pun balik badan dan kembali masuk ke dalam rumah.

"IBU!"

***

Follow + Vote + Koment!!

Perjuangan Dia Yang Terlahir KembaliWhere stories live. Discover now