34 - Baby Koa

75.1K 4.4K 475
                                    

Iris mengerutkan keningnya, "El, air susuku tidak keluar. Bagaimana ini?" Kenyataan yang kembali mengguncangnya membuat Iris tidak terima. Dia ingin menjadi Ibu sempurna yang bisa menyusui bayinya sendiri tapi ASI nya kenapa tidak keluar sama sekali? Iris menatap Elazein dengan mata berkaca-kaca.

Hati pria kaku itu terenyuh, "Kita akan ke rumah sakit, sayang. Kamu jangan khawatir, kamu pasti bisa menyusui anak kita. Percayalah,"

Definisinya, Elazein juga tidak menaruh kepercayaan lebih pada pihak medis. Istrinya sempat koma beberapa Minggu usai menyelamatkan nyawanya dengan sang bayi, pasti ada sesuatu yang terjadi hingga istrinya tidak bisa mengeluarkan susu. "El, bagaimana kalau .... Kalau tidak bisa? El, aku takut."

Elazein mendekap Iris dengan sangat lembut dan penuh perhatian, jelas dirinya memahami bagaimana kekalutan istrinya. "Pasti bisa, sayang. Kita ke rumah sakit sekarang ya," Buru-buru Iris mengangguk. Ibu satu anak itu menggendong bayinya, di rangkul mesra suaminya, lalu pergi meninggalkan kediaman.

Melihat majikan pergi, Lise Pernille menghampiri kepala pelayan Lone yang tengah bersantai di dapur sembari mengigit beberapa potong buah apel. "Kepala pelayan Lone, apa yang terjadi? Mengapa wajah Nyonya dan Tuan sangat panik dan khawatir seperti itu?" Lise sebagai orang kepercayaan Iris, tentu merasa ada yang janggal.

Kepala pelayan Lone mengangkat bahunya, "Itu bukan urusan kita, Lise. Cukup diam saja," benar juga .... Urusan Nyonya dan Tuan bukanlah urusannya, apalah Lise yang hanya pelayan rendahan. Beruntung Iris memungutnya dari kubangan sampah lalu memberikan kehidupan emas meski menjadi budak yang di per suruh-suruh.

"Kepala pelayan Lone, apa kau melihat Nona yang menjadi Ibu susu untuk Tuan muda?"

"Jangan bergosip, kembali bekerja."

Suara dingin asisten Ludwig menginterupsi, Lise dan kepala pelayan Lone bergegas memisahkan diri masing-masing. Berbanding terbalik dengan suasana di kamar yang redup seperti isi pikirannya. Puti Josephine tengah berkemas, dia telah di usir pemilik kediaman, Puti masih memiliki urat malu, tidak mungkin dia tetap bertahan sementara ujaran pengusiran sudah di layangkan.

Puti jadi berpikir, "Apa Tuan Elazein melupakan aku? Kita bahkan sempat bertemu dan hampir melewati malam panas yang berkesan, sekarang aku sedikit menyesal, kenapa malam itu tidak di biarkan terjadi saja? Mungkin hidupku sudah jauh lebih baik," napasnya di hembuskan dengan berat, Puti sudah nyaman di kediaman Vestergaard, enggan rasanya untuk kembali ke kampung dan menjalani hari-hari sebagai orang susah.

***

Malam yang penuh perjanjian antara bulan dengan ribuan bintang menjadi saksi kesedihan Iris. ASI nya benar tidak keluar, Dokter menyarankan agar Iris melakukan beberapa cara yaitu seperti pijat laktasi, merilekskan tubuh, lebih sering memompa ASI secara rutin, dan perbanyak minum air putih juga makan makanan sehat bergizi.

Iris ingin terpuruk, tapi Elazein selalu setia mendampinginya. "It's okay, sayang. Semuanya akan berjalan dengan baik-baik saja, meski tanpa ASI eksklusif dari kamu pun, anak kita akan tetap sehat." Elazein mengecup kening istrinya begitu lama dan penuh sayang, sungguh tidak tega melihat Iris yang sering melamun semenjak pulang dari rumah sakit.

Bahunya yang bergetar, mengguncang pertahanan kokoh Elazein. "Tapi anak kita tidak bisa minum susu formula, El. Aku takut, aku harus bagaimana?"

Sebentar, pikirannya tertuju pada Puti Josephine tapi cepat-cepat Elazein menepis. Istrinya telah mengibarkan bendera kebencian pada Puti Josephine, Elazein tidak mungkin mengungkit hal yang membuat istrinya membenci. Ini akan menjadi masalah, isi pikiran Elazein sama dengan Iris. Wanita berusia 20 tahun itu termenung, haruskah dia mengikut sertakan Puti Josephine dalam rumah tangganya?

Perjuangan Dia Yang Terlahir KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang