🍁 Chapter 16

43 9 5
                                    

Chris tertatih ketika ia kembali ke menara. Rasa sakit yang menyerangnya ketika ia memasuki hutan tadi masih terasa di sekujur tubuhnya. Ia kesulitan bergerak tapi tidak bisa membiarkan dirinya terkapar tak berdaya di dalam hutan. Paling tidak, ia harus mencari bantuan agar keadaannya membaik. Lebih dari itu, ia juga harus meminta bantuan untuk Hyunjae di desa sana.

Chris kembali dirundung kebingungan tentang keadaan sang sahabat. Tadi, seingatnya ia sudah memutus kontak dengan Hyunjae. Tapi, setelah ia mendengar jika Minho sudah bertemu dengan Juyeon dan rasa sakit itu mulai menyerangnya, kontak itu tiba-tiba hadir lagi. Suara Hyunjae yang meminta pertolongannya terdengar. Tapi, ketika ia baru akan bertanya, semua hilang begitu saja—tidak ada lagi suara Hyunjae. Ketika ia mencoba untuk membuat kontak lagi, semuanya gagal. Bahkan kontak dengan ayah Hyunjae pun tak bisa ia lakukan. Maka, penyihir aquasera itu tidak punya pilihan selain kembali ke akademi.

Sayangnya, Chris tak dapat kembali begitu saja.

Rasa sakit itu semakin menjadi sehingga ia hanya bisa jatuh terduduk dan bersandar di sebuah pohon. Ia tidak bisa melakukan apa-apa dan baru bisa beranjak saat sudah menjelang tengah hari. Itupun ia harus tertatih-tatih untuk kembali.

“Oh, astaga! Apa yang terjadi padamu?”

Chris tidak mengenal suara itu, tapi ia berterima kasih karena ada orang yang menemukannya saat ia akhirnya berhasil keluar hutan. Ia sudah tidak berdaya dan membiarkan pemilik suara itu itu meraih tubuhnya untuk dipapah.

“Chris? Christopher? Kau dengar aku?”

Chris memejamkan matanya—mencoba menahan rasa sakit yang menyerang tubuhnya. Tapi ia tetap mengangguk untuk memberi tahu pemilik suara itu jika ia memang masih bisa mendengar.

“Kau kenapa?”

Kali ini, sahabat Hyunjae itu memberikan jawaban berupa gelengan. Ia kesulitan mengeluarkan suara sehingga hanya gerakan kaku itu yang bisa ia berikan sebagai jawaban untuk semua pertanyaan itu.

“Baiklah, aku akan membawamu ke ruang penyembuh.”

Selanjutnya, yang Chris rasakan adalah tubuhnya yang diajak bergerak pergi. Ia tidak bisa memperkirakan seberapa jauh itu, tapi ia yakin sekali jika itu adalah ruang penyembuh. Ia tidak bisa melihat semua dengan jelas sampai ia merasakan tubuhnya dibaringkan di sebuah tempat tidur.

“Chris?”

Walau dengan susah payah, Chris berusaha membuka matanya. Manik abu-abunya langsung disuguhkan dengan pemadangan Chanhee yang menatapnya khawatir. Di sisi penyihir bersurai merah jambu itu, ada seorang peri belvarodian yang juga menatapnya dengan tatapan serupa.

“Tolong...”

Setelah tadi kesusahan membuka suaranya, kali ini Chris mampu mengeluarkan suaranya walau volumenya benar-benar kecil.

“Kenapa?” Tanya Chanhee begitu saja.

“Tolong—Hyunjae...”

“Hyunjae? Kenapa lagi dengannya?” Kali ini, si peri belvarodian yang bertanya. “Aku mendengar kabar dari ibuku jika ia sudah kembali ke rumahnya. Apa yang terjadi padanya?”

Chris menggeleng, “aku tidak tahu,” jawabnya pelan. “Tapi, tadi dia sempat meminta bantuan sebelum semuanya hilang.”

Peri belvarodian itu mengangguk dua kali. Ia lalu berpidah posisi dari sisi Chanhee ke sisi tempat tidur yang lain.

“Choi, kau periksa saja dia, aku akan meminta tolong pada ibuku untuk melihat keadaan Hyunjae.”

Setelah berucap demikian, peri dari ras penyembuh itu bergerak ke sisi ruangan yang lain. Ia membuka jendela kaca kusam yang ada di sana dan sibuk sendiri dengan kegiatannya mengirim pesan melalui seekor kupu-kupu merah yang sempat masuk dan terbang mengelilingi ruangan itu sebelum pergi. Setelah selesai, barulah peri itu kembali ke sisi ranjang.

DOMINUS AXELDIANWhere stories live. Discover now