🍁 Chapter 25

31 9 0
                                    

“Mau ke mana kau?”

Minho mengerjap-ngerjap ketika tatapan tajam dari manik sewarna langit malam milik Juyeon menusuk masuk ke dalam maniknya. Rasanya seperti sudah lama sekali ia tidak bertemu tatap dengan manik itu. Namun lebih dari itu, arti tatapan itu membuatnya mundur begitu saja.

Tidak. Minho tidak dalam keadaan siap untuk menghadapi Juyeon sekarang. Saudara kembarnya itu tentu akan melakukan sesuatu untuk apa yang sudah terjadi sebelumnya.

“Aku—”

Karena tidak siap, Minho juga tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini. Jadi ketika Juyeon melangkah maju untuk mendekatinya, mulutnya tak bisa suarakan apa-apa. Hanya kakinya yang perlahan ikut melangkah mundur untuk lebih jauh dari jangkauan Juyeon—yang sayangnya sangat percuma.

Juyeon sendiri bergerak lebih cepat. Ia tidak mau rencana yang sudah disusunnya berantakan hanya karena Minho pergi begitu saja. Keselamatan Chris dipertaruhkan untuk membuat Minho keluar dari persembunyiannya. Jadi, Juyeon akan memastikan jika saudara kembarnya itu mempertanggung-jawabkan apa yang terjadi.

Minho tetap melangkah mundur dan Juyeon langsung mengulurkan tangannya untuk meraih lengan saudara kembarnya itu. Bersamaan dengan itu, sayap sebelah kanannya juga bergerak maju sebelum melingkupi tubuh Minho dan mendorong punggungnya untuk tidak bergerak menjauh lagi. Membuat Minho cukup kaget karena jaraknya dan Juyeon nyaris tak ada.

“Juyeon...” Minho berucap memelas. Kedua tangannya bahkan sudah menyatu—walau salah satu lengannya masih dalam genggaman sang saudara kembar—bersiap mengiba. “Aku mohon biarkan aku pergi.”

Dengar saja kalimat permohonan itu. Bahkan tanpa melihat wajah Minho pun, Hyunjae yang posisinya ada di belakang saudara kembar Juyeon itu bisa membayangkan bagaimana kedua manik keemasan itu menatap Juyeon dengan—oh sungguh, jika itu Hyunjae, ia tak akan sampai hati untuk menolak permintaan Minho.

“Setelah semua kekacauan yang kau lakukan, kau masih berniat pergi lagi?” Tapi, Juyeon bukan Hyunjae yang tak akan menolak permintaan itu. Nyatanya, manik sewarna langit malamnya itu masih menusuk tajam pada manik keemasan Minho yang memelas. “Apa yang kau rencanakan? Kau pikir dengan menyebarkan berita kamatianmu di segenap penjuru, semua akan selesai?”

“Tapi aku tidak bisa pergi dan diam saja seperti yang kau inginkan.” Sahut Minho cepat. “Bagaimana bisa aku melakukan itu sedang kau dan semua orang akan menghadapi kesulitan besar?”

“Lalu, apa yang kau inginkan?”

“Biarkan aku pergi!”

“Tidak.”

“Juyeon...”

“Tidak, Lee Minho! Aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi!” Melepas tangannya yang sejak tadi masih memegang lengan Minho, Juyeon juga menarik sayapnya kembali sebelum bergerak mundur dari saudara kembarnya itu. “Kau tidak tahu bagaimana aku ingin menghancurkan semuanya saat kau tidak ada dan mendengar kabar jika kau sudah mati?”

“Tapi sekarang kau sudah tahu juga melihat sendiri jika aku masih hidup.”

“Tidak, kau tidak boleh pergi!”

“Tapi yang semua orang tahu adalah aku sudah mati. Apa yang akan—”

“Kawan-kawan...”

Minho belum menyelesaikan ucapannya, tapi ia harus mengatub kembali mulutnya saat suara Hyunjae terdengar begitu saja. Saat ia dan Juyeon melempar tatapannya pada penyihir satu itu, keduanya kompak meringis karena ada Chris yang tak berdaya di sisi sahabatnya itu.

“Aku tahu kalian masih ingin berdebat, tapi bisakah kita menolong Chris dulu? Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya?” Ucap Hyunjae lagi. “Jika kalian lupa, tadi dia diserang sihir hitam.”

DOMINUS AXELDIANTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon