🍁 Chapter 23

37 10 3
                                    

“Ada apa?”

Pertanyaan yang diajukan Chris itu membuat Hyunjae melempar tatapnya pada Juyeon yang berdiri di sampingnya. Sedang penyihir bersayap satu itu nampak diam. Juyeon tidak memberikan jawaban apapun. Padahal, tadi sebelum ke tempat itu, Juyeon yang meminta Hyunjae untuk mencari keberadaan Chris karena ada yang harus ia tahu.

Lalu, apa yang tengah dilakukan saudara kembar Minho itu sekarang?

“Hei, Juyeon?” Mengulurkan tangannya, Hyunjae memilih untuk menepuk pelan pundak pemilik manik sewarna langit malam itu. Membuat lelaki itu langsung menatapnya dengan sebelah alis terangkat. “Kenapa kau diam saja? Tadi kau menyuruhku untuk mencari di mana Chris karena kau harus bertemu dengannya untuk sesuatu yang harus kau ketahui. Lalu kenapa sekarang kau diam saja?”

Tidak langsung menjawab, Juyeon kembali melempar tatapnya pada Chris. Ia masih diam juga untuk beberapa saat kemudian. Setelahnya mendongak untuk menatap pohon oak yang bergerak seperti ditiup angin sebelum kembali menatap Chris lagi.

“Aku ingin bertanya.” Gumam saudara kembar Minho itu kemudian. Tatapannya masih mengarah serius pada manik abu-abu Chris.

“Bertanya? Tentang apa?” Chris memberikan jawaban dengan tenang.

Melirik beberapa pohon besar yang tumbuh di sekitar mereka, Juyeon lalu menunjuk dengan gerakan dagunya—pada pohon-pohon itu.

“Tentang mereka.”

“Mereka?”

“Ya. Pohon-pohon itu. Dengan kata lain, seluruh isi hutan.” Menjawab pelan, Juyeon kini memusatkan perhatiannya lebih banyak pada si pohon ekaliptus yang diam kaku seperti batu. “Apa benar, kau bisa berbicara dan mendengar mereka seperti yang dilakukan axeldian?”

Kali ini, giliran Chris yang tidak langsung menjawab. Penyihir aquasera itu memilih untuk mendongak dan menatap dedaunan pohon oak di atas sana sebelum mengangguk pelan.

“Aku tidak tahu kenapa bisa seperti itu.” Jawab sahabat Hyunjae itu kemudian dengan sebuah gumaman kecil. “Mereka menolak untuk memberi tahu alasannya kepadaku.”

“Sejak kapan kau bisa mendengar mereka?”

“Beberapa malam yang lalu, ketika kalian semua pulang ke desa.” Memasang wajah berpikirnya selama beberapa saat, Chris juga sempat melempar tatapannya pada si pohon ekaliptus sebelum kembali menatap Juyeon lagi. “Awalnya aku sama sekali tidak tahu. Mereka seperti suara tanpa wujud. Tapi Minho ikut bergabung dalam pembicaraan mereka denganku, sehingga akhirnya aku yakin jika itu adalah suara pohon-pohon ini.”

“Minho ikut dalam pembicaraan kalian?”

“Iya.”

Kembali mengambil jeda, manik sewarna langit malam Juyeon kembali bergerak. Ia masih mengedarkan pandangannya ke sekitar sebelum kembali menatap Chris lagi.

“Kau dan Minho pernah berciuman—aakh sakit, sialan!”

Juyeon baru akan menyelesaikan pertanyaannya. Tapi ia malah mengaduh sakit karena pukulan kuat yang Hyunjae layangkan di pundaknya. Hal itu membuatnya menatap penyihir bermanik kebiruan yang nampak acuh di sampingnya.

“Apa-apaan pertanyaanmu itu, Juyeon?” Lalu, belum Juyeon menyuarakan isi kepalanya, penyihir manis itu lebih dulu bertanya. Sukses saja membuat saudara kembar Minho itu mendengus sebelum menatap Chris lagi.

“Aku bertanya padamu, Juyeon. Kenapa kau tidak menjawab?” Hyunjae yang tidak terima diabaikan Juyeon menarik kuat pundak lelaki itu. Tidak lupa menatapnya dengan pelototan tajam.

“Aish diam kau! Aku harus mendapatkan semua informasi ini dengan cepat sebelum semua terlambat.”

“Tapi apa itu termasuk dalam informasi tentang sebuah ciuman?”

DOMINUS AXELDIANWhere stories live. Discover now