๑'•. Parangtritis

48 11 15
                                    

WARNING
Sebelum membaca dimohon untuk menekan tombol bintang dan jangan lupa memberi komentar positif juga !

WARNINGSebelum membaca dimohon untuk menekan tombol bintang dan jangan lupa memberi komentar positif juga !

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

------


Setelah latihan dengan Saka serta ketiga temannya Abel pun pergi ke kamar sebentar.

Kemudian gadis itu keluar sejenak dan melihat ibunya baru saja kembali dari ladang.

"Loh, dimana teman temanmu?"

"Sudah pulang bu."

"Oh gitu, kamu sudah makan nduk?"

"Belum."

"Makan dulu ya? lalu bantu ibu."

Abel segera menuruti perintah Ratmi dan makan masakan seadanya yang ada di rumah.

Setelah itu dia menghampiri Ratmi kembali dan duduk di sebelahnya.

"Bu, aku hampir menangis."

"Kenapa? ada yang menyakiti hatimu?"

"Tidak, Abel terharu."

"Terharu?"

"Saat bermain biola tadi."

Ratmi tersenyum cerah dan menatap mata putrinya.

"Kamu memang hebat sejak dulu."

Abel lantas tersipu malu dan memegang salah satu tangan ibunya.

"Doakan aku saat lomba ya bu?"

"Tentu, segala harapan baik ibu curahkan untuk kamu."

Hari semakin beranjak gelap dan saat itu Saka tengah asik dengan bolanya.

"Kak!" panggil Rossa dari arah luar kamar.

"Iya cantik?"

"Sedang apa dengan bola itu?"

"Hanya bermain saja, kenapa?"

"O-oh, kakak tidak makan dulu?"

"Kakak sudah makan roti tadi."

"Ayo main bola denganku!"

Rossa lantas duduk di tempat tidur membelakangi kakaknya.

Saka mengoper bola dan ditangkap oleh Rossa lalu sebaliknya hingga mereka mengakhiri permainan.

"Aku ingin dengar cerita kakak di sekolah hari ini."

"Mau dengar?"

Rossa 'mengiyakan' dan mulai menyimak dengan saksama.

"Kakak akan ikut lomba futsal dan menemani kak Abel."

"Sungguh? kakak keren."

Saka tersenyum tipis dan melanjutkan ceritanya hingga tamat.

Raden SakaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora