28 | Couple Intuitive

551 88 14
                                    

H A I !👋

─ H A P P Y R E A D I N G ─

⚝⚝⚝

INI BUAT KAMU YANG SECARA SUKARELA MAU VOTE DAN KOMENT!💐

***

"Sendiri lagi? Mau aku temani?"

Anara tertawa, menertawakan dirinya sendiri yang kembali mendapatkan penolakan dari suaminya. "Sebentar, aku masih harus berusaha mengajak suamiku datang ke sini."

Lee Jihoon tersenyum kecil, dia mengangguk dan memilih duduk berjarak satu kursi di ruang tunggu dari tempat Anara. Di dering pertama dan kedua, suaminya tak menerima sampai di dering terakhir, barulah panggilan terhubung. "Gama, bisa temani aku periksa kandungan? Aku menunggumu di rumah sakit ya,"

Tetapi jawaban yang tidak Anara inginkan, malah terdengar untuk yang kesekian. "Maafkan aku, Nara. Aku sedang banyak pekerjaan,"

Anara memudarkan senyumnya yang terukir manis, "Perlukah aku mengantikan posisimu di perusahaan?"

Dengan mata memerah, Anara menunjuk Gama. "Dulu aku pikir, kamu memang benar sibuk bekerja di kantor dan mengendarai kapal! Tapi setelah berbulan-bulan, aku mengetahuinya! Kau bukan sibuk bekerja tapi sibuk bermesraan dengan wanitamu yang lain!"

Gama mengusap wajahnya dengan kasar, dia tak mengelak karena itu memang benar terjadi. Dulu, Anara dan Khairiah hamil di waktu yang bersamaan. Gama sempat bangga akan hasil kerja kerasnya yang membuahkan cinta manis, tetapi Gama tidak sadar, jika dirinya telah mengabaikan Anara yang juga hamil anaknya.

Bulan seterusnya, Anara tetap periksa kandungan seorang diri atau sesekali di temani Lee Jihoon. "Aku akan sangat senang kalau kau mau menjadi orang kepercayaanku," Anara dan Jihoon berjalan beriringan menyusuri koridor rumah sakit.

Keduanya tampak akrab seperti sepasang suami istri, "Sesuai keinginanmu." Jihoon melepas snelli putihnya, "Besok saya akan beralih profesi."

Awalnya Anara pikir, Jihoon hanya bercanda, tetapi dia benar-benar meninggalkan pekerjaannya sebagai Dokter demi menjadi kaki tangan seorang Anara. Dari sana, keduanya semakin akrab. "Jihoon, aku akan masuk sendiri, kamu tunggu di mobil aja."

Jihoon mengangguk saja, dia membiarkan Anara memasuki rumah sakit sendirian. "Ayahmu sudah terlalu kelewatan, dia selalu mengabaikan kita, maafkan Buna ya, sayang?"

Di dalam ruang pemeriksaan, Anara menatap layar monitor, "Usia kandungannya sudah memasuki bulan keempat ya, Nyonya."

"Baru empat bulan ya? Tapi kok saya merasa, perut saya jauh lebih besar dari usia empat bulan?"

Dokter kandungan Tersenyum kecil, "Di sana terlihat ada dua janin."

"Bayiku, kembar?"

Dokter mengangguk.

Anara mengusap kasar air matanya yang terus turun, "Kau tahu betapa bahagianya aku mengetahui jika aku hamil anak kembar darimu? Yang bahkan kau tidak tahu jika anakmu kembar!!"

Jantung Gama terasa seperti berhenti berdetak, "Kau benar tidak tahu, bukan? Ayah macam apa kau ini?!" Anara menatap Kaizer yang masih membatu dengan tatapan kosong, tidak paham mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga penuh konflik ini.

Dia pikir, dunia fana hanya akan memiliki masalah seperti perselingkuhan, keluarga, atau lainnya yang mudah di atasi tapi permasalahan keluarga Leon, benar-benar menguras otak. Terutama kasus kematian Leon yang sangat janggal. Ck! Kaizer semakin ingin cepat kembali ke surga saja kalau begini.

"Nara... Bayi kita," Napas Gama tercekat di tenggorokan. Dia memang tidak tahu tentang anaknya yang ternyata kembar dan—

"Mereka sudah mati, Gama!"

Bagai terperosok ke jurang curam, Anara merasakan sakit yang teramat dalam tatkala Dokter mengatakan bahwa kedua anaknya tidak bisa di selamatkan. Anara ingat betul, saat itu dia memergoki suaminya tengah mencium pipi seorang wanita yang juga tengah hamil. Lalu perkataan keduanya, menghancurkan hati Anara sampai tak bersisa.

Mereka bicara, "Khairiah, anak kita pasti sangat tampan sepertiku."

Anak kita? Anara terlalu kalut, sampai mengendarai mobil layaknya manusia kesetanan. Dia pun mengalami kecelakaan tunggal dengan menabrak pembatas jalan, kedua bayinya, tidak bisa di selamatkan.

***

"Kai, Kio, Mamah datang bersama... Ayah kalian,"

Tubuh Gama meluruh, jatuh bersimpuh di tengah dua makam berdampingan yang bertuliskan, Kaizer Princelion Jacques Durkheim dan Kiozar Princelion Jacques Durkheim. Kedua anak kembar Anara dan Gama yang telah berpulang lebih dulu 18 tahun lalu. Salah satu dari kedua bayi kembar itu adalah,

"Aku? Di sana... Ada aku?"

Diam-diam Kaizer membututi kepergian kedua orang tuanya yang sangat tergesa-gesa dengan raut wajah berbeda. Lalu menatap nama yang tertera di batu nisan kedua yang menuliskan namanya, berhasil membuat Kaizer mengepalkan kedua tangannya erat. Kata Dewa, dirinya meninggal bahkan saat belum sempat di lahirkan.

Mungkinkah, "Aku anak Buna dan Ayah yang sudah meninggal? Dan kembaranku juga sudah meninggal?"

Sementara itu, Gama yang menangis sambil memeluk batu nisan atas nama Kiozar tanpa henti meminta maaf. "Nara, tolong maafkan aku dan anak-anak Ayah, tolong maafkan Ayah, Nak!" Gama yang menangis tidak menarik simpatik Anara sama sekali, wanita itu tetap berwajah sedatar triplek.

"Kamu berbahagia dengan wanita itu, tanpa tahu jika aku menderita sendirian. Depresi atas kehilangan anak-anakku, kamu? Apa kamu ada sedikit saja memberiku perhatian? Kamu malah datang dan membuat sebuah kebohongan. Kamu kira aku bodoh? Aku yang melahirkan mereka! Jelas aku tahu lebih dulu kapan mereka pergi menghadap Tuhan,"

Anara mendongak, menahan air matanya. "Tapi aku sangat berbaik hati dan ingin menikmati kesengsaraan wanitamu, aku berpura-pura bodoh dengan ikut masuk ke dalam permainanmu. Kau membawa anakmu dan menjadikanya anakku? Aku ikuti alur permainanmu, bukankah sekarang, akhir yang manis?"

"Kau tetap bahagia dengan wanitamu dan aku hancur atas kehilangan anak-anakku, kamu terlalu curang, Gama."

"Enggak, Nara! Kamu salah!"

"Apa yang salah? Aku tahu semuanya, Gama! Kau mengatakan pada wanitamu bahwa anak kalian mati dan memberikan bayi kalian padaku setelah berbulan-bulan kedua anakku pergi. Kau berkata,

"Nara maafkan aku, sayang. Aku menyembunyikan Leon darimu karena dia sakit,"

... Gama, kamu bodoh! Anakku mati bahkan sebelum mereka terbentuk dengan sempurna! Aku memang depresi, bukan berarti aku amnesia! Aku jelas ingat, bahwa anak-anakku gagal aku lahirkan."

Kaizer menyandarkan punggungnya pada batang pohon, "Aku adalah Kaizer anak Buna dan Ayah yang sudah meninggal bersama kembaranku, Kiozar. Leon? Dia anak Ayah dan Khairiah yang ditukar sama Ayah sendiri, seakan-akan Leon adalah aku."

Tatapannya lurus, menatap Buna dengan sorot sendu sebelum akhirnya memelotot kaget saat melihat Buna, mengeluarkan sebuah pistol dari saku piyama tidurnya. Kaizer panik, dia takut Buna benar-benar membunuh Ayah Gama di pemakaman raganya. Tidak! Dirinya baru tahu siapa dirinya yang sebenarnya dan di mana makamnya, Kaizer tidak akan membiarkan makamnya ternodai darah Ayah brengseknya.

"BUNA TUNG—"

Dorr!

***

Couple Intuitive [Hiatus]Where stories live. Discover now