29 | Couple Intuitive

714 78 11
                                    

Tubuh Anara menegang, matanya menyorot kosong pistol di genggaman tangannya yang secara perlahan mulai terjatuh ke tanah. Pikirannya mendadak blank, tidak mampu hanya untuk sekedar mengungkapkan satu patah kata pun. "L-leon,"

Bahunya mengeluarkan darah segar, Kaizer menatap luka di bahunya dalam diam. "Ayah, nyatanya, perasaan ingin melindungimu jauh lebih besar dari rasa takut mati. Ayah, terima kasih telah memberikan banyak pelajaran untukku."

Bruk.

Kaizer jatuh tidak sadarkan diri, membuat Ayah Gama tersadar dari lamunannya. "KAI!"

Dengan linglung, Buna Anara berjalan tidak bertujuan. Hanya mampu mengikuti kemana perginya Ayah Gama yang terburu-buru menggendong anaknya, membawa Kaizer pergi ke rumah sakit sesegera mungkin. Pikirannya benar-benar kacau, melihat anak kandungnya sendiri yang rela mengorbankan nyawa demi menyelamatkannya.

"Khairiah, ini semua karena dirimu."

Kedua tangan Buna Anara terkepal erat, wanita itu berteriak keras dengan air mata bercucuran. Berlutut di tengah makam kedua anak kembarnya, "Sayang-sayangnya Buna, maafkan Buna, Nak. Boleh Buna menyusul kalian? Buna sungguh tidak sanggup, Nak. Melihat Ayah kalian begitu bahagia bersama istrinya yang lain, Buna sakit, Nak. Boleh Buna ikut kalian saja? Kita akan berbahagia di sana."

Di sisi makam atas nama Kiozar, sebuah bayangan tembus pandang dengan siluet putih, tampak menatap sendu Buna Anara. Kesedihan dan kekecewaan terpancar dari kedua bola matanya, dia ingin mendekat, memeluk Bunanya dengan erat tapi apalah daya jika hanya kembarannya yang di beri kesempatan untuk menjadi manusia di dunia fana ini.

'Buna, Kio sungguh menyayangi Buna. Teruslah berbahagia Buna, Kio sakit melihat Buna sehancur ini. Biarkan semesta yang membalaskan rasa sakit Buna pada mereka, Buna jangan melakukan hal nekat. Dan Buna harus tahu, jika masih ada Kai di sisi Buna. Kai butuh Buna, seperti Kio yang sangat butuh Buna. I love you, Buna. Kio sayang Buna sampai kapan pun,'

"Anak-anakku," Buna Anara menangis sesenggukan sambil mengusap bergantian batu nisan kedua anaknya.

Hatinya sangat hancur berkeping-keping, bukan hanya perihal pernikahan kedua Ayah Gama dengan Khairiah, tapi juga tentang kepergian anak-anaknya yang begitu cepat. "Maafkan, Buna, Nak."

'Buna tidak salah, Buna adalah wanita hebatnya Kio juga Kai. Buna jangan menangis,' tangan Kiozar terulur, seakan ingin menggapai Bunanya yang hanya akan menjadi angan di ambang udara. 'Kio sangat-sangat mencintai Buna, terima kasih karena sudah berjuang untuk Kio dan Kai. Buna berhak bahagia walau bukan bersama Ayah,'

Mata Buna Anara sudah bengkak karena terlalu lama menangis, dirinya memang sangat membenci Khairiah dan Ayah Gama, pernah terlintas dalam benaknya untuk membunuh kedua orang itu, tapi akal sehatnya melarang. "Tunggu Buna, Nak. Buna akan menyusul kalian,"

'Jangan, Buna. Tolong jangan,'

***

"BUNA!"

Napas Kaizer memburu, pemuda itu menarik paksa nasal kanul di hidungnya, mencabut infus lalu berusaha turun dari brankar. Tatapannya menyiratkan kecemasan berlebih, pemuda itu tidak peduli pada raganya yang baru saja melewati masa kritis setelah tertembak dan kehabisan cukup banyak darah.

Ceklek.

"Leon!"

"Menjauh!" Nada suaranya begitu dingin, membuat Ayah Gama sempat terpaku di tempatnya, menatap lurus punggung Kaizer yang pergi tergesa-gesa.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 17, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Couple Intuitive [Hiatus]Where stories live. Discover now