HANYA BAYANG YANG TERSELIP NYALANG

3 3 1
                                    

HAPPY READING

Gelapnya malam telah terjatuh di dorong sepercik arunika yang berpecah di ufuk timur. Baskara mengusir gelapnya malam  dengan cahayanya yang bersinar terang. Namun, tidak ada hal istimewa dari pagi yang cerah itu selain Kivandra yang masih belum tertidur karena harus mengerjakan tugas dan pekerjaannya hingga pukul tiga pagi. Ditambah ia menyempatkan untuk membaca novel garapan Niskala yang telah dikirim oleh Mira. Ralat, bukan menyempatkan, tapi lebih kepada ia yang memang amat penasaran.

Laki-laki itu kembali menguap. Ia melirik jam dinding di sisi utara yang telah menunjukkan angka lima. Lantas menyeruput kopi ketiganya dan kembali menatap layar laptop yang masih menampilkan halaman Microsoft Word berisi cerita yang ditulis Niskala Nirwana sebelum ia kecelakaan. Kivandra telah berada di halaman terakhir dari dokumen itu.

Dip!

Layar laptop itu berubah gelap tepat saat ia berada pada kalimat terakhir dari cerita itu. Benda canggih tersebut kehabisan baterai. Dan pada saat itulah Kivandra ternganga dengan apa yang baru saja didapatnya. Cerita ini memang belum usai, berhenti pada Chapter delapan belas. Namun, cerita ini sama persis seperti yang diceritakan oleh Niskala padanya perihal Auriga Kavi. Jika tebakannya benar, apa mungkin yang diceritakan oleh Niskala padanya hanyalah khayalan gadis tersebut?

Jika memang benar itu hanya ilusi Niskala semata, berarti gadis itu juga menunjukkan gejala psikosis. Seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya, Niskala bahkan membahayakan nyawanya sendiri karena ilusinya. Mendadak Kivandra menjadi cemas. Bukan apa, hanya saja ia takut ada pemikiran untuk merenggang nyawa muncul di kepala Niskala. Hal tersebut sering terjadi pada pasien penderita psikosis.

Kivandra kembali menguap lebar dan menyesap kopinya. Namun, kopi hitam itu sama sekali tak bereaksi untuk menghilangkan kantuknya. Sepertinya, ia memang membutuhkan istirahat setelah beraktivitas sehari semalam. Ia men-charge laptopnya dan tak lupa untuk mematikan lampu kamarnya sebelum merebahkan tubuh di atas ranjang.

Namun, setiap kali ia memejamkan mata dan mencoba agar terlelap, wajah gadis berpipi tembam dengan rambut sebahunya hadir mengacaukan rencana Kivandra. Ia kembali membuka mata dan menatap langit-langit kamar. Jadi, seperti inilah sebagian kecil dari yang telah dirasakan oleh Niskala. Bagaimana bisa gadis itu bertahan dengan kegilaan cinta yang hanya menjadi ilusinya semata?

Beranjak dari tempat tidur, ia pergi untuk mencuci wajahnya. Lantas kembali pada tempat tidurnya dengan segelas air dan botol kaca berukuran kecil yang berisi obat tidur. Ia mengeluarkan salah satu butir kecil obat tersebut dan memasukkannya ke dalam mulut, menelannya dengan bantuan air mineral. Lantas kembali merebahkan tubuh di atas kasur, untuk selanjutnya tertidur pulas karena pengaruh obat.

***

Pukul delapan pagi di hari Rabu yang cerah. Kivandra berdiri di hadapan almarinya untuk memilih baju yang akan ia kenakan. Sudah sekitar setengah jam yang lalu ia berdiri di sana tanpa menyentuh pakaian-pakaiannya. Bahkan orang-orang menyebutnya seperti perempuan saat memilih busana. Padahal akhirnya, selalu saja baju terdekat dari jangkauannya yang akan ia kenakan.

Ia mematut dirinya di hadapan cermin sejenak setelah mengenakan pakaiannya. Dan tersenyum lebar mendapati wajah tampan dirinya yang memang selalu tampan.

Hari ini ia akan menemui Niskala di dekat jembatan penyebrangan bundaran Senayan. Tidak ada jadwal ke rumah sakit untuknya di hari Rabu, selain pada keadaan darurat. Maka dari itu ia bebas menghabiskan waktu dengan salah satu pasiennya itu.

Sejenak kemudian ia telah keluar dari rumah dan menempuh perjalanan menuju tempat yang telah mereka janjikan. Dan lima belas menit kemudian ia dapat menatap sosok itu dari jarak empat meter di depannya. Seperti biasa, gadis itu tengah melamun dengan tatapan sendu. Ia berjalan mendekati gadis itu dan menyapanya, “Nirwana.”

MAJNUN NISKALA✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant