3️⃣ - MSO

752 100 54
                                    

Seokjin POV

Aku melihat ibuku yang tampak sedikit panik saat menata gelas dan piring di atas meja makan, wajahnya tampak begitu tegang dan ia  bahkan sudah menyenggol gelas kaca yang ada di samping mangkuk kaca sup, untung saja  tanganku  refleks menangkap benda kaca itu dengan cepat dan menghindari insiden berisik-pecahnya gelas kaca jatuh ke  lantai.

"Hati-hati eomma"

"Oh!!  gelasnya!!"

"Sudah kutangkap!"

"Terima kasih, sayang-- kamu menyelamatkan gelas itu!"

Ibuku tersenyum gugup dan aku meletakkan gelas kaca kembali di atas meja makan.

"Jangan panik Eomma-- tenanglah"

Aku melihat wajah pucat ibuku yang kini berubah menjadi cemas,

"Jin-ie, eomma sangat gugup!-- bagaimana eomma tidak panik?! -- eomma tak menyangkah bahwa hari bahagia ini akan segera tiba!!!- setelah menunggu sekian lama!- akhirnya anak eomma akan segera menikah!!-- eomma akan mempunyai menantu yang cantik!!" Seru ibuku dengan suaranya yang menggebu-gebu.

Ibuku terlihat bersikap sangat berlebihan, aku merotasikan mataku dan menyadari bahwa sikap gugup dan paniknya bersumber dari kebahagiaannya karena sebentar lagi akan memiliki calon menantu.

"Pertemuan ini hanya pertemuan biasa eomma-- aku belum menikah, reaksi eomma sangat berlebihan" ucapku dengan santai.

Ibuku spontan menepuk bahuku dan terlihat gemas karena ucapanku yang menganggap pertemuan dengan calon pasanganku adalah hal yang sangat sepeleh.

Wajah ibu masih terlihat tegang, matanya melebar dengan begitu antusias dan ia mulai membantah kata-kata santaiku.

"Jin-ie! Ini bukan pertemuan biasa!--bayangkan saja bagaimana letihnya mereka yang datang jauh-jauh dari Italia untuk menemui keluarga kita di Pulau Kore"

Ibuku sedikit mengomel dan aku memilih bungkam saat ia terus menyemburkan kata-katanya, aku tak akan membantahnya atau menanggapinya lagi karena percuma saja, ia tak akan mendengarkan pendapatku, jika aku melakukan hal itu, maka omelan ibuku akan semakin meledak dan ia tak akan berhenti menyemburku dengan banyak kata-kata nasehat yang disertai dengan omelan.

"Kita harus berterima kasih pada mereka Jin-ie!!- jangan lupa untuk bersikap baik pada omega cantik yang akan datang menemui keluarga kita!!"

Omelan ibuku meredah saat aku  pura-pura mendengarkannya.

"Dari mana eomma tahu bahwa Omega yang dijodohkan denganku itu adalah omega yang cantik? Bagaimana jika eomma keliru dan ternyata wajah omega itu  jelek atau buruk rupa?"

"Yak!, Jin-ie--kamu bicara apa? Tentu saja eomma tahu!--ini adalah insting seorang ibu! -- perasaan eomma mengatakan bahwa calon istrimu pasti omega yang cantik dan juga lembut!"

"Harusnya appa meminta foto si omega pada pria Italia itu"

"Pria Italia itu punya nama Jin-ie---Namanya Agust Dante, paman dari omega cantik kita!"

Ibuku mengoreksiku, dan menegaskan secara tidak langsung bahwa aku harus menghormati pria Italia berwajah pucat-kaku dan dingin itu.

"Jangan terlalu berekspektasi terlalu tinggi eomma---berhentilah membayangkan omega itu berwajah cantik"

"Jin-ie, apa kamu mau tetap menikah jika omega itu tidak cantik?"

Ibuku tampak kesal dan ia memberikan tepukan gemas di salah satu bahuku, aku terkekeh dan sengaja bergurau dengan ibuku, tapi ibuku tampaknya tidak senang jika aku terus bercanda dan menghancurkan bayangan pikirannya tentang menantu omega yang cantik dan sempurna.

My Sassy OmegaWhere stories live. Discover now