5. Anak Band

7.1K 1.6K 589
                                    


Hai hai hai!

Selamat malam guysss

Absen hadir dulu sebelum ketemu Eiji!!!!

***

"KAK JI! KAK JI!"

"KAMBING!"

Langkah cepat Reiji mendadak berhenti di tikungan koridor kampus saat mendengar namanya dipanggil. Meski panggilan ketiga bukanlah namanya, tapi dia sontak tahu siapa pemilik suara itu. Dia kemudian memutar tubuhnya ke belakang, lalu menyaksikan seorang perempuan yang saat ini tengah berlari kecil ke arahnya.

"Chat gue nggak lo bales, ya, semalem? Apa udah lo jual motor gue?" Begitu sampai di hadapan Reiji, Aeris langsung merundungnya dengan tuduhan kejam.

"Nggak sopan," gumam Reiji. Dia tidak peduli dengan tatapan bengis Aeris kepadanya dan memilih untuk merogoh satu celananya untuk mengambil sebuah benda penting dari sana. "Cuma malaikat baik hati yang mau nolongin manusia nggak tahu diri."

Reiji menyodorkan sebuah kunci motor ke hadapan Aeris.

Dihujami kalimat menohok seperti itu membuat Aeris merasa malu bukan main. Bahkan untuk mengambil kunci motornya dari tangan Reiji saja rasanya sangat enggan. Bagaimana dengan nasib harga dirinya setelah ini? Apa laki-laki itu akan terus mengingat perbuatan memalukan darinya selama OSPEK di jurusan? Rasa-rasanya, Aeris yakin kalau dia tidak akan aman di kampus ini. Mengingat tingkah lancangnya yang mungkin saja sudah dibeberkan oleh Reiji kepada kating-kating lain.

Aih, setop, Aeris. Berhenti berpikir negatif.

Aeris akhirnya mengambil kunci motornya dengan cepat, lalu menukarnya dengan kunci motor yang Reiji pinjamkan kepadanya kemarin. "Gue nggak tahu motif apaan yang lo pakai buat nolongin gue. Tapi, thank you so much udah mau nolongin."

"Yaa," balas Reiji singkat.

"Ngomong-ngomong... gue masih penasaran. Kenapa lo mau nolongin gue? Ya... gue cukup sadar diri sih kalau sikap gue sedikit kurang ajar ke lo." Aeris melipat tangannya di depan dada.

"Malaikat baik nggak pandang bulu," balas Reiji, masih dengan jawaban konyolnya.

"Lo ngebet banget, ya, pengen dipanggil malaikat baik?"

"Nggak juga."

"Kenapa dari tadi nyebut itu mulu?"

"Emang ada larangan?"

Aeris hampir saja melayangkan pukulan ke bahu Reiji kalau kinerja otaknya melambat sedikit saja untuk melarangnya melakukan tindakan itu. Bagaimana dia tidak kesal kalau jawaban dan ekspresi wajah Reiji benar-benar menyebalkan? "Gue kesel banget sama lo!" cecarnya.

Reiji mengedikkan bahunya. "Gue nggak masalah."

"REI!"

Teriakan itu berhasil mengalihkan atensi Reiji dan Aeris. Keduanya sontak menoleh ke sumber suara. Seorang perempuan dengan rambut hitam lurus sepunggung yang dibiarkan tergerai itu berjalan ke arah mereka.

"Ada apa nih?" tanya perempuan itu begitu sampai di hadapan Reiji dan Aeris. Dia Zanila, perempuan cantik yang menjabat sebagai ketua HIMA. Parasnya yang menarik membuat beberapa orang terpikat kagum saat melihatnya. Termasuk Aeris yang hampir tidak berkedip begitu melihat senyum yang terbit di bibirnya.

"Dia, Kak, nyebelin banget dari pertama kali OSPEK di sini," adu Aeris kepada Zanila.

Zanila hanya memberikan tatapan bingung sambil memandang keduanya secara bergantian. Peka dengan kebingungan yang Zanila rasakan, Reiji pun menyeletuk, "Dia ini MABA yang motornya gue tuker sama punya lo."

"HAH?" Aeris terbeliak kaget.

"Ouw...." Sementara Zanila hanya sedikit terkejut saja.

"Loh?" Aeris masih bertahan dengan perasaan kagetnya. Jelas-jelas dia mendengar kalau kemarin Reiji mengatakan padanya bahwa motor yang dipinjamkan kepadanya adalah milik laki-laki itu. Aeris yakin dia tidak salah dengar.

"Hai, gue Zanila. Ketua HIMA di jurusan manajemen."

Reiji, lo bener-bener kurang ajar! Aeris memekik dalam hati begitu Zanila mengulurkan tangan ke arahnya untuk bersalaman. Sekarang, mau ditaruh mana lagi muka badut Aeris?

*****

"Udah, nggak usah marah-marah mulu. Santai aja kenapa, sih? Yang penting udah ditolongin."

"Lo nggak akan paham, Dan! Gue jadi malu sekarang!" Aeris mengibaskan tangannya di depan wajahnya yang gerah. Bisa-bisa dia tertipu dengan trik Reiji? Tahu kalau motor yang dipinjamnya bukanlah milik laki-laki itu, dia sudah pasti akan menolaknya. "Gimana kalau tuh cewek mikir kalau gue godain Tepung Kanji? Kan berabe, Dan!"

Dania mengembuskan napas pelan. Dia menatap malang ke arah Aeris yang terus ketiban sial selama OSPEK. "Siapa juga yang bakalan mikir gitu? Lo aja yang lebay, Ris. Pusing deh kalau lo mikir ke mana-mana," ucapnya.

"Kan bisa jadi, Dan. Siapa tahu tuh cewek kesel karena motornya dipinjem sama gue terus dia nggak terima dan bikin isu-isu nggak bener tentang gue?"

"Astaga.... Semua cewek emang kayak gini, ya, pikirannya?" Kini giliran Danu yang angkat bicara. "Kenapa nggak nelpon gue aja kemarin? Kan bisa gue bantu."

Aeris kembali meminum es tehnya yang sudah mengembun di bagian luar gelas sebelum menjawab, "Nggak enak, lah! Masa baru kenal udah minta tolong? Kalian juga pasti capek."

"Lah, kalau sama Kak Rei bedanya apa?"

"Kan dia yang nawarin bantuan, hehehe."

Dania langsung mencubit pelan paha Aeris hingga perempuan itu mengaduh kesakitan. Bahkan sampai membuat beberapa mahasiswa lain yang ada di kantin menoleh ke arah mereka. Danu yang melihat tingkah keduanya hanya mampu geleng-geleng kepala. Berteman dengan dua perempuan sekaligus pasti akan membuatnya semakin tertekan ke depannya.

"Lo suka sama dia, ya, Ris?"

"Mulut lo mau gue jadiin lontong?" ancam Aeris kepada Danu dengan tatapan mata tajamnya. "Pelanin suara lo sebelum orang-orang pada denger dan mikir aneh-aneh tentang gue," lanjutnya yang hanya dibalas cengiran oleh Danu.

Terdengar helaan napas panjang dari bibir Aeris. Tatapan perempuan itu mendadak kosong. Tiba-tiba saja, terbesit sedikit rasa sedih dalam hatinya. Hari ini adalah hari terakhir dia mengikuti OSPEK. Itu artinya, perkuliahan akan segera dimulai. Mimpinya untuk menempuh pendidikan di jurusan hukum benar-benar lenyap. Terkubur dalam-dalam. Kini, yang bisa Aeris lakukan hanyalah bersabar dan mencoba ikhlas untuk menerima apa yang seharusnya dia lakukan.

"Sampai kapan Aeris harus hidup seperti ini, Ma?"

*****

"ANJIR, DIA ANAK BAND?!"

Dania menelan ludahnya susah payah ketika melihat nama dan wajah Reiji yang terpampang nyata pada brosur yang dia dan Aeris pegang. Bukan hanya Dania, Aeris pun juga sama. Mulut perempuan itu bahkan sampai menganga lebar. Bukan hanya karena tahu bahwa laki-laki tersebut merupakan anggota Band di kampus, tapi juga foto Reiji yang terpampang nyata di sana sebagai keyboardist yang penampilannya benar-benar jauh berbeda.

Lebih... ganteng?

Ah, tidak! Aeris tidak mungkin mengatakan itu! Dia pasti sudah gila!

"Ris... ganteng banget, Ris...."

Padahal, pakaian yang dikenakan Reiji hanyalah kaos putih polos dengan celana denim selutut dan aksesoris kalung simpel yang menghiasi lehernya. Namun, sesederhana itu bisa membuat Dania dan Aeris memusatkan perhatiannya ke arah sana. Seolah tidak ada objek lain yang lebih menarik dari foto Reiji.

"Kenapa dilihatin? Nggak pada pulang?"

Aeris tidak salah. Reiji memang jelangkung!

*****

500 komen dulu yuk guyss biar makin semangat updatenya hihi

Rotasi Dunia ReijiWhere stories live. Discover now