27. Gue Beneran Laku, Kak?

3.1K 650 460
                                    

"Kambing!"

Aeris memanggil Reiji setelah jarak mereka hanya menyisakan tiga langkah saja. Senyum lebar di bibirnya menandakan bahwa dirinya begitu bahagia. Pun juga pipinya yang selalu merona dalam keadaan seperti ini. Aeris merasa ada banyak kupu-kupu yang sedang beterbangan di perutnya.

Tanpa lama-lama lagi, Reiji segera menghampiri perempuan itu dengan sebuah buket bunga yang sejak tadi berada di tangannya. Dia tidak bisa mendeskripsikan betapa bungahnya perasaannya kali ini. Rasa senang, tegang, juga takut terus menggerogoti hatinya. Namun, Reiji menikmatinya. Dia begitu menyukai saat di mana darahnya berdesir hebat dan jantungnya berdebar tak karuan. Dan semua itu hanya dapat dia rasakan saat bersama dengan Aeris.

"Thanks udah dateng," ucap Reiji, sangat lembut. Dia menyodorkan buket bunga lily ke hadapan Aeris.

Aeris yang masih berusaha mencerna keadaan itu pun tampak kebingungan. Namun, dia tetap menerima buket itu dari tangan Reiji. Kalau boleh jujur, Aeris ingin berteriak sekencang mungkin kalau hari ini Reiji terlihat berkali-kali lipat lebih tampan. Meski hanya memakai kemeja polos warna cokelat muda dan celana bahan warna hitam saja sudah membuatnya ingin pingsan di tempat. Ditambah lagi dengan rambut yang sedikit gondrong itu berantakan karena tertiup angin.

"Cantik kalau pakai dress gini," ungkap Reiji sambil melihat Aeris dari atas sampai bawah. Rambut hitam panjang itu digerai manis. Dress selutut dengan motif bunga-bunga sederhana itu kian menambah kesan manis dalam diri Aeris. Benar-benar cantik.

"Kak?" panggil Aeris, memberikan kode bahwa dia meminta penjelasan mengenai maksud dari semua itu.

Reiji terkekeh lalu menunjuk sebuah surat yang dia sematkan di dalam buket bunga. "Baca aja."

Karena sudah dibumbung oleh rasa penasaran yang snagat tinggi, Aeris pun dengan segera mengambil surat tersebut lalu membukanya untuk membaca isinya. Pasokan oksigen di sekitarnya mendadak menipis saat sederet tulisan di sana sudah berhasil dia baca.

Now, you're my gf.

*****

Aeris terpaku di tempat saat tubuhnya didekap begitu erat. Hangat. Dan... terasa nyaman. Meski ragu, tangannya yang terbebas itu mulai naik, mengusap punggung kokoh milik Reiji yang saat ini memeluknya. Perlahan matanya memejam. Menikmati setiap detik momen hangat yang tengah dia rasakan.

Cukup lama mereka terdiam dalam posisi itu sebelum akhirnya Reiji berujar, "Makasih udah dateng di kehidupan gue."

Aeris itu ibarat cahaya di kehidupan Reiji yang selama ini gelap gulita. Aeris juga ibarat gula dalam kopi pahit yang selama ini Reiji nikmati. Aeris juga sebaga udara bagi tubuh Reiji yang nyaris mati. Perempuan itu datang saat dunia tengah buruk kepadanya.

"Kak, gue pengen ngompol."

Reiji sontak melepas pelukan mereka. Hal itu langsung disambut dengan cengiran lebar Aeris yang tak berdosa. Wajah tengil perempuan itu ternyata belum juga hilang di saat-saat romantis seperti ini. Saking gemasnya, Reiji mengacak rambut Aeris sampai berantakan.

"GUE BERCANDA, KAK!" teriak Aeris yang kesal dengan tingkah Reiji yang suka sekali mengacak-acak rambutnya. "Gue udah nyatok satu jam demi ketemu lo, makanya telat. Malah diacak-acak!"

Reiji terkekeh. "Maaf," ucapnya lalu membantu Aeris untuk merapikan rambut perempuan itu.

"Kak," panggil Aeris. Kali ini raut wajahnya terlihat serius.

"Duduk dulu," perintah Reiji, mempersilakan Aeris untuk duduk di atas rerumputan.

"Gue beneran laku, Kak?" Aeris berkedip dua kali, menatap polos ke arah Reiji.

"Mulutnya kalau ngomong," tegur Reiji.

"Gue nggak pernah pacaran, Kak."

"Ya sama."

"Masa?"

"Iya."

"Ini kita beneran pacaran, Kak?"

"Gue beneran nggak nyangka kalau lo emang nggak bisa romantis, Ris."

"Bisa, Kak. Cuman lagi bingung aja."

"Bingung kenapa?"

Aeris mengembuskan napas berat. "Ini beneran cinta gue berawal dari tambal ban, ya?"

Reiji tertawa renyah. Celetukan Aeris selalu berhasil membuat humornya anjlok. Ada-ada saja yang di luar nalar. "Kenapa emangnya? Siapa tahu bisa dijual di SCTV."

Aeris menggembungkan pipinya lucu. Bohong kalau dia tidak salah tingkah sekarang. Bahkan ingin rasanya dia menenggelamkan diri di sungai amazon dan berteriak pada dunia bahwa dirinya benar-benar malu sekarang. "Lucu banget kalau dipikir-pikir. Abis ini pasti nggak bisa tidur."

"Gue temenin."

"Nggak boleh! Belum sah!"

"Dih, siapa yang mau nemenin tidur beneran? Telepon kan bisa."

"Jawabnya jangan gitu, Kak. Kelihatan banget kalau gue goblok...."

Reiji tersenyum lebar. Sorot matanya menatap Aeris begitu dalam, menyiratkan harapan yang begitu besar pada perempuan itu. Tidak lama kemudian, dia menarik perempuan itu untuk bersandar di dadanya. Sambil menatap matahari yang mulai hilang ditelan kegelapan, mereka menghabiskan waktu sore di sana untuk bercanda dan melupakan segala beban hidup yang selama ini menjerat mereka. Meski sebentar, setidaknya mereka tahu rasanya hidup tanpa memikirkan hal-hal bersama seseorang yang mereka cintai.

*****

"Go-carnya udah dateng, Kak."

Aeris berdiri dari duduknya, begitu juga dengan Reiji. Sebetulnya, bisa saja Reiji mengantarkan Aeris pulang dengan motornya. Namun, dia takut membuat perempuan itu tidak nyaman. Karena saat ini, Aeris memang mengenakan dress pendek. Reiji juga tidak membawa jaket untuk menutupinya. Daripada bingung, Reiji akhirnya memilih untun memesankan go-car untuk Aeris. Perempu itu juga sudah menyetujuinya.

"Kalau udah sampai jangan lupa kabarin," pinta Reiji.

Aeris mengangguk patuh. "Iya, lo juga, Kak."

"Pak, titip pacar, saya, ya," pesan Reiji kepada driver yang sudah menunggu.

"Siap, Mas," jawab driver tersebut.

Reiji mungkin tidak tahu kalau embel-embel 'pacar' yang laki-laki itu sebutkan mampu membuat Aeris harus menahan rasa panas yang kembali menjalar di pipinya. "Kak, berhenti nyebut embel-embel pacar segala. Belum terbiasa, gue takut mobilnya kebakaran karena pipi gue dari tadi panas banget."

"Lebay," ejek Reiji. "Udah, masuk sana. Jangan lupa kabarin."

"Gue pulang ya, Kak," pamit Aeris sebelum dia masuk ke mobil.

Reiji terus memandangi mobil itu sampai benar-benar pergi dari hadapannya. Baru setelah itu, saat dirasa bahwa Aeris tidak akan bisa melihatnya lagi, Reiji mengepalkan tangannya dan meninju udara dengan sekuat tenaga. Tidak. Dia tidak sedang marah. Melainkan tengah melampiaskan rasa senangnya yang sudah dia tahan mati-matian sejak tadi.

Reiji yakin bahwa hari ini adalah hari paling membahagiakan setelah sekian lama.

bersambung...

***

So this is war is over~~~~

Hehe. Siapa yang cengar-cengir sendiri update an kali ini?

Karena kemarin komennya 🔥 jadi semangat update

Siapa yang mau besok update lagi? Sini 400 komen

Rotasi Dunia ReijiWhere stories live. Discover now