13. Perasaan Aneh

6.1K 1.3K 1K
                                    


Hai hai hai!

Selamat malam guys

Absen hadir dulu sebelum ketemu Eijiii

******

Setelah menghabiskan waktu yang emosional di taman, Reiji pun mengantarkan Aeris pulang dengan motornya. Reiji memegang erat setang motor, mencoba mengendalikan kegugupannya. Sedangkan Aeris memegang erat pegangan belakang motor, merasa berdebar-debar karena dekatnya jarak antara mereka. Sungguh, malam ini terasa begitu panjang dibanding biasanya.

Reiji melirik Aeris sekilas melalui kaca spionnya, mencari keberanian untuk mengungkapkan apa yang ada di benaknya sekarang. "Aeris," panggilnya dengan suara yang sedikit bergetar. "Kalau butuh apa-apa, jangan ragu buat hubungin gue. Termasuk tugas-tugas kuliah lo."

"Jadi, gue nggak perlu bayar lagi, nih?" tanya Aeris dengan nada sedikit menggoda seperti biasa.

Reiji tertawa samar di balik kaca helmnya. "Khusus buat lo, gue kasih diskon lima puluh persen."

"Kenapa nggak gratis aja?"

"Bercanda, Aeris. Gratis buat lo karena kelihatan ngenes."

Keduanya pun tertawa lepas. Aeris bahkan refleks memukul pelan pundak Reiji, seolah-olah hubungan mereka memang bukan lagi sebagai orang asing. Melainkan dua sahabat yang tanpa sengaja dipertemukan takdir.

Mereka pun terus melaju di jalan sepi, angin malam yang dingin menyapu lembut wajah mereka. Setiap kali mata mereka bertemu melalui kaca spion, ada kehangatan yang tak terucapkan dalam tatapan mereka. Walaupun ada banyak hal yang harus dihadapi, mereka seperti bertekad untuk saling memberikan dukungan. Percakapan di taman tadi berhasil membuat pandangan keduanya berubah satu sama lain.

Tak terasa, perjalanan mereka pun usai. Sampainya di depan rumah Aeris, Reiji menghentikan motor dan mematikan mesinnya. Setelah itu, Aeris buru-buru turun dari motor Honda CB150R StreetFire miliknya.

"Makasih banyak buat malam ini, Kak," tutur Aeris dengan lembut. Sangat berbeda dengan nada bicaranya sehari-hari. Dia juga melemparkan seulas senyum tipis di bibir ranumnya. Senyuman tulus yang jarang sekali dia perlihatkan.

"Makasih juga," balas Reiji seadanya. "Gue pulang, ya," lanjutnya kepada perempuan itu.

Aeris mengangguk sebagai jawaban. Tanpa menunggu Reiji pergi terlebih dahulu, dia segera membalikkan tubuhnya, kemudian mematri langkahnya menuju halaman rumah. Sebab dia sudah tidak tahan dengan perasaan campur aduk yang sejak tadi terus menggerogoti hatinya. Maka dari itu, daripada mempermalukan dirinya sendiri, lebih baik dia segera pergi dari hadapan Reiji.

Reiji masih menunggu sejenak, memastikan Aeris sampai di depan pintu rumahnya dengan selamat, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanannya untuk pulang.

Laki-laki itu bahkan tidak sadar kalau tingkahnya hari ini tentu sangat jauh berbeda dengan kepribadian seorang Reijiro Damastara yang biasanya. Entah mantra apa yang Aeris miliki sampai membuatnya tidak mengenali diri sendiri.

*****

Hari ini, Aeris mendapat jadwal kuliah siang. Dia tidak terlalu buru-buru menuju kelas karena masih ada waktu setengah jam sebelum perkuliahan dimulai. Aeris berjalan pelan melewati area kantin di kampus dengan buku-bukunya yang dipegang erat. Namun, matanya tidak sengaja menangkap Reiji yang sedang asyik berbincang-bincang dengan Zanila di salah satu meja. Hati Aeris tiba-tiba terasa berat dan dia merasakan sentuhan cemburu yang tak terduga.

Mereka saja baru mulai dekat kemarin malam, hak apa yang Aeris punya untuk merasakan perasaan ini?

Aeris memutuskan untuk menepi sejenak, mengamati mereka dari kejauhan. Reiji dan Zanila terlihat sangat akrab, tertawa dan mengobrol dengan penuh semangat. Wajah Aeris mulai memerah, dan pikirannya mulai memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu.

Apa keduanya benar-benar sedekat itu? Aeris bahkan tidak pernah menemukan ekspresi lepas Reiji saat tengah bersamanya.

Ketika sadar kalau dirinya telah berlebihan, Aeris pun menggeleng-gelengkan kepalanya dengan gerakan cepat. Mencoba mengusir pemikiran-pemikiran konyol yang hinggap di kepalanya. Sejak kapan juga dia peduli dengan hal-hal tidak penting seperti ini?

"Dih, lo bahkan nggak kayak Aeris yang gue kenal," gumam Aeris yang ditujukan untuk dirinya sendiri. Merasa cukup dengan pikiran gilanya, Aeris pun melanjutkan perjalannya menuju kelas.

"WO, RIS!"

Itu suara Danu. Laki-laki tengil itu kini berlari menyusulnya dengan senyum lebar yang memperlihatkan gigi gingsulnya. Ya, Danu memang tidak tampan. Tapi laki-laki itu memiliki gingsul yang dapat mempermanis wajah. Sehingga wajah Danu menjadi enak untuk dipandang.

"Tumben udah nyampe kampus. Biasanya lima menit sebelum bel masuk," kelakar Danu setelah tiba di samping Aeris. Dia langsung merangkul pundak perempuan itu kemudian menariknya untuk lanjut berjalan.

"Emang kenapa, sih? Kalau telat, salah. Kalau cepet, dikomentarin." Aeris memutar bola matanya dengan jengah.

"Hahaha, bercanda doang kali. Serius amat hidup lo," balas Danu dengan menggelengkan kepala heran.

Aeris hanya menjawabnya dengan kekehan ringan. Pikirannya masih tertinggal di kantin jurusan. Dia yakin tidak akan bisa fokus setelah ini.

Aeris mengembuskan napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Dia menyadari bahwa cemburunya adalah reaksi yang berlebihan, terutama karena Reiji dan Zanila yang hanya berteman biasa. Lagi pula, dia dan Reiji juga tidak memiliki hubungan khusus.

******

Reiji keluar dari gedung kuliah dan melangkah menuju parkiran kampus dengan langkah yang mantap. Sinar matahari sore menyinari jalanan, menciptakan bayangan-bayangan yang panjang di sekitarnya. Dari kejauhan, dia melihat Aeris berdiri sendirian, tampak ragu-ragu.

"Aeris!" panggil Reiji dengan keras.

Namun, ketika Aeris melihat Reiji mendekat, dia tiba-tiba berpaling dan mencoba menghindar. Tatapan Aeris terlihat ragu dan sedikit khawatir, memancarkan ketidaknyamanan yang tersembunyi.

Reiji memperhatikan tindakan Aeris dengan kebingungan. Dia melambatkan langkahnya dan berusaha mencari tahu apa yang sedang terjadi. Mengapa Aeris terlihat menghindarinya? Apakah ada yang salah? Bukannya semalam mereka memutuskan untuk saling terbuka?

"Kenapa?" tanya Reiji, berusaha memahami situasi yang membingungkannya.

Aeris menggigit bibirnya, tatapannya terus menghindar dari pandangan Reiji. "Eh, nggak apa-apa, Mbing. Gue lagi buru-buru mau pulang aja."

Awalnya, Reiji memang merasa ada yang aneh pada Aeris. Namun setelah mendengar panggilan konyol itu kembali terucap dari bibir Aeris, sepertinya memang hanya perasaan Reiji saja yang terlalu berlebihan dalam mengartikan sesuatu. Akhirnya dia pun menyingkir dan memberi jalan Aeris untuk dilewati.

"Hati-hati di jalan," ucap Reiji kaku, dengan ekspresi wajahnya yang datar tapi tegas seperti biasa.

"Gue pamit, ya. Tuh ditungguin pacar lo, Kak."

Reiji hampir tersedak ludahnya sendiri saat mendengar Aeris mengucapkan kalimat itu. Namun, belum sempat dia membalas, Aeris sudah telanjur pergi bersama motor kesayangan perempuan itu. Reiji yang kebingungan pun menoleh ke arah belakang, dan mendapati Zanila yang berdiri tidak jauh dari tempatnya. Perempuan itu tersenyum ramah kepadanya seperti biasa.

Apa dia dan Zanila memang terlihat seperti pasangan sampai Aeris mengambil opini seperti itu?

*****

500 komen yuk bisa yuk

See u guyssss

Rotasi Dunia ReijiWhere stories live. Discover now