TIGA BELAS : Looking for You

37 12 0
                                    

"PELAN-PELAN NGAYUH SEPEDANYA!!"

"PELAN-PELAN NGAYUH SEPEDANYA!!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"HAHAHAHA... KAMU SENENG NGGAK, SA? AKU BONCENGIN."

"SERING-SERING AJA, KAK! SOALNYA ASA MAGER KALAU NGAYUH SENDIRI. TAPI LEBIH ENAK KALAU NAIK MOBIL, SIH. CEPET SAMPAI DAN NGGAK CAPEK."

"HIDUP TUH JANGAN SERBA INSTAN, SA... OLAHRAGA JUGA PERLU BIAR TETEP SEHAT. KAMU KELAMAAN DI RUMAH SAMA DAVID JADI KETULARAN MAGER!"

Ya, Jaden dan Daniel tidak salah sih. Sejak kecil David memang terkenal malas gerak dan sering mengurung diri di rumah. Tapi David punya alasan.

"TAPI KAN KAK DAVID SAKIT, KAK. ASA BENERAN MAGER INI."

"David kuat kok. Dia orang yang keren."

David cacat. Jangan nyusahin dia.

Mata Asa berkaca-kaca di belakang sana. Ia senang dan bersyukur karena Jaden begitu mengenal David. Jaden juga tidak meremehkan David dan melihat David dengan sebelah mata hanya karena dia berbeda.

Memang cara orang menyayangi David tuh beda-beda. Tapi Jaden mempercayakan kekuatan David dan itu membuat Asa merasa bangga.

Bahkan Papa Jun tidak mempercayakan semuanya kepada David.

"Sa... Kok diem?"

"Eng... Hiks.. Gapapa."

"Nangis lagi?"

"Hiks... Nggak, nggak sengaja. Air matanya jatuh sendiri. Hati Asa tiba-tiba hangat dan itu bikin Asa nangis."

Jaden meraih tangan Asa untuk dilingkarkan di perutnya, "Peluk yang kenceng! Habis ini kita sampai di Sungai Vanesia. Nanti naik perahu ya."

Asa sudah tidak sabar untuk melakukan itu. Jadi dia menganggukkan kepala, "Ayo buruan! Asa nggak sabar mau foto-foto."

"Makanya jangan nangis, nanti fotonya jelek. Kan matanya jadi kayak panda."

"Iya... Maaf."

Maaf? Lucu banget Asa akalslalsjsk.

"Kenapa minta maaf? Kamu nggak salah."

"Nggak tahu. Biasanya kalau sama Kak Juan bilang gitu soalnya."

Juan, ya?

.

"Itu, senapannya turunin dulu sampai di perut."

Asa menuruti perintah Jaden. Hari ini, Jaden mengajarkan Asa untuk menggunakan senapan di rumah Jaden yang ada di Swiss.

"Segini?"

"Naik dikit," Jaden membantu Asa untuk membenarkan posisinya. "Itu dibuka dulu buat isi peluru."

"Gimana cara bukanyaㅡoh gini." Asa berdebar karena ini kali pertama Asa memegang benda tajam dan Jaden benar-benar mengajarkannya dengan senapan asli miliknya.

Utopia Vodca (re-write)Where stories live. Discover now