DELAPAN : I See The Light

1K 102 0
                                    

Karena Papa tahu kan kalau Kak Daniel sama Kak David nggak berguna?

Kamu bisa jadi jalang sama Jaden kenapa nggak jadi jalang juga ke Juan?

Kamu kan kayak mamamu, barang bekas.

Jadi nggak usah sok suci sama Juan.

David membuat lukisan di dalam kanvasnya dengan pikiran yang berantakan. Selama ini, Papa tidak menyukai Asa karena menganggap semua perempuan akan menjadi sampah. Dan Asa membuktikan pikiran Papa.

Tapi kata-kata Asa yang seolah bilang David tidak berguna, Asa tidak salah. David memang tidak berguna. David membunuh Damian. David tidak menyelamatkan Asa dari Juan. David juga tidak bisa melakukan apa-apa untuk perusahaan Papanya karena kakinya yang cacat.

"Vid."

Daniel meletakkan makanan di samping laki-laki itu. "Makan dulu, dari tadi kamu belum makan."

David meliriknya sebentar. "Kasih Asa aja, dia juga belum makan dari tadi."

"Tenang. Udah Kakak taruh di pintu kamarnya." Daniel melihat lukisan yang David buat. Kapal yang terombang-ambing di kegelapan malam, membuat Daniel sadar kalau David sedang tidak baik-baik saja. "Oh, ya. Kata-kata Asa tadi jangan dimasukkan hati. Dia itu anak kecil."

"Asa udah dewasa, kalau Kakak lupa." David masih menorehkan warna pada kanvas di depannya seperti tidak ada gangguan.

"Tapi dia ngomong gitu nggak serius. Dia bentar lagi bakalan minta maaf kok, dia akan sadar kalau yang dilakukan itu nggak etis."

"Gimana kalau Asa nggak ngerasa salah? Soalnya yang dia bilang itu bener. David nggak berguna jadi kakak Asa. David udah bunuh kebahagiaan Asa. Setelah Damian meninggal, kapan ya David lihat Asa senyum? Kayaknya nggak pernah."

"How bout Jaden?"

David menghentikan tangannya sesaat, sampai tidak sadar jika warna di kuas yang di tekan, mulai merusak gambarnya.

"Nggak, maksud Kakak, Kakak nggak akan menyarankan Papa buat jodohin Asa sama Jaden. Tapi... Sejauh ini Jaden selalu berjuang buat Asa, Jaden nggak pernah nyerah dan terlihat nyari orang lain. Jaden juga 'kan, first time Asa? Jaden nggak akan ngomong yang jahat soal masa lalu Asa kalau masa lalu Asa sendiri diㅡ"

Daniel mengacak rambutnya frustasi ketika melihat David tiba-tiba berdiri dan pergi.

"Nggak sopan banget punya adek dua. Yang satu sok pinter, yang satu lagi sok nggak butuh abang." Daniel ngomel-ngomel sendiri, "Kalian kira Papa cuma benci sama kalian, apa? Papa tuntut banyak hal ke aku juga tapi aku nggak banyak omong dan nyalahin keluarga."

"Ah..." Daniel mengusap dadanya perlahan. Dia harus sabar! Bagaimana pun, uang Daniel memang habis untuk bersenang-senang dengan wanita. "Sabar, Niel. Mereka anak kecil."

.

Suara vodca yang dituang memenuhi ruangan itu. David terdiam, menatap kosong gelembung yang menggenang di tengah-tengah gelas.

"Kali ini, kenapa lagi?"

David meneguk vodca dari Jaden.

Yah. David mana pernah membahas wanita? Dimatanya, hanya ada Senja. Tapi semenjak cacat, rasa insecure David meningkat pesat. Ia merasa tidak pantas untuk siapa pun apalagi dengan Senja.

Utopia Vodca (re-write)Where stories live. Discover now