DUA : I'm Sorry to Born in This World

893 107 30
                                    


"Sa..."

Juan menepikan mobilnya, menggenggam kedua tangan Asa dan meraih pipi Asa.

"I'm so sorry."

Tangan Asa bergetar kuat. Ia memejamkan mata, mencoba menghentikan air mata akan tetapi semua tidak mudah. Mereka berlomba-lomba untuk jatuh membasahi pipi Asa.

"I know i'm so dumb. Tolong lihat aku, Sa..."

Asa menggelengkan kepala, berusaha keras untuk menyembunyikan wajah dari Juan karena ia benci begitu lemah di hadapan Juan.

"Maaf banget, aku nggak maksud buat nuduh kamu ngelakuin itu. Tapiㅡ"

"Di mata Kak Juan, sampah tetep aja sampah." Asa melepaskan tangannya dari Juan. Menghapus air mata yang terus mengalir dengan susah payah. "Belum telat kok, Kak. Buat batalin pernikahan kita."

"Kok larinya ke situ?"

"Tadi kan Kak Juan bilang kenapa aku nggak sama Kak Jaden aja? Asa rasa, Kak Juan juga lebih prioritasin Dina daripada Asa." Asa terkekeh. "Oh iya, Asa kan cuma orang yang dijodohin Papa Kak Juan sama Papa Asa. Mama Kak Juan juga lebih suka sama Dina tuh. Kalau ada diskusi nikahan kita juga Dina yang diajak, calon pengantinnya aja nggak diajak diskusi."

"Jangan mulai deh, Sa."

Asa melepas seatbelt Juan, lalu membuka pintu mobil Juan untuk pergi.

"Mau kemana?"

Juan mengunci pintu mobilnya sebelum Asa berhasil membuka pintu.

"Hiks..." Asa sudah tidak sanggup menahan sesak di dadanya lagi. Ia marah, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Semua terasa menyakitkan dan membuat napas Asa terhambat. "Plis... Asa capek, mau pulang."

"Kita lagi jalan ke rumah kamu."

"Asa nggak punya tenaga buat berantem, Kak. Asa udah capek kerja."

"Apalagi aku, Sa."

"Kamu cuma capek nganterin dan nurutin Dina! Kerjaan Kakak tuh apa sih? Kakak tuh cuma nyuruh-nyuruh sekretaris kakak buat handle semua job kakak! Kakak nggak pernah dateng ke meeting bahkan waktu Asa dateng, Sekertaris Kakak selalu bilang Kakak pergi sama Dina. Dina, Dina, dan Dina! Sampai semua temen Kakak tahunya Dina calon istri Kakak, bukan Asa! Asa udah capek kerja, analisis Asa salah minggu ini. Asa kena SP di perusahaan Ayah sendiri. Asa juga harus handle job double yang harusnya punya accounting tapi gaji Asa nggak nambah. Asa benci karena nggak punya temen di kantor, mereka enggan sama Asa hanya karena Asa anak Ayah. Belum lagi kalau mereka ngomongin soal masalalu Asa. Iya Asa tahu kok, Asa salah. Asa udah berusaha tobat dan jadi orang yang lebih baik. Kenapa Kak Juan malah tuduh Asa yang enggak-enggak sekarang? Kak Juan sama aja kayak mereka!"

Asa menangis. Menangis dengan pilu dan sesenggukan. Sementara Juan hanya diam. Menatap Asa yang menangis di depannya tanpa sepatah kata pun.

"Udah ngomongnya?"

Asa tidak berbicara lagi. Jadi, Juan menarik tubuh Asa. Memeluknya dengan erat dan mengecup kepalanya. Membiarkan Asa menangis dalam pelukannya sampai perempuan itu tenang.

.

"Kak David?"

"Masih inget pulang, Cil?" Mendengar bentakan itu, mata Asa kembali berkaca-kaca. "Kok nangis? Kakak cuma tanya, Cil... Ini udah malem banget."

Mata Asa turun, melihat kaki David dengan tatapan yang meredup. Yang satu utuh, tetapi yang satu lagi dibantu dengan kaki palsu.

David cacat.

Utopia Vodca (re-write)Where stories live. Discover now