SEPULUH : Run Away

1K 119 8
                                    

"Tangan kamu kenapa, Sa?"

Asa terkejut saat tangannya digenggam oleh Juan. Tangan Asa memang diperban. Daniel yang melakukannya. Sedikit bodoh, terlalu banyak sampai membuat Juan khawatir.

"Enggak kenapa-napa kok."

"Udah makan siang?" Juan menarik kursinya supaya lebih dekat dengan Asa, sebelah tangannya ditaruh di kursi Asa yang otomatis, membuat wajahnya dekat dengan Asa.

"Kak Juan kenapa sih?" Asa mendadak risih dengan perlakuan Juan yang tiba-tiba.

"Tadi udah makan siang belum?"

"Udah."

"Makannya gimana?"

Asa memutar bola matanya kesal. "Makan kok gimana? Ya makan tinggal makan."

"Aku suapin. Tenang aja, Wan. Asa bakal cepet sembuh." Daniel mencoba melerai mereka dengan menjawab pertanyaan Juan.

"Mau makan apa sekarang?"

"Siapa yang bilang kalau Asa mau makan?"

Hermawan dan Papa Jun terkekeh melihat interaksi mereka. Mereka sama-sama pernah muda. Jadi tahu bagaimana ada di posisi Asa dan Juan saat ini.

"Biarin aja." Papa Jun menyerahkan daftar menu ke hadapan Juan, meminta Juan supaya membukanya.

"Mau makan apa?"

"Asa nggak mau makan!" Asa menggeser daftar menu dari jangkauan tangan Juan, "Asa nggak selera. Lihat Kak Juan Asa udah kenyang."

"Mie goreng satu nggak pedas. Sama," Juan menoleh ke luar. Cuaca cukup membuat gerah meski sudah malam, biasanya Asa memesan ini, "Manggothai."

"Kak David, Asa mau tuker duduknya. Asa nggak nyaman di sini."

"Nggak usah!" Ujar Papa Jun. Tapi David tetap berdiri, menarik lengan Asa dan membantunya duduk di kursi David tadi.

"Singkirin tangan lo dari kursi gue!" Ujar David sarkas pada Juan. Juan menurut, menyingkirkan tangannya, tetapi tidak melepas pandangan satu detik pun dari Asa.

Kalau ada masalah itu dikomunikasikan, bukan kasih celah untuk orang lain masuk.

Juan mengingat kalimat yang Arthur ucapkan, dan ia akan berusaha supaya bisa memperbaiki keadaan yang sekarang sudah ia berantaki.

Makan malam hari itu berjalan cukup lancar. Omong-omong, Juan meminta Daniel tukar tempat duduk supaya dia bisa di dekat Asa. Karena ia tidak mungkin meminta David tukar tempat duduk, kaki David satu. Juan tidak ingin menyulitkan David.

Tangan Asa kesulitan untuk makan, ia tidak bisa menggunakan sumpit sendiri. Meski Juan mengabaikan makanannya untuk menyuapi Asaㅡkarena dia sendiri payah menggunakan sumpitㅡia lega Asa mau menghabiskan makanannya.

"Asa pengen outdoor atau indoor?" Tanya istri Hermawan.

"Asa pilih ke Neraka aja."

Utopia Vodca (re-write)Where stories live. Discover now