#3 - MANUK DADALI

6 1 1
                                    

      Sembari di dalam perjalanan menuju ke kafetaria, Gascar kemudian menyampaikan kepada Netanya bahwa semalam, ia pun sempat memimpikan sesuatu yang aneh. Namun, kali ini, mimpinya tidak berada di dalam kendalinya dan ia bermimpi sedang menyaksikan sebuah pementasan tari kreasi khas Jawa Barat.

     "Aku bermimpi, semalam aku ada di sebuah acara. Tenda dipasang, lalu tidak lama dendang dangdut berbunyi. Ditampilkan juga tari kreasi khas Bumi Priangan." ujar Gascar.

     "Di manakah Jawa Barat? Apakah kamu pernah ke luar negeri? Menjelajah negeri yang elok nan indah di luar Rimbatopia?" tanya Netanya.

     "Jawa Barat adalah sebuah provinsi di negara Indonesia. Sederhananya, negara tersebut memiliki ideologi tersendiri, yakni Pancasila. Nah, ideologi nasional tersebut disimbolisasikan dengan sosok burung garuda yang mencengkram sebuah pita bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya walau berbeda-beda namun tetap satu. Lagu dangdut yang kudengar di dalam mimpi itu adalah Manuk Dadali, yang dalam Bahasa Sunda artinya burung garuda." balas Gascar.

     "Namun, apakah sopan kalau kamu membawa ideologi negara lain ke sini? Bagaimana reaksi Pak Ero ketika mendengar ini? Nanti kita dibilang olehnya tidak nasionalis... meski ia sendiri tidak memberikan teladan yang betul, sih..."  Netanya kembali membalas.

     "Apapun itu, kesatuan itu yang utama. Di Indonesia, gotong royong adalah sebuah hal yang begitu dijunjung tinggi. Ada harmonisasi antara pemerintah dengan rakyat, misalnya dengan contoh paling sederhana, ketua RT dengan warganya. Mereka masih menerapkan ronda malam di kala sebagian besar penduduk di suatu kompleks atau daerah tertidur. Sementara, kalau di sini? Kita para penjaga dibiarkan terlantar tanpa gaji yang memadai, dan hewan-hewan itu sungguh miris nasibnya!" jawab Gascar tegas.

    "Kau membuatku ingin membuat puisi, Gascar," Netanya kembali merespons. "Sayangnya, aku tidak paham Bahasa Sunda. Bisakah kamu mengajariku sedikit?" tanya Netanya.

     "Sejujurnya aku pun tidak paham. Hanya ada satu frasa yang aku pahami, kumaha damang? Ini sekarang kita mau mengarah ke mana? Karena keasikan berbicara, kita mendekati pintu keluar!" Gascar membalas.

     Akhirnya, keduanya segera berbalik arah menuju kafetaria dan mengambil sebuah kursi. Karena menunggu makanan terbilang lama, Gascar berinisiatif membacakan puisi. "Bagaimana kalau aku membacakan sebuah puisi agar kita tidak bosan?" tanya Gascar.

     "Itu ide yang spektakuler," jawab Netanya. "Namun, mengingat aku tidak memahami bahasa lokal itu, silakan disesuaikan ke Bahasa Indonesia saja." tutup Netanya.

       Gascar pun spontan membaca isi puisinya:

Bhinneka Tunggal Ika

Walau berbeda, tetap satu jua

Indonesia, negeri yang kaya

Ku harap aku dilahirkan di sana

Lihatlah di sini, Rimbatopia yang lara

Kami memang pengguna jasa

Bahasa Indonesia, harta yang kaya

Latar belakang sejarah pertemanan negeri jiranmu ini

Yang dahulu membeli rempah dan nikel satu kodi

Kau bisa bersatu, itu nilai lebih penyelamat di kala nanti

Keistimewaan yang abadi

Namun, kalau Rimbatopia diperlakukan keji

Tidak ada kolaborasi dan kooperasi

Hingga kapan saya akan hidup melarat dan tersiksa semacam ini?

Secercah Harapan di Suaka SatwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang