Bab 5: Hitler Nikah (Lagi) & Pertempuran Jalanan

617 60 26
                                    

3 Februari 1947
Berlin, Jerman
09.13am

Di bandara sipil dan militer terbesar di kota Berlin, 3 buah pesawat C-130J-30 Super Hecules menyungsung bendera Indonesia mendarat di landasan pacu bandara yang langsung dijemput oleh para personle Wehrmacht yang sedang berjaga di lapangan terbang.

2 pesawat TNI AU dan 1 pesawat TNI AD tersebut dikirimkan sehari sebelum kedatangan delegasi penting untuk urusan keamanan di hari H. Negara-negara lain yang telah berhenti berkonflik seperti Amerika Serikat, Inggris, Turki, Italia, Belanda, Belgia, Uni Soviet, dan lainnya juga ikut mengirimkan pasukan mereka untuk keamanan. Meskipun tensi pasukan dari negara-negara yang berperang sebelumnya masih sangat tinggi, hal tersebut berhasil diredakan dengan kedatangan pasukan dari Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam yang akan menengahi berbagai ketegangan nantinya.

Reza yang termasuk ke dalam salah satu pasukan keamanan membawa sekitar 450 prajurit elite dari satuan Paspampres yang telah dilatih secara keras oleh TNI AD dan TNI AU beberapa bulan sebelumnya yang awalnya digunakan untuk kunjungan ke wilayah konflik. Akan tetapi konflik yang telah berakhir masih membuat satuan ini tetap dikirimkan untuk mengantisispasi skenario terburuk.

TNI AL juga mengirimkan 2 kapal angkut helikopter dan 4 destroyer serta 3 kapal selam kelas Seawolf untuk pengamanan di kawasan laut. Reza sendiri memimpin 2 skuadron pesawat tempur IF-12A Beta dan 1 skuadron IF-12B Beta yang akan ditempatkan di salah satu pangkalan udara milik skuadron tempur Luftwaffe yang akan berdampingan dengan Me 262 di lahan parkir pesawat. IF-12A adalah varian 1 kursi, sedangkan IF-12B adalah varian 2 kursi dari seri awal pesawat IF-12 Beta.

~~~

Kedatangan pesawat-pesawat TNI tersebut memberikan konfirmasi yang jelas akan kedatangan delegasi Indonesia ke Jerman untuk menghadiri pernikahan sang pemimpin Jerman, Adolf Hitler. Reza sengaja ikut ke dalam rombongan pasukan pengawal presiden karena dia ingin memberikan beberapa hal kepada Hitler sebelum pernikahannya dimuai. Yang pastinya itu bukanlah hal yang baik, namun tidak akan menganggu acara.

Reza yang masih berada di udara disaat pesawat angkut telah mendarat mendapatkan pesan transmisi dari menara radar Jerman kalau mereka telah memiliki tempaat untuk mendarat.

(GER): {Kalian boleh mendarat, lokasinya berada di lapangan udara bagian utara bandara.}

(GER): {Dimengerti.} Reza

 Pesawat-pesawat tempur TNI AU segera menuju ke lapangan udara yang telah disiapkan sebelum dicurigai sebagai pesawat mata-mata karena terlalu lama berada di udara. Para insinyur dan perwira Luftwaffe telah menunggu momen ini karena mereka akan melihat salah satu pesawat tercanggih milik Indonesia dalam hal elektronik dan sensor karena avionik dari pesawat F-16A Block 15 lebih maju dari avionik F-14A Tomcat karena mereka dikembangkan dan diproduksi pada waktu yang berbeda dimana F-16A Block 15 diproduksi mulai tahun 1987 dan F-14A mulai diproduksi tahun 1970.

Pesawat IF-12 Beta adalah pesawat tercanggih dan paling fleksibel dalam melakukan misi, yang berada di gudang penyimpanan TNI AU saat ini. Para poilitisi Indonesia sendiri yang mengungkapkan kecanggihan pesawat tersebut setelah Reza mengatakan kalau Beta memang lebih canggih, namun Tomcat tetap paling kuat. Entah apa tujuan mereka, namun pesawat IF-12 Beta harus dijaga dengan sangat ketat karena menjadi sasaran penelitian banyak negara.

Pesawat yang dikirimkan ke Jerman sendiri adalah versi monkey modelnya yang telah didowngrade habis-habisan untuk mengambil 92% avionik canggihnya tanpa merubah spesifikasi kemampuan dogfight. Hal ini dilakukan untuk menjaga hal berbau avionik yang masih sangat vital dan tidak boleh dijabarkan untuk saat ini hingga 33 tahun ke depannya. 

Kembali ke cerita, pesawat pertama yang mendarat pastinya adalah milik Reza yang merupakan varian 2 kursi yang bagian kopilot diisi oleh seorang perwira angkatan udara yang terkenal karena prestasinya sekaligus salah satu pengembang mesin turbofan di dunia paralel, Marsekal Suhari. Setelah itu diikuti oleh pesawat-pesawat yang lainnya yang memberikan kesan gagah dan kuat karena ukuran mereka yang hampir 2 kali lipat pesawat Me 262 di sebelah mereka yang menjadi tulang punggung Luftwaffe saat ini.

Rise of Indonesian Devils In Parallel World: Shadow Era Season 2 [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang