Bab 12: Insurgency

515 54 19
                                    

27 Oktober 1948
Tel Aviv, Palestina
15.23pm

*Dor! dor! dor! dor!

*Drrrrrrrrrtttt!!!

"Air support!"

*Boom!! Boom!!

Para pasukan koalisi yang telah tercampur aduk formasinya maju bertempur dengan moral yang sangat besar karena kota Tel Aviv adalah kota terakhir yang masih berada di tangan pasukan Israel. Pertempuran berlangsung dengan sangat sengit yang diwarnai dengan berbagai aksi fanatik dari serangan gelombang manusia, hingga serangan bom bunuh diri akibat keputusasaan warga sipil Israel yang takut akan disiksa kalau ditangkap oleh pasukan Arab ataupun Waffen SS yang ikut dikerahkan.

Di salah satu titik pemukiman, terlihat 12 orang prajurit TNI, dan 19 orang prajurit Waffen SS dari 1st SS Division 'Leibstandarte SS Adolf Hitler' yang dikirimkan secara pribadi oleh Hitler untuk membantu operasi sahabatnya di medan perang yaitu Reza.

Reza yang menjadi salah satu anggota dari 12 prajurit TNI saat ini sedang memegang sebuah pelontar granat ganda yang sedang mengintai sebuah kendaraan lapis baja Israel yang mendekat. Reza dengan mata sihirnya melihat kendaraan tersebut sekarang mengalami masalah terhadap bahan bakar karena meteran bahan bakarnya bisa Reza lihat melalui pantulan kaca yang sangat tipis yang tidak akan bisa dilihat manusia biasa tanpa teknologi superior.

"Dia sepertinya akan kehabisan bahan bakar. Mesinnya tidak menyala sekeras yang lainnya." ujar seorang prajurit marinir TNI di samping Reza. 

"Aku tahu, tapi masalahnya ada 42 prajurit infanteri ringan yang dilengkapi dengan senapan mesin Bren disana. Meskipun kendaraannya berhasil hancur, harga untuk penyerangannya akan sangat mahal." Reza

Reza terpaksa berada di medan perang karena badai pasir beberapa hari yang lalu menyebabkan pesawatnya mengalami masalah dengan lipatan sayapnya yang tidak lancar akibat pasir. Sehingga Reza dan para pilot yang pesawatnya mengalami masalah tergabung dalam satuan kostrad untuk penjagaan. Namun karena kondisi, mereka harus diterjunkan terlepas mereka adalah pilot yang terbiasa melihat dari atas langit kecuali Reza yang sering bertempur di darat saat perang dunia kedua.

"Apakah kau memiliki rencana untuk itu? Kau adalah veteran kedua perang dunia bukan?" Tanya seorang kapten Waffen SS yang terlihat masih berusia 27 tahunan.

"Biarkan aku berfikir sebentar." Reza

Reza melihat benda-benda yang ada disekitarnya dan dia menemukan kalau sebuah gedung yang berjarak 190 meter dari kendaraan lapis baja M3 Half-Track tersebut sedang dalam keadaan kosong. Setelah itu Reza melihat struktur jalanan yang ada di posisinya saat ini melalui peta.

"Aku punya ide." Reza

"Jelaskan."

"Pasukan TNI dengan senjata RPG-7 hulu ledak HE akan bergerak menuju ke gedung yang ada disana." Reza menunjuk sebuah gedung kosong. "Dalam perjalanan, pasukan Waffen SS yang ada disini sebagian akan melindungi para personel TNI yang membawa RPG-7, dan personel TNI yang tersisa disini tetap stand by bersama dengan beberapa Waffen SS untuk berjaga-jaga kalau bantuan udara diperlukan." Ujar Reza yang setelah itu menatap kepada kapten unit Waffen SS.

"Apakah aku bisa mempercayaimu?" Reza

"Pertanyaan apa itu? Kita adalah sekutu untuk saat ini dan kedua negara tidak dalam hubungan yang buruk."

"Kalau begitu aku percayakan prajuritku kepadamu dan aku akan berada di gedung lain untuk mengintai kalian. Para sniper, kalian cari posisi yang mengarah ke daerah luar posisi ini untuk menahan atau mengabari kalau ada serangan dari luar titik." Reza

""Dimengerti.""

Pasukan sniper yang terdiri dari total 8 orang yaitu 5 TNI dan 3 Waffen SS langsung bergerak untuk mencari posisi mereka meskipun tugas mereka adalah penembak jitu. Namun para penembak jitu juga memiliki pelatihan dasar sniper karena sewaktu-waktu mereka harus menjadi sniper untuk mendukung pergerakan dan mengantisipasi serangan kejutan. Ataupun kalau ada seorang target penting yang tiba-tiba muncul diluar pemahaman dan perkiraan intelijen kawan.

Rise of Indonesian Devils In Parallel World: Shadow Era Season 2 [Slow Update]Where stories live. Discover now