Bab 6: Sahabat

636 61 55
                                    

"Shit!" Reza

Reza melompat kepada granat tangan yang menggelinding. Dengan cepat dia menangkapnya lalu memasukkan granat yang akan meledak tersebut ke dalam imaginary room miliknya. 

"Rapahel-san, cepat hancurkan granat tangan itu." Reza

<Memulai proses penghancuran objek.

*Ding

Objek berhasil dihancurkan. Keamanan individu master berhasil dikonfirmasi.>

Reza bangun lalu kembali berlari mengejar Kartono. Dalam waktu beberapa detik saja Reza sudah bisa melihat kalau Kartono sedang mengarahkan senapan M1928 Thompson kepadanya. 

"Rasakan ini dasar iblis." Kartono menarik pelatuk.

*Drrrrrrt!

*Dzing dzing

*Praang!

*Ctang!

Reza melakukan slide layaknya di game call of duty modern warfare, setelah itu Reza bersembunyi di balik sebuah mobil yang entah milik siapa tapi terparkir di gang tersebut. Tembakan peluru menyebabkan beberapa bagian mobil berlubang dan kacanya pecah. Reza mengarahkan pistol Pindad G2 Combat kepada salah satu kotak yang berisikan botol kaca di samping Kartono.

*Dor! dor! dor!

*Prang!

Pecahan botol kaca yang tertembak menyebabkan serpihannya mengenai mata Kartono yang membutakannya dengan cara menyakitkan. Karena rasa sakit di matanya, Kartono berhenti menembak dan Reza langsung keluar dari persembunyiannya setelah tembakan ke arahnya berhenti.

"Sebaiknya kau bisa kooperatif setelah ini." Reza

Reza langsung menendang pipi Kartono yang membuatnya tersungkur. Setelah itu Reza menendang perut Kartono beberapa kali sampai akhirnya Kartono pingsan karena syok akibat rasa sakit dan rasa tidak percaya yang besar kalau dia gagal menjalankan misinya. Reza berhenti memberikan perlakukan kasar kepada Kartono yang telah pingsan, Reza berbaik hati dengan menyembuhkan matanya karena dia tidak merasa nyaman kalau menyiksa orang darin matanya.

Reza biasanya hanya menyiksa orang dengan menyakiti bagiannya yang tidak vital layaknya tangan atau kaki saja. Reza selalu menghindari bagian sensitif layaknya perut, dada, leher, mata, dan lainnya karena ada kemungkinan mati kalau bagian itu dilukai. Hal itu Reza lakukan agar daya hidup korbannya tetap tinggi sampai Reza mendapatkan jawaban yang dia perlu.

Reza mengikat tangan dan kaki Kartono lalu membiusnya dengan serum obat tidur yang kuat agar dia bisa dibawa kembali ke Indonesia. Karena Kepolisian dan BIN memerlukan Kartono tetap hidup sebagai alasan untuk melakukan penangkapan kepada pemimpin partai yang membuat keputusan brutal.

Di tempat lain, pertarungan jalanan dimenangkan oleh personel Brimob yang sebelumnya adalah veteran operasi penumpasan teror di Indonesia di saat militer sedang fokus pada perang dunia kedua. Serangan teror sendiri masih terjadi di Indonesia saat perang dunia kedua karena saat itu terdapat gerakan ekstrimis agama yang mirip layaknya DI/TII yang disebabkan karena ketidaksetujuan pemerintah dalam kebijakan sekularisme atau pemisahan antara agama dengan politik.

Pasukan Brimob dengan persenjataan Kar98k dan MP 40 menjadi pasukan garis terdepan dalam menghadapi pemberontakan dan serangan anti mata-mata secara terorganisir. Sehingga mereka bisa bertindak lebih halus daripada militer yang saat itu sangat keras, apapun dilakukan asalkan target yang mahal berhasil dibunuh.  Dalam hal ini Brimob juga lebih ahli dalam menghadapi sesama orang Indonesia disaat mungkin militer sedikit ragu untuk menumpas secara halus karena pandangan militer agak keras pasca melawan kebrutalan Jepang.

Rise of Indonesian Devils In Parallel World: Shadow Era Season 2 [Slow Update]Where stories live. Discover now