Bab 14: Ekonomi

429 56 41
                                    

3 April 1949
Pangkalan TNI, Pulau Jeju
10.12am

Reza dengan beberapa prajurit dan perwira berjalan menuju ke sebuah barak yang dijadikan sebagai tempat penahanan sementara karena memang fasilitas penjara di pulau Jeju kapasitasnya masih sedikit dan sedang terisi penuh oleh prajurit TNI yang melanggar aturan di pangkalan. Seperti merokok, melewatkan jadwal patroli, atau ketahuan mengambil foto di spot terlarang. 

Reza melihat kepada salah satu prajurit dan dia menepuk pundaknya. Prajurit yang tiba-tiba pundaknya ditepuk panglimanya dengan cepat langsung menghadap Reza dan melakukan hormat.

"Siap, ada apa panglima?"

"Ambilkan beberapa makanan ringan dan air putih yang dingin. Segera bawakan kemari." Reza

"Siap!"

Prajurit tersebut langsung pergi menuju ke situs masak di pangkalan untuk memenuhi perintah Reza. Salah satu perwira tampaknya menyadari maksud Reza yang memang sering meminta makanan ringan dan air minum dingin saat akan menginterogasi.

"Apakah panglima akan melakukan interogasi secara santai?"

"Tentu, mereka telah dilucuti senjata dan pakaian mereka 1 jam yang lalu sehingga mereka sekarang bisa dipastikan tidak menyembunyikan apapun selain niat mereka. Apakah kapten Abdul sudah mendapatkan beberapa jawaban dari mereka dari interogasi awal?" Tanya Reza yang sebelumnya memerintahkan seorang kapten untuk memulai interogasi ringan.

"Ada banyak informasi yang didapatkan oleh kapten dua Abdul. Para tersangka menjawab semua pertanyaan secara konsisten dan dengan nada yang lugas. Mereka memilih untuk kooperatif yang sepertinya ada hubungannya dengan sisa kesetiaan mereka terhadap TNI." ujar seorang Letnan 1 bernama Fariz Sandi bin Ahmed.

"Aku memiliki spekulasi ringan kalau ulah mereka ada hubungannya dengan status mereka sebagai mantan TNI. Bahkan aku masih mengenal mereka semuanya yang dulunya termasuk ke dalam anggota elit." Reza

"Saya yakin akan lebih mudah mereka membuka mulut saat anda yang berbicara secara langsung. Kami bersyukur memiliki panglima yang selalu blusukan ke garis depan secara terang-terangan. Selama ini anda juga banyak melakukan tugas menggantikan prajurit pangkat rendah. Saya ingin bertanya, apakah anda memiliki alasan untuk itu?"

Reza memegang dagunya dan terlihat seperti mencoba mengingat sesuatu.

"Hmm... Alasanku? Entahlah,sepertinya aku sudah lama melupakannya namun tubuhku masih menyuruhku untuk terus blusukan meskipun aku terkadang malas melakukannya. Mungkin ini ada hubungannya dengan hutangku kepada mendiang ayahku? Sepertinya aku dulu pernah membuat janji namun aku lupa alasannya." ujar Reza yang mencampur ingatan asli dan paralelnya untuk menyembunyikan niat aslinya kalau dia blusukan hanya karena bosan untuk menunggu laporan.

"Saya tidak akan memaksa anda untuk menjawabnya karena pasti ada hubungannya dengan hal pribadi."

"Terimakasih untuk itu." Reza

Percakapan santai antar perwira tersebut langsung berhenti saat mereka telah melihat barak tentara yang sengaja dikosongkan karena barak tersebut adalah barak cadangan yang terdiri dari beberapa gedung yang mudah dibongkar pasang untuk cadangan seandainya barak utama diserang dan tidak bisa digunakan.

"Di gedung berapa mereka berada?" Reza

"Gedung 27-A Blok 2."ujar seorang prajurit yang melihat daftar bangunan di barak cadangan.

Reza langsung menuju ke sana dan sesampainya dia di depan bangunan yang dituju, Reza mendengarkan beberapa percakapan antara para veteran dengan prajurit TNI yang masih bertugas. 

"Kami hanya ingin berbicara dengan panglima. Tolong pertemukan kami dengannya, kalau tidak bisa minimal biar aku saja yang mewakilkan semua anggotaku." ujar Kapten Jung dengan nada yang berharap.

Rise of Indonesian Devils In Parallel World: Shadow Era Season 2 [Slow Update]Where stories live. Discover now