⁰¹-Bahagia nya

99 16 1
                                    

Langit seperti nya tahu siapa yang lara, sebab cerah nya menjadi redup nan basah, karena aku penuh kecewa.

-tertulis Yodya

……

Rasa nya, Yodya terus membandingkan diri. Tertawa dalam cemooh batin ketika ia sadar, mereka memang jauh berbeda. Dari ujung kepala hingga ujung kaki. Yodya tidak ada apa-apa nya dibandingkan pemuda tampan dambaan siapapun seperti Dhani Baskara.

Kebanggaan fakultas kedokteran, punya ayah yang menjadi dosen universitas, dan tetek bengek nya yang pasti nya seratus persen baik, ramah, mudah akrab dengan para mahasiswa, tampan, berbudi baik. Jadi, Yodya sebatas apa? Hanya lelaki dengan label mahasiswa beasiswa, yang setiap akhir bulan nya selalu kehabisan uang di dompet.

"Rokok baru ya?"

"Iya lah, bokap kemarin kirim jadi bisa lah beli rokok yang mahalan dikit"

"Halah, beli rokok yang mahal aja bisa tapi bayar kost selalu telat huu!"

Itu Kama, yang tadi pagi datang ke depan kost untuk ikut menumpangi -Aji- montor kredit kesayangan bapak nya- sebab montor nya sendiri kata nya sedang di bengkel.

"Ya itu beda lagi, lagian mamak lo tuh kalau nagih pas tanggal tua, abis lah duit gue udahan!"

"Mamak mu juga itu ya! Tapi serius deh, kemarin mamak bilang kamu nih kebanyakan ngerokok. Jangan sering-sering ngerokok, nanti tu paru mu jadi busuk"

Yodya paham, norma seperti apa yang keluarga Kama anut. Laki-laki yang tidak merokok sama sekali. Yodya juga paham, keluarga Kama yang masih memiliki darah ningrat Yogyakarta menjaga sekali tata Krama.

"Kagak banyak kok, sehari paling cuman habis 2 batang aja."

"Ya mamak kan khawatir kamu kenapa-napa juga, Yod."

"Tujuan nya itu sih, biar nanti mamak khawatir terus Lo bakal ceramahin  gue" Yodya terkekeh, menatap langit cerah tempat mereka berada. Rooftop gedung kedokteran.

"Besok-besok aku suruh mamak marahin kamu aja kalau gitu"

"Jangan dong! Ntar gue ga bisa punya banyak waktu lagi sama Lo. Lo kan kalau ceramah lama banget"

Kama mendengkus sebal, sepenuh nya merasa sudah biasa mendengar nya. Bahkan ketika kebenaran lah yang selalu terucap dalam perkataan Yodya. Pemuda itu jujur, ingin mencari perhatian. Sebab sejak seminggu yang lalu, Kama jarang menghabiskan waktu dengan nya lagi. Pemuda manis itu hanya akan mampir sebentar untuk mengantar sarapan lalu berangkat pagi untuk tutor Matkul bersama Baskara.

"Temen kamu kan banyak, kenapa harus cari perhatian ke aku?"

"Yang bisa di godain kan cuman Lo"

Bohong. Walau banyak teman, Yodya akan tetap memilih bersama Kama. Hanya Kama yang bisa membuat nya se nyaman ini menjadi diri nya sendiri.

"Idih, kamu mah emang kebiasaan usil jadi kalau ga usil kamu kepanasan ya??"

"Ya iyalah, nama nya juga kebiasaan"

"Kurangin deh kebiasaan usil nya. Kamu mah bakal keliatan pinter banget kalau gak usil."

"Jadi sekarang gue gak keliatan pinter?"

"Bukann gituu! Kamu pinter kok! Waktu itu aku kan sempet tanya ke Baskara, dia punya kenalan di perusahaan besar, kalau kamu gak usil lagi, kamu bisa–"

"Sst, lulus aja masih lama gak usah bahas itu dulu. Mending ayo pulang"

Karena tanpa Kama ketahui -Yodya mendadak merasa tak nyaman mendengar nama itu.

Bukan Kuasa KuWhere stories live. Discover now