⁰⁶-Bocah manja, Ibu

36 8 0
                                    

"Aku tertawa dan menangis diam-diam, untuk menyembunyikan perasaan ku yang sebenar nya, ibu."


-tertanda Nala


……

Dan di sini lah diri nya berakhir. Dalam lingkup kamar kost nya sendiri. Terbaring tanpa daya, sebab memaksakan diri sendiri. Benar benar bodoh.

Menatap langit-langit kamar nya, yang di beberapa bagian terdapat jaring laba-laba. Terlihat baru beberapa hari berada di sana. Siang hampir usai, tetapi tetap saja rasa sepi sendirian di kamar membuat nya terasa lebih menyedihkan.

Setelah di antar oleh Kina ke ruang kesehatan, ternyata diri nya malah di bawa ke rumah sakit untuk di cek lebih lanjut. Dan sial nya, saat berada di rumah sakit pun ia di suruh untuk beristirahat total. Setidak nya selama beberapa hari.

Daripada berbaring di ranjang rumah sakit yang tidak empuk sama sekali, Yodya nekat pulang. Meski harus sendiri-sebab Kina tetap harus kembali ke kampus.

Di saat sakit seperti ini, Yodya jadi teringat tentang ibu nya. Sudah hampir seminggu kira nya ia tak menelfon orang rumah. Hanya bertukar kabar dari chat, itupun terakhir kali saat ayah nya mengirimkan uang bulanan untuk nya.

"Ibu..sehat kan ya di sana?"

Se keras apapun Yodya, ia tetap anak manja kesayangan ibu nya. Memang, kalimat kasih sayang tak pernah terucap, hanya saja Yodya langsung tunjukan dengan perlakuan nya.

Kangen. Nala Kangen ibu..

Maka setelah nya, Yodya menekan ikon telefon di samping nomer ibu nya.

"Halo, Nala?"

Yodya tersenyum kecil, ada pilu yang meluap kala dengar suara di sebrang sana. Entah mengapa, sudut mata nya sontak berair.

"Halo? Nala? Ini salah nomer atau gimana sih, kok gak ada sahutan nya dek?"

Yodya terkekeh, ibu nya masih sama. Masih ibu nya yang dahulu, yang tak tahu menahu banyak soal ponsel. Jika sudah seperti itu, pasti ia akan bertanya pada adik nya atau diri nya yang lebih paham.

"Halo ibu? Gak salah sambung kok. Ini beneran Nala, ibu.." 

"Puji Tuhan, akhirnya kamu telfon juga. Ibu udah nungguin dari kemarin-kemarin kok kamu gak nelfon ibu ; ibu kira kamu udah lupa sama orang tua di Surabaya"

Begini, begini lah ibu yang dia kenal.

"Enggak ibu, kemarin kemarin emang lagi berat aja Bu"

"Berat kenapa? Gak mau cerita ke ibu?"

"Nala baru keluar rumah sakit ibu. Maka nya baru bisa nelfon ibu, maaf ya Bu.."

Yodya tahu, ibu nya sekarang pasti tengah panik. Membuat diri nya mengukir senyum tipis, ia semakin merindukan ibu nya.

"Ibu, Nala gak papa. Cuman karena Nala ceroboh aja dikit jadi harus di jait dua. Gak papa, gak sakit kok. Ibu gak usah khawatir ya?"

Ibu nya terdengar menghela nafas  berat di sana, "Pantesan kamu telefon, lagi sakit. Inget ibu cuman kalau sakit aja ya?"

"Gak gitu ibu" Yodya menghembuskan nafas nya, "Nala kan biasa nya kalau sakit selalu ibu buatin bubur, selalu ibu temenin. Jadi di sini, kalau lagi sakit inget ibu."

Ingatan nya berpedar kembali, ibu nya akan menjadi orang pertama yang menyadari nya bila jatuh sakit. Ia akan mengomel, lalu menyuruh nya terus berbaring di kamar. Setelah itu, ia akan kembali masuk ke kamar dengan semangkok bubur hangat, dan obat pereda demam.

Saat-saat seperti itu, memang cepat sekali berlalu. Sekarang ini, Yodya sudah dewasa. Akan sangat memalukan jika harus merengek seperti dahulu. Walau rasa nya ingin.

"Yaudah sekarang, di kost ada siapa aja? Minta tolong buat beliin bubur sana, terus di minum juga obat nya. Ibu gak bisa ngerawat kamu dari sana, jadi kamu rawat diri kamu sendiri dulu"

Yodya menahan nafas nya saat bulir air jatuh tanpa aba dari kedua mata nya.

"Ya Tuhan, kamu dengerin ibu ngomong nggak? Nala, kalaupun sakit nya cuman sedikit. Kamu tuh gak boleh abai. Gimana mau punya pacar kalau ngerawat diri sendiri aja gak bisa?"

Hilang sudah vibes sedih nya, batin Yodya

"Kenapa tiba-tiba jadi ke pacar sih ibu?"

"Lagian, kamu gada cerita pernah suka orang di situ. Kamu kalau telepon pasti lagi sakit. Ibu kan jadi khawatir kamu gak ada yang ngurusin di kost, seandainya ada pacar pasti dia yang bakal rawat kamu kan?"

Ingin. Ingin sekali Yodya katakan bahwa ia jatuh cinta-pun ingin memperkenalkan Kama sebagai pacar nya pada ibu. Terlalu muluk bukan keinginan nya?

"Ibu, Nala bisa jaga diri sendiri. Gak perlu pacar"

"Cih, gak perlu atau emang gak bisa dapet?"

"Ck-belum waktu nya ibuu"

"Ahahaha, iya deh ibu percaya. Tapi nanti kalau ibu dateng ke sana, setidak nya kamu harus kenalin ke ibu sama temen kamu. Siapa itu nama nya? Kana? Kala?"

"Kama Bu"

"Nah! Ibu mau tau Kama yang kamu ceritain itu kayak apa"

"Iya ibu, emang kapan ibu mau ke kost?"

"Gatau nih, bapak. Adek mu juga udah kangen kamu tau" sorakan tak setuju langsung terdengar nyaring setelah nya, Yodya terkekeh. Itu adik nya pasti.

"Ke sini nya kalau ada uang aja ibu, jangan di jadiin beban. Nala di sini baik-baik aja kok"

"Kamu tau yang milih nyusahin ibu sama bapak karena kuliah di Jakarta-

"Ibu!"

"Ahahaha, galak nya bocah manja ibu ini"

Ya, Nala tetap menjadi bocah manja bagi Nur Fatma-ibu kandung nya. Bocah lelaki yang amat ia sayang dan banggakan. Bahkan, satu bulan sebelum kepergian Nala,  ia habiskan untuk berpuasa bicara. Ia juga selalu pergi untuk berdoa di Gereja setiap pagi nya. Memohon pada Tuhan agar sang anak memilih mengurungkan niat nya.

Namun, Nur harus rela. Kala Nala benar-benar memilih untuk pergi.  Melepas dan mencoba paham apa yang ingin anak sulung nya inginkan.

Nala pergi ke kota untuk jadi orang di sana. Bosan di labeli pria pintar yang ujung-ujung nya bekerja di PT.

Meski sudah berada di Jakarta, Nala tak berubah. Nur tahu, bagaimana Nala berjuang untuk hidup nya di ibu kota. Nur tak masalah, selama Nala-anak nya dapat menemukan bahagia nya di sana. Nur akan selalu ikhlas.

"Ibu mau ada arisan, ibu tutup ya? Kamu bahagia terus di sana. Kalau ada apa-apa cerita ke ibu, jangan di Pendem sendirian, ya? Harus cerita."

Yodya mengangguk patuh, meski tahu ibu nya tak melihat anggukan nya.

Setelah itu, telefon di matikan. Padahal ada kalimat yang belum jua Yodya utarakan. Satu kalimat yang selalu tertahan di ujung lidah nya.

Ibu juga harus bahagia, aku sayang ibu..

Bukan Kuasa KuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora