⁰²-Hambar penuh dominan

47 12 0
                                    

Saat saat kita bersama dalam ketidakbiasaan itu, aku menjadi terlalu terbiasa hingga aku lupa bahwa bahagia mu bukan dari ku lagi.

Tertulis, Yodya.

……

Malam itu kembali sepi. Hanya ada suara tombol yang di pencet sepanjang senja tadi. Ingin rasa nya Yodya membawa Aji untuk pergi berkeliling, setidaknya untuk menenangkan kepala. Sayang nya, langit seperti nya masih merajuk karena merasakan lara.  Ia masih betah memuntahkan air nya.

Yodya jadi penasaran, dimana dan sedang apa Kama kini?. Seharusnya Yodya tak perlu mengkhawatirkan Kama, sebab tanpa di minta pun pasti pemuda Baskara itu akan lebih sanggup menjaga Kama dengan fasilitas yang bisa ia dapatkan kapan pun.

Bodoh.

Mereka pasti sedang study date di sebuah cafe atau perpustakaan kota.

Maka ketika tidak ada lagi alasan nya untuk khawatir, Yodya kembali memfokuskan diri pada tugas tugas nya.

Ia tak boleh lengah sedetik pun. Sebab jika ia lengah maka nilai nya akan turun, dan itu akan berdampak pada uang beasiswa nya.

Saat kembali fokus dengan tugas nya, pintu kamar nya di ketuk. Lalu di susul dengan suara pintu terbuka.

"Bang, Lo mau kopi ga?"

Yodya mengangkat kepalanya nya guna melihat siapa yang datang. Itu Sanu utama. Si bungsu yang satu darah dengan Kama. Lelaki yang entah bagaimana dari awal kedatangan nya menjadi sangat dekat dengan nya. Ia bahkan memilih tinggal di kost bersama nya daripada di rumah orang tua nya.

"Tumben banget Lo nawarin kopi?"

"Berisik. Mau gak nih jadi nya?"

Dan Yodya dengan senang hati mengangguk, lumayan kopi gratis dari anak ibu kost.

"Jangan pake gula ya kopi nya"

Sanu menyerit, "Loh, tumben banget Lo? Lagi galau ya karena Bang Kama jalan sama Bang Baskara?"

Gerakan tangan nya pada papan ketik Laptob nya terhenti.

Apa? Mengapa tiba-tiba saja Sanu  meraih topik seperti ini untuk di jadikan alasan nya?

"Apaan dah? Kenapa jadi ke Kama sama Baskara? Gue emang lagi pingin aja minum yang pait-pait. Nih otak lagi gak jalan"

"Oh, kirain aja Lo cemburu sama Abang gue"

Dan Yodya dapati Sanu yang terkekeh, mencela. Menatap Yodya dari atas sampai bawah yang rasa nya.

"Idih, gue cowok ya bangsat. Yakali cemburu sama Abang Lo. Gila ya Lo kali??"

"Lo kira..gue gak tau? Habis pulang sekolah Lo langsung ngebanting pintu kamar? Ngurung diri seolah-olah lagi banyak tugas? Duh, klise. Cinta dalam diam atau cinta kehalang gender, atau cinta beda agama, nih, cerita nya?"

Setelah nya, Yodya hanya diam melongo. Tangan kiri nya refleks menggenggam erat di balik tubuh baru kemudian menatap Sanu remeh.

"Ngawur. Lo masih bocah. Gak tau apa-apa. Jangan sok tau"

"Terserah, tapi sorry ya bang. Gue gak bisa bantu Lo. Bang Kama keliatan bahagia banget bareng Bang Baskara. Ya, walaupun bakalan cuman sementara.." Sebab Sanu tak ingin menjadi munafik hanya karena Yodya adalah Abang kesayangan nya juga, dan melupakan senyum Kama yang notabe nya saudara kandung nya saat bersama Baskara.

"Tapi–kalau gue boleh berpendapat. Gue lebih setuju Lo yang bareng Bang Kama."

"Omongan Lo makin gak jelas. Ngantuk Lo? "

"Bang dengerin gue–

"Sana mending Lo tidur aja. Gue sama Abang Lo ya cuman sahabatan"

"Lo naif banget anjir"

"Naif soal apa lagi, Su?!"

"Soal Lo sama Abang gue!"

Helaan nafas terdengar jelas keluar dari mulut Yodya, mengapa harus Sanu yang menyadari perasaan nya terlebih dahulu? Berdebat dengan nya bukan lah suatu hal yang akan singkat.

"Dengerin gue, Sanu Utama. Gue sama Abang Lo itu sahabatan. Gue masih suka cewek. Sedang Abang Lo suka Baskara. Sekarang, apa lagi yang perlu Lo debatin?"

"Dan kalau seandai nya gue emang suka Kama, gue juga gak akan bisa. Status keluarga Lo, norma dunia, pandangan orang, dan pandangan Agama, gak akan ada yang ngerestuin. Jadi, stop debatin hal yang gak perlu. Mending Lo keluar, tidur"

Dan Sanu benar-benar tak merasa terkejut bila Yodya mengatakan hal seperti itu. Ia sudah menduga nya.

Terkekeh sedikit-banyak merasa iba. Namun, Sanu tak bisa berbuat apa-apa bila harus masuk lebih dalam di wilayah privasi Kama serta Yodya.

"Gue paham. Tapi asal Lo tau, gue lebih ngerasa aman kalau Bang Kama malem ini jalan sama Lo, bukan Baskara." Sanu lantas keluar tanpa sepatah kata lagi. Dengan jelas lelaki lebih muda dari Yodya itu terlihat sedikit menahan kesal juga.

Sedangkan Yodya di dalam kamar nya hanya membisu. Tangan nya meraih rokok serta pematik di saku celana nya. Menyesap batang nikotin dengan santai nya.

Pahit, dengan sensasi manis.

Namun-hambar seperti nya mendominasi.

Persis seperti ruang kamar nya, yang mendadak kosong nan senyap. Rasa mencekam juga di rasa kan hati nya, ada rasa sakit yang tak terlampiaskan saat mengetahui bahwa kebahagiaan nya satu-satu nya sudah menemukan bahagia nya yang lain.

Kama, semoga Lo selalu bahagia..

……




Su = Asu (umpatan dalam bahasa Jawa yg arti nya Anjing)


Bukan Kuasa KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang