⁰⁵-Si Naif yang baik Hati

29 8 1
                                    

"Aku akan tetap di sini, di posisi ku sejak awal. Menjadi garda terdepan, yang akan menjadi; bahu, telinga, tangan, atau kaki mu yang lain"

Tertulis, Yodya.




……

Bohong. Bohong jika jahitan di pelipis nya bukan apa-apa.

Sejak membuka mata nya, Yodya sudah merasakan nyeri luar biasa di kepala nya. Benar, Kali ini Yodya tak akan menyangkal kalau kepala nya terasa teramat nyeri. Mungkin memang, bius nya kemarin sudah hilang kinerja nya.

"Yodya!"

Yodya menghentikan langkah nya, menoleh sebentar untuk mengecek siapa yang memanggil nya.

Ah, rupa nya gadis yang kemarin ia tolong.

"Oh, Lo? Kenapa?" Tanya Yodya.

"Gue cuman mau bilang makasih dan maaf? Kemarin gue gak sempet bilang, keburu Lo berantem sama temen Lo"

"Oh, gak perlu" jawab Yodya acuh, ia memilih melanjutkan jalan nya.

"Gue kan cuman mau bilang makasih karena udah Lo tolongin kemarin? Kok gak perlu sih?"

Memutar bola mata nya malas, Yodya  menghela nafas nya, "Ya, karena gue rasa gak perlu"  ia lantas memutar tubuh nya menghadap Kina penuh, menatap Kina tanpa minat, "Gue kemarin bukan nolongin Lo, tapi gue lagi ngejalanin prinsip hidup gue aja"

"Tetep aja Lo yang-

"Cih, terserah Lo mau nganggep gimana"

Jujur saja, Yodya jadi sensitif saat merasakan sakit di kepala nya semakin menjadi.

Termasuk atensi gadis bernama Kina di samping nya, yang datang mengganggu diri nya ; meski hanya untuk mengucapkan terima kasih.

Pemuda itu menghela nafas nya berat, memijit pelipisnya yang tak di lapisi perban. Berharap denyutan di sana hilang.

"Lo sakit? Muka Lo pucet banget"

"Gak usah sok akrab" tukas Yodya,

Saat kaki nya melewati kelas Kama, ia di buat termangu saat melihat Kama yang berdiri di samping pintu. Terlihat gelisah, dan cemas.

Sekedar informasi jika gedung falkultas nya dengan gedung fakultas kedokteran hanya berjarak beberapa meter. Jadi, tak heran jika Yodya lebih memilih lewat depan falkultas Kedokteran untuk melihat Kama.

Melupakan rasa sakit di kepala nya, Yodya segera mendekat ke arah Kama.

"Kenapa Ka?"

Terlihat Kama sedikit tersentak, namun saat melihat itu Yodya, ia langsung berubah cemas.

"Yody- itu anjing lah. Proposal, aku lupa bawaa Yod!"

"Proposal yang waktu itu Lo kerjain malem-malem di kost bareng Sanu?"

"Iya! Itu proposal penting! Proposal kelompok. Bukan nama aku aja di sana- tapi juga temen-teman aku. Aduh gimana Yod? Apa pulang aja kali? Tapi gue tugas njelasin nanti. Itu jelas tanggung jawab ku penuh!"

Menghela nafas, Yodya tahan lengan Kama yang hendak pergi. "Lo di sini. Biar gue yang ambil."

"Tapi-

"Cover nya merah kan? Di rak kamar kost nya Sanu?"

"Iya"

"Lo masuk berapa menit lagi?"

"Dua puluh menit lagi. Nggak usah di ambil Yod, percuma juga. Bentar lagi kan kamu ada kelas?"

Jarak antar kampus dan rumah sekitar 25 menit untuk pulang pergi. Meski jarak nya terlihat dekat, saat jam jam kuliah dan kerja seperti ini jelas jalanan akan padat.

Namun, Yodya tetap lah Yodya. Si keras kepala yang pintar.

"Gak papa. Lo di sini, tungguin bareng Kina"

"Percuma Yodya! Ujung- ujung nya bakalan telat masuk kelas nanti!"

"Setidak nya ntar yang di hukum gue, bukan Lo."

Saat hendak mengambil kunci montor nya dari tas, lengan nya di tahan. Ia menoleh, lalu menyerit tak suka kala mendapati Kina lah yang manahan nya.

"Lepas. Keburu makin telat nanti!"

"Enggak! Gue tau Lo lagi sakit, muka Lo pucet. Jangan maksain diri dong!"

Namun, Yodya seolah tuli. Ia lepas paksa tangan yang menahan lengan nya, berlari setengah mati menuju Parkiran.

Dan Yodya memacu kecepatan Aji yang paling maksimal, sembari berdoa pada Tuhan agar masih di beri nafas dan dapat mengirimkan proposal milik Kama. Ia melajukan montor nya sambil menghiraukan sakit di kepala nya. Benar-benar nekat.

Ketika sampai di kost, ia langsung masuk ke dalam kamar kost milik Sanu -Untung saja kamar nya sedang tidak terkunci.

Setelah menemukan proposal yang menjadi sumber kegelisahan nya, Yodya kembali mengendarai Aji dengan cepat menuju kampus. Meski dengan umpatan umpatan kasar saat berpaprasan dengan mobil yang menghalangi jalan nya.

Untung nya Yodya termasuk umat Tuhan yang paling taat, jadi jika pun nanti ia sekarat ; ia yakin Tuhan pasti akan menghidupkan nya lagi.

Saat sampai di kampus, Yodya segera memarkirkan Aji pada tempat sebelum nya, kemudian kembali berlari menuju gedung falkultas Kedokteran. Lengan serta punggung nya terasa amat lembab. Keringat dingin bahkan mengucur dari dahi nya, nafas nya jadi semakin tak beraturan karena berlari.

"Ka, ini-hhh proposal Lo" ucap nya setelah sampai di depan Kama yang terduduk di depan kelas bersama Kina.

"Yodya?!" Kina, gadis itu menyeru marah. Marah karena melihat betapa kacau nya Yodya sekarang ini.

Yodya abai pada Kina, ia hanya fokus pada Kama.

"Sial, gue telat ya? Hhh- dosen Lo udah masuk?"

"Belum, tapi Lo nya yang telat anjir!"

"Bodo amat, udah sana Lo masuk! Keburu dosen Lo dateng" Yodya mendorong punggung lelaki itu untuk segera masuk ke dalam gelas tanpa mendengar apa yang akan lelaki itu katakan lagi.

Telinga serta kepala nya mendengung, ia tak ingin kelihatan lebih lemah di depan Kama.

Setelah Kama masuk ke dalam kelas, Yodya segera terduduk. Nafas nya pendek, dan detak jantung nya berdetak sangat cepat. Sesak. Dada nya teramat sesak.

Melihat itu Kina semakin khawatir, ia ikut berjongkok, "Tuhkan! Gue bilang juga apa? Lo tuh keras kepala banget anjing!" Raut wajah Kina terlihat jelas sangat khawatir, sebab wajah Yodya terlihat sangat pucat dengan keringat yang membanjiri.

Meski gadis itu hanya orang asing, tetap saja Yodya tetap menjadi orang yang sudah menyelamatkan Kina.

"Ayo buruan naik, gue gendong Lo ke ruang kesehatan" Kina berjongkok di depan Yodya, gadis itu menepuk pundak nya beberapa kali menyuruh lelaki itu cepat menaiki punggung nya.

"Gak! Hhh- gue masih bisa jalan sendiri"

Lagi. Yodya si keras kepala.

Ia dengan tegas menolak permintaan Kina, mencoba berdiri sendiri dengan tergopoh. Kepala nya terasa benar berputar nya.

Jengah, melihat sikap keras kepala Yodya. Kina dengan paksa mengalungkan lengan Yodya pada bahu nya. Memapah lelaki itu dengan paksa. Tak peduli dengan umpatan lelaki Surabaya itu.

Bagi nya, Yodya itu, lelaki yang benar-benar naif. Tak pernah sekalipun memikirkan diri nya. Meski tengah sekarat, ia tetap berusaha menolong Teman nya.

Memang ada orang se naif diri nya jaman sekarang? Orang-orang di jaman sekarang pasti akan lebih mementingkan diri nya sendiri daripada teman nya.

Benar-benar si Naif baik hati, Batin Kina

Bukan Kuasa KuWhere stories live. Discover now