¹⁴-The Way

50 11 3
                                    

"Mengapa hanya aku yang masih berada di tempat yang sama? Meskipun aku sudah berlari, namun justru terasa semakin jauh"

-The Way To oleh Treasure

.....

Hamparan kapas jingga di atas langit, menjadi bukti berapa lama ia termenung. Menghabiskan berjam-jam lama nya hanya untuk menikmati semilir angin dari atas gedung. Terpaku atas beberapa masalah yang datang bak teriakan yang berdengung setiap saat di kepala nya.

Membuat nya pusing.

Rooftop universitas, ia pilih sebagai pelabuhan terakhir untuk menenengkan diri, memutar otak yang rasa-rasa nya sudah mengepul.

Ragnala Yodya Tohpati -pemuda itu kini mengampit bilah rokok terakhir yang tersisa, dari satu kotak penuh ; mendongak menatap langit di posisi bersandar nya.

"Suntuk banget muka Lo"

Maka Yodya berdecak malas sesaat setelah menghembuskan asap rokok ke udara. Pemuda itu memperbaiki posisi duduk nya, menatap pemuda lain yang kini terduduk tak jauh dari nya.

"Bacot" Umpat Yodya sarkas.

Maka di sana Kaendra Pratama Putra terkekeh. Ia melirik Yodya singkat, agak nya sedikit remeh. "Widih, udah bisa ngumpat, nih. Ini baruu Yodya yang gue kenal"

Yodya terdiam.

Bibir nya tak lagi berminat dengan sebatang rokok yang baru saja ia hisap. Ia membuang nya, berdiri untuk menginjak putung yang masih menyala hingga tandas mati.

"Gak usah di ungkit lagi"

"Gue gak ngungkit apa-apa, Lo aja yang ngerasa"

"Berisik Lo"

"Dih, gue cuman mau nasehatin lo ya, kalo lo perlu orang lain di hidup lo. Liat sekarang, lo di tinggal Kama mau lari ke mana Lo? Temen deket lo kayak nya jarang, atau bahkan gak punya-selain gue?"

Mungkin..Yodya pantas menyumpahi mulut lancang Kaendra. Namun ia tak bisa. Bahkan tungkai nya tak bergerak sedikit pun dari posisi awal. Membiarkan Kaendra bangkit dan menepuk pundak nya.

"Lo gak perlu cerita, gue udah tau apa yang terjadi. Lo..gak bisa dapet beasiswa penuh ke luar negeri kan?"

Yodya menoleh cepat-sebab selain diri nya dan Kepala Kesiswaan-tak ada yang mengetahui nya.

Atau mungkin ada, mengingat gosip kerap kali menyebar cepat.

Maka Yodya si sana mendengkus sinis, "Lo tau dari mana?"

"Berita nya udah nyebar, bahkan Pandu udah ngekonfirmasi kalo dia yang bakal dapet beasiswa penuh ke luar negeri."

"Bangsat"

"Right. Bangsat-bangsat in aja gue terus, nggak masalah gue. Asal lo bisa sadar kalo semua ini ya, karena lo sendiri"

Jawaban Kaendra sontak mengundang kerutan di dahi pemuda Ragnala tersebut, "Maksud lo apa?"

"Maksud gue, ini semua buah dari kesalahan Lo sendiri. Lo terlalu hanyut dengan masalah percintaan Lo, dan lupa apa prinsip awal Lo kuliah di sini."

"Tch" Yodya memalingkan wajahnya, mengusap wajah nya kasar.

Yodya tahu, ia sudah melenceng jauh dari prinsip awal nya. Ia terlalu hanyut dengan perasaan patah hati yang berkepanjangan. Mengabaikan fakta jika ia hanya seseorang yang mencari keperuntungan di kota asing.

"Gimana? Lo udah sadar?"

"Gue sadar dari awal. Dan gue tau apa yang harus gue lakuin-jadi, gue gak butuh nasehat gak berguna lo" Ujar Yodya angkuh, Ia menatap Kaendra dengan sorot tajam.

Di saat itu pula, Kaendra tahu Yodya sedang membentengi diri. Pupil mata itu bergetar sebentar, urat leher nya menonjol, dan wajah nya memerah di bawah terik sorot kejinggaan. Kaendra lantas menghela nafas, paham jika sosok di depan nya tengah linglung atas banyak hal yang baru saja terjadi ; namun Yodya tak tahu apa yang harus dilakukan.

Tetapi, Kaendra harus. Ia harus menyadarkan betapa tak berharga nya ia di mata Kama, menyadarkan jika semesta nya bisa saja berbalik menjadi bencana nya.

"Lo bahkan gak pernah tau, gimana sakit nya gue waktu tau kalo gue gagal lagi"

Yodya sudah berlari, mengimbangi banyak orang demi mimpi nya. Melompati banyak sekali makian dan hinaan yang keluar dari warga di sekitar rumah nya tentang prinsip hidup nya.

Tetapi, nyata nya bukan nya semakin dekat-mimpi nya malah semakin jauh untuk ia raih.

"Gue tau. Gue pernah kehilangan mimpi gue, bahkan semesta gue. Gue pernah di posisi Lo sebelum nya" Ujar Kaendra. Menekankan setiap kata yang keluar dari belah bibir nya.

"Yodya, gue tau ini gak mudah. Gue tau lo lagi ada di posisi terbawah. Tapi, lo harus inget. Mimpi lo, masih di depan sana. Masih nunggu Lo dateng. Sedang, cinta lo?" Ada jeda yang Kaendra beri, demi melihat reaksi Yodya, "Cinta lo udah pergi. Dia udah ada jauh di depan bareng orang lain"

Yodya layak nya menghirup udara kosong.

Tak ada hujan, tak ada badai. Kaendra datang dan memberi pernyataan yang telak kembali menampar nya.

Sialan.

"Gue bener kan? Lo liat Kama, apa ada dia nanyain lo? Gak mungkin dia gak tau-secara gosip nya udah nyebar"

Kaendra benar.

Kama bahkan tak menghiraukan diri nya.

Menanyakan bagaimana keadaan nya.

Lantas apa benar orang seperti Kama yang selalu ia harapkan?

"Orang kaya Kama yang mau Lo perjuangin? Yang mau lo tuker sama Masa Depan Lo?"

Yodya masih diam, kaku.

"Inget, Lo masih punya Ibu sama adek yang saat ini bergantung sama lo. Lo gak mau kan ngecewain mereka?"

Maka, gelengan Yodya berikan. Dari seluruh harta benda nya saat ini, Ibu dan adik nya adalah permata yang tak akan Yodya gores sedikit pun.

Sekuat apapun diri nya, jika di harapkan dengan ibu atau adik nya-ia akan lemah seketika. Tawa kedua nya, adalah prioritas utama dalam hidup Yodya.

....

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 23 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bukan Kuasa KuWhere stories live. Discover now