¹²-Lantunan bait terakhir

32 10 5
                                    

(wajib putar musik di atas)

....

"Bait terakhir berhasil ku selesaikan, sisa nya ku serahkan pada mu Tuhan Yesus.."

-tertanda Tohpati

...

Melodi itu hadir, kala petikan gitar pun gumaman nada mulai terdengar.

Entah bagaimana cara pemuda itu bisa mendapatkan izin berdiri di podium dengan gitar di pangkuan nya. Di antara puluhan pasang mata menyaksikan, dengan Kina yang duduk tenang di salah satu meja. Di depan nya, ada Kama dan Baskara yang tengah bercengkrama mesra.

"Terkadang sendu tak selalu merakit luka, ia juga mengisyaratkan bahagia"

Sedang Yodya, kini menyorot lurus keberadaan dua orang yang menjadi perhatian nya. Dengan gitar yang ada di pangkuan nya, jemari-jemari nya menari–memetik melodi pun belah bibir nya menyampaikan bait indah

"Seperti kala itu kala ku lihat dia, menggandeng tangan mu dengan penuh mesra—"

Petikan gitar di depan sana semakin mendayu, seolah menggambarkan dengan jelas apa yang tengah Tuan nya rasakan.

"Kepada mu, dulu aku jatuh cinta. Menanam asa bisa bersama sepanjang usia.." Dengan suara nya yang dalam, Yodya menautkan segala isi hati nya. Langsung, pemuda itu bubuhkan tatapan pada satu anak manusia yang sayang nya tak pernah tau rasa untuk nya.

"Saat itu engkau di tepian kota, aku masih sendiri dan kau sudah jadi milik nya" Tak sedikit pun Yodya alihkan pandangan nya, meskipun binar nya kian meredup "Terima kasih atas segala rasa, pada hari itu pun aku turut bahagia"

Mulai hari ini, Bahagia seorang Kama akan jadi bahagia nya juga—meski kadang pahit di lidah nya masih terasa jua.

"Karena aku, selalu tau. Menyukai mu bukan berarti selaluuu—memiliki mu.." 

Tanpa sadar pandangan Yodya malah bersitatap dengan manik jelaga Kina.

Ada rasa bersalah besar yang tak dapat Yodya utarakan pada gadis Harumara. Ada rasa sesal kala satu air mata lolos dari jelaga seindah malam itu.

"Terima kasih, pada segala rasa. Pada hari itu ku turut bahagia—"

"Karena aku selalu tau, menyukai mu bukan berarti—"

Sinar lampu menyorot tengah, tepat pada figur pemuda itu. Bagaimana paras tegas nan tampan tertangkap bola mata Kina. Bagaimana setiap lirik yang pemuda itu bawakan selalu dapat dengan mudah Kina terjemahkan. Salah satu alasan mengapa Kina alihkan pandangan nya, menyorot sendu pada punggung Kama lalu beralih kembali menyorot Yodya.

"Terima kasih atas segala rasa,  pada hari itu pun aku turut bahagia—"

"Karena aku selalu tahu, menyukai mu bukan berarti selaluuu—"

Meski cinta milik nya harus berhenti begitu saja, Yodya akan berusaha ikhlas. Mungkin Tuhan nya marah, ia lebih menyukai umat Tuhan lain. Pun marah sebab ia menyukai sesama.

"—Memiliki mu..."

Hingga petikan terakhir, Yodya kembali yakinkan diri—bahwa diri nya baik-baik saja.

Kina mengusap mata nya yang terasa pedih, entah mengapa lagu yang di bawakan Yodya membuat nya terkesan emosional. Apa mungkin sebab suara Yodya yang terlampau merdu mendayu—atau karena ia sendiri sadar akan berakhir sama?

Maka tepukan tangan meriah menyambut turun nya pemuda Ragnala itu, sorakan tak luput di sua kan.

Kama yang berada di depan juga tak kalah bersorak, tersenyum lebar dengan dimple di kedua sisi pipi nya. Pemuda itu menyambut Yodya dengan tepukan di bahu, merangkul nya selayak nya sesama teman.

"Wahh! Baru tau kalau suara mu sebagus ini!" Seru Kama,

Yodya tersenyum kecil, tangan nya menepuk kepala Kama dua kali "Biasa aja, masih bagusan lo" 

"Ck, merendah aja terus sampe gepeng"

"Kan emang bener, lo itu indah" Indah dalam segala hal .

"Masa—

"Ka, udah jam segini, gamau pulang?"

Kini pandangan Yodya bersitatap dengan manik Baskara, pemuda itu menarik lengan Kama dengan sorot tajam menatap nya. Jelas sekali, pemuda itu cemburu.

"Loh? Kan masih jam setengah sepuluh."

"Inget ga kata Bang Yusya buat gak pulang malem-malem?" Baskara membawa lengan Kama untuk di genggam, merapatkan jarak antar kedua nya. Kedua nya saling tatap satu sama lain.

Sialan sekali.

"Setengah jam lagi gimana? Gak enggak di marahin bang Yusyaa"

"Gak bisa Ka, nanti besok-besok malah gak boleh jalan lagi sama Bang Yusya"

"Nanti aku yang bujuk Bang Yusya nya.."

"Ga—"

"Izinin aja, ntar gue yang tanggung jawab"

Yah,

Walaupun Yodya berusaha ikhlas, ia tetap saja masih belum rela. Apalagi melihat Baskara yang mengatur Kama se enak nya—meski alasan utama adalah larangan bang Yusya.

Baskara mengangkat alis nya, ia terkekeh singkat, remeh.

"Gimana? Kayak nya gue salah denger lagi, hahaha" Tanya Baskara dengan nada remeh nya.

Dan Yodya kini menatap Baskara dengan senyum miring nya, "Biar gue yang tanggung jawab kalo Kama di marahin bang Yusya. Kenapa?"

Kina yang duduk di belakang hanya mampu terdiam, kehadiran nya di antara ketiga orang itu tak berarti apapun. Ia bagai udara yang tak terlihat. Jadi, untuk sementara ia tak akan ikut campur urusan ketiga nya.

"Kenapa harus lo yang tanggung jawab?"

"Gue Sahabat nya, gue juga deket sama abang atau adek nya. Jadi, mereka bakal lebih dengerin gue daripada lo yang orang baru"

Senyum miring tercetak jelas di bibir Baskara, "Lo cuman sahabat, gue pacar nya kalo lo lupa.."

Yodya mendengkus, kedua tangan nya terkepal di sisi tubuh. Ucapan Baskara adalah Fakta menampar nya telak—ia tak bisa mengelak—karena memang benar Baskara lah yang menjadi kekasih tambatan hati nya.

Merasa kedua nya semakin memanas, Kama lantas berdiri di antara kedua, "Udah.. jangan di terusin ya?" Badan Kama condong ke arah Baskara,  mengusap lengan pemuda itu agar amarah nya mereda. "Ayo kita pulang aja" ucap nya selagi tersenyum

Baskara menghela nafas pelan, mengangguk seraya menarik tangan Kama untuk segera keluar. Namun sebelum itu, pemuda Baskara sempatkan untuk menyenggol bahu Yodya dengan keras. Membuat Yodya refleks mundur beberapa langkah.

Sembari menatap punggung Kama yang perlahan menjauh, Yodya sampirkan senyum pedih nya di sana.

Setiap orang ada masa nya; dan masa untuk nya sudah habis, di ganti dengan seseorang yang lebih baik dari nya.

Yodya harap, Kama selalu bahagia dengan siapapun pilihan nya—sebab bahagia Kama adalah bahagia bagi diri nya.

....

Bukan Kuasa KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang