⁰⁴-boleh kah ku miliki Tuhan?

28 9 2
                                    

Daripada percakapan yang menyenangkan dengan orang lain, aku lebih suka kesunyian yang canggung bersama mu. Jadi tetap lah, tetaplah di posisi mu sekarang.

Stay oleh Blackpink.


……

Malam ini, lagi dan lagi terasa senyap. Kemerlap lampu jalanan tak mampu alihkan perhatian kedua nya, sebab kedua nya sama-sama masih bungkam.  Mungkin memang bukan pertama kali mereka bertengkar, tetapi bagi mereka ini lah pertengkaran paling buruk yang mereka alami.

"Gue minta maaf" itu kalimat pertama setelah sekitar 15 menit mereka berjalan menyusuri pasar kota.

Mereka menyusuri pasar kota sebab permintaan Kama, kata nya lelaki itu ingin mengatakan sesuatu. Lantas, bagaimana Yodya dapat menolak permintaan Kama, jika bagi nya permintaan Kama adalah perintah?

"Kenapa minta maaf?"

"Karena udah nyalahin Lo tadi"

Yodya mengalihkan pandangan nya, memilih mendekati penjual dengan tikar di bawah lampu jalanan yang indah.

"Bu, wedang ronde nya dua"

"Minum di sini, mas?"

"Iyaa"

Berakhir dengan Kama yang mengikuti Yodya duduk bersila di atas tikar.

"Yod, permintaan maaf gue belum Lo jawab"

"Harus banget gue jawab sekarang?"

"Iya, gue gak mau Marahan lama-lama sama Lo. Gue gak sukaa"

Yodya terdiam, mata nya melirik Kama tanpa cela. Manik coklat kehitaman Kama terlihat lebih redup, cemas;Yodya sadar itu. Bagaimana jika seandai nya redup cahaya manik itu bukan hanya karena persahabatan mereka yang juga meredup?

Ah, mungkin Yodya akan segera terbangun dari mimpi nya; hhh mimpi..

"Apa motivasi Lo buat minta maaf duluan?"

"Kina, cewek tadi yang kamu tolongin. Dia udah ceritain semua. Bukan kamu yang mulai perkelahian, tapi emang Ridya. Dia juga bilang kalau kamu bukan orang yang gak tau terima kasih.."

"Maaf Yodya, aku cuman khawatir aja sama kamu. Tadi siang, aku udah pusing banget liat muka kamu, pelipis kamu, bibir, sama hidung kamu berdarah-darah. Kalau seandai nya aku tau dari awal,kalau Ridya yang kurang ajar duluan; aku pasti bakal tonjok dia juga!"

Dan Yodya hanya terkekeh, menghadapkan total tubuh nya pada Kama. Mencubit pipi Kama pelan, "Makasih ya?"

"Hah?"

"Makasih udah khawatirin gue?"

"Ck, jelas khawatir lah. Gimana gak khawatir coba? Liat pelipis mu aja sampe di jait dua gini"

"Gue gak papa, cuman dua jaitan aja"

"Dua jaitan? Tau gak sih panik nya Sanu waktu tau kamu pulang berdarah-darah gitu?? Kamu nih nyepelein orang-" Padahal Yodya sudah siap mendengarkan ceramah Kama, namun gugur kala di intrupsi dengan kedatangan penjual.

"Ini mas"

"Oh, ya makasih nggih Bu" sahut Kama

Setelah nya, Yodya terlihat terlebih dahulu menyeruput minuman nya. Setelah nya, Kama menyusul untuk menyeruput minuman khas Jawa itu.

Dalam diam, Yodya lagi-lagi memandang Kama. Melihat bagaimana raut bahagia pemuda itu kala menggigit butir ronde di dalam gelas nya. Menatap bagaimana binar mata itu kembali berseri. Kama bagai pensil warna, yang siap goreskan berbagai warna dalam hidup nya.

Tuhan, apa boleh mencintai makhluk yang bukan umat mu? Terlebih dia juga sesama laki-laki.

Hingga, Kama mendongak, membuat tatapan mereka bertemu. Hanya beberapa detik, sebab Yodya segera memutuskan kontak mata

"Kita baikan kan, Yod?"

"Bisa jadi, karena gue kan gak pernah marah sama Lo?"

"Ck, terus yang tadi sok cuek siapa ya?"

"Hhhh, sekarang kan udah ga sok cuek lagi kan, Sadali"

Sadali ya? Nama pertama yang dulu Yodya sebut untuk memanggil nya. Aneh namun menyenangkan. Kama tak ingin munafik jika Yodya terlihat begitu kalem bila memanggil nya dengan sebutan itu.

"Ka"

Yah, balik ke Kama lagi deh. Batin Kama

"Hm?"

"Apa yang Lo suka dari gue?"

Kama menyerit, "Tumben?"

"Pingin tau aja sih, secara Lo kan termasuk anak nigrat nih, masa gue yang cuman anak biasa ini bisa temenan sama sekelas nigrat?"

"Yang aku suka dari sifat kamu itu; kamu orang yang jujur, kamu pinter, kamu mau usaha, dan kamu gak kenal kata nyerah"

"Selain itu gada?"

"Ada" Kama menatap wajah Yodya yang kali ini banyak perban rumah sakit menempel di sana. Ada rasa menyesal karena memarahi lelaki sebaik Yodya. "Kamu itu baikk nya kebangetan, bahkan kamu rela babak belur gini demi orang yang gak kamu kenal."

"Dih, gue kan cuman ngandelin prinsip. Itu gak menjamin orang baik atau bukan ya?"

"Elo baik ya anjir, bukti nya gue selalu ngerasa aman kalau Lo sama gue"

"Kok Lo-Gue lagi?"

"Ngeselin sih anjir elo nya"

Dan yang Yodya tahu malam itu, Kama merasa selalu aman saat bersama nya. Sepele, tapi bermakna luas bagi hati nya yang terluka tadi siang. Yodya jadi  benar-benar ingin memiliki Kama yang bukan umat mu, Tuhan.

……

Kalau seandainya jadi Yodya, kalian bakal gimana?

Bukan Kuasa KuWhere stories live. Discover now