Berbohong, lagi.

24 1 0
                                    

Hai ketemu lagi sama author di part yang baru tapi di cerita yang sama.

Kalian udah vote dan komen belum, kalo belum vote dan komen dulu yuk.

Kalian semua ada kata kata atau quote gak buat author taruh di awal bab, tema nya terserah mau tentang cita cita, usaha, keluarga, sahabat, suka, duka, bahagia, cinta, penghianatan dan lain lain.

Kalo ada boleh langsung komen di samping.

Kalo kata kata atau quote nya cocok sama isi bab entar author taruh deh di awal bab sekalian nama akun kalian di bawah nya.

Tapi ingat kata kata atau quote nya murni dari hasil pemikiran kalian sendiri bukan jiplakan karya orang lain.

Yang belum vote sama komen vote dan komen dulu yuk biar kita mulai aja cerita nya, deh dari pada makin ngelantur author ketik.















Entah berapa banyak kebohongan lagi yang harus terus ku utarakan sejak bersamamu.

Author.











KYH











"Sakit tau nggak," aduhnya. Tak lupa ikut mengusap bekas sentilan sang sepupu, "Mau masuk dua lima ya nggak Ai umur kita?" tanya sang sepupu. Begitu melihat Maria melintas di antara mereka, dengan jagung bakar yang ditenteng oleh perempuan berhijab itu.

"Iya. Kenapa emangnya?" heran Maria. Memilih untuk berhenti sebentar.

"Nah kan. Jadi umur segini gue sama Maria udah harus mikir calon jodoh gimana?" jawab perempuan itu dengan bangga.

"Lo aja kali. Ainur pasti belum mikir ke sana. Iya kan Ai?" tanya lelaki itu kepada Maria.

"Iya Ai lo belum mikir ke sana?" tanya perempuan itu penasaran.

Maria tersenyum tipis, "Nggak. Aku belum mikir ke sana."

"Nah kan apa gue bilang. Ainur itu beda sama lo. Bukan kayak lo yang tiap kali kita ke mall, yang tiap kali nonton konser, yang tiap kali survei ke luar kota lirik sana-sini untuk cari calon jodoh potensial lah. Halu lo," cibir sang sepupu yang duduk tempat si sampingnya.

"Ya biarin. Yang penting gue senang. Bukan kayak lo pada. Umur udah matang, pekerjaan udah ada tapi tiap di tanya sama tante calon istrinya mana lo kabur pada satu-satu," cibir perempuan itu. Yang tentu saja mendapatkan sorakan dari sepupu mereka yang lainya.

"Apa-apa? Lo pada semua kaum adam mau debat sama gue apalagi," komentarnya cepat.

"Kalian pada nggak mau naik ke lantai tiga ini udah mau pergantian tahun baru!!!" teriak Kani.

"Ya mau lah," jawab yang lainya.

"Ya udah ayo," ajak Kani. Mulai melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah.

"Yok Ai," ajak perempuan yang tadi berdebat dengan sang sepupu. Tentu saja sambil mengandeng tangan Maria untuk mengikuti langkah kakinya.

"Petasan woi," seru salah satu dari mereka.

"Anjing lah. Gue lupa?" umpat lelaki itu. Sebelum bergerak turun dengan cepat dari lantai dua menuju ke bawah. Tempat dimana mereka menyimpan petasan tadi.

Begitu tiba di lantai tiga, atau lebih tepatnya kamar yang khusus di buat Samir dengan balkon luas. Para sepupu perempuan mulai berdiri berdampingan. Menyaksikan letusan kembang api yang tampak memenuhi langit jogjakarta. Berbanding terbalik dengan para lelaki yang tampak sudah sangat siap untuk meledakkan kembang api.

JanuariWhere stories live. Discover now