Hasil.

26 2 0
                                    

Hai ketemu lagi sama author di part yang baru tapi di cerita yang sama.

Kalian udah vote dan komen belum, kalo belum vote dan komen dulu yuk.

Kalian semua ada kata kata atau quote gak buat author taruh di awal bab, tema nya terserah mau tentang cita cita, usaha, keluarga, sahabat, suka, duka, bahagia, cinta, penghianatan dan lain lain.

Kalo ada boleh langsung komen di samping.

Kalo kata kata atau quote nya cocok sama isi bab entar author taruh deh di awal bab sekalian nama akun kalian di bawah nya.

Tapi ingat kata kata atau quote nya murni dari hasil pemikiran kalian sendiri bukan jiplakan karya orang lain.

Yang belum vote sama komen vote dan komen dulu yuk biar kita mulai aja cerita nya, deh dari pada makin ngelantur author ketik.













KYH














Seakan mengerti. Tepat setelah Tia membaca pesannya perempuan itu tak membalas lagi. Karena mungkin tahu dirinya perlu konsentrasi lagi setelah sempat mencair sejenak.

Bangun dari posisi rebahan Maria memilih untuk mencoba sekali lagi membuka tautan web yang di kirim. Hingga tak perlu menunggu lama halaman web yang tadi erol mulai bisa terbuka.

Setelah memasukkan biodata diri dan mengucapkan bismillah dirinya siap untuk membuka hasil tes. Entah apapun hasilnya dirinya akan menerima dengan lapang dada.

Perlu menunggu sekitar dua puluh detik hingga sebuah tampilan yang memuat kelulusan itu terlihat dengan jelas. Tampilan yang mungkin saja akan merubah kehidupan nya selanjutnya atau mungkin tidak?

Maria tidak tahu harus sedih kah dirinya melihat tampilan web yang sejak beberapa hari yang lalu menjadi titik penasaran dari mereka semua yang mengikuti tes. Tapi satu hal yang pasti sebuah lelehan air yang perempuan itu yakini dari matanya cukup menjawab semua pertanyaan yang entah akan keluar yang mana dulu.

Meninggalkan tampilan website tersebut Maria memilih berbaring di kasur. Melepaskan sejenak penat yang tanpa sadar turut di bawa-bawanya sejak beberapa hari lalu. Hingga usapan menenangkan di puncak kepalanya cukup membuat perempuan itu terbangun dari tidurnya.

Sebuah senyum teduh yang berasal dari wanita yang sudah sudi mengorbankan banyak hal untuk dirinya menjadi pemandangan pertama yang dirinya lihat. Sepertinya sudah sekitar empat tahun pemandangan yang pertama kali dirinya lihat setelah membuka mata sekedar untuk menempuh hari ini bukan Mama.

Sebab di umurnya yang kedua puluh tahun dirinya mulai tidak tidur bersama Mama lagi. Sebuah kamar yang letaknya sekitar tiga langkah dari kamar Mama menjadi saksi bisu nya kadang saat menangis di malam hari.

"Nggak papa sayang. Apapun hasilnya Mama akan selalu bangga sama Ainur," ucap perempuan paruh baya itu dengan lembut. Mengusap pipinya dengan lembut mengunakan tangan yang selama ini masih dirinya butuhkan untuk membimbing dirinya.

Perempuan muda itu memilih untuk bangun dari posisi tidurnya. Memeluk sang Mama dengan erat. Menumpahkan segala kesah, khawatir, sedih, ragu dalam sebuah tangis yang tersedu-sedu.

"Nggak papa sayang. Mama bangga sama Ainur dan Papa pun akan bangga dengan pencapaian Ainur saat ini. Nggak papa hasilnya bukan yang seperti Ainur mau. Nggak papa kalo hasilnya bikin Ainur sedih tapi yang pasti Mama akan selalu bangga dengan Ainur," ucap perempuan paruh baya itu dengan tenang. Mengusap bahu sang anak tunggal dengan pelan. Menyalurkan segala rasa hangat yang dirinya punya untuk menutupi segala perasaan kesal, lelah dan juga sedih secara bersamaan.

JanuariWhere stories live. Discover now