Lingga Baganti- 3

1.1K 121 5
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, itu berarti jam makan malam telah berakhir setengah jam yang lalu. Dilihat dari kondisi asrama, benar-benar sepi, tidak seperti biasanya.

Biasanya, bahkan setelah larut, para individu masih berkumpul membentuk kelompok. Tak menghiraukan para penjaga yang berpatroli di sekeliling asrama.

Tapi berbeda dengan sekarang, suasana benar-benar sepi, bagai tidak ada kehidupan di sana. Tentu saja, setelah dua murid yang berhadapan langsung dengan Kepala Sekolah tadi, siapa memang yang berani melanggar peraturan?

Bahkan di dalam asrama pun, mereka merasa seperti diawasi. Banyak yang memilih tidur lebih awal karena rasa takut, tapi tak sedikit juga yang menghabiskan waktu dengan teman sekamar mereka.

Perlu diketahui, di dalam satu kamar, diisi oleh empat orang. Pembagian kamar pun tidak sesuai dengan kemauan siswa. Jadi, mereka bisa jadi tidak terlalu akrab karena berasal dari kelompok berbeda. Tapi dengan semua itu, mereka tidak akan kesepian, meskipun dilanda kebosanan.

Jauh di depan, di asrama nomor dua, tepat di kamar tempat pemimpin setiap individu di sana atau yang biasa disebut dengan 'Ketua OSIS', dia dan teman sekamarnya tengah menghabiskan malam dengan bermain game.

Tapi itu tidak berlangsung lama, tepat setelah pintu kamar mereka diketuk, layar menampilkan 'game over'. Semua orang saling bertatapan, siapa yang mengetuk pintu kamar mereka? Dan siapa orang yang berani berkeliaran setelah melihat bagaimana kejamnya Kepala Sekolah dalam memberi hukuman? Apa dia tidak takut dengan penjaga?

Isamu, sang Ketua OSIS berdiri lebih dahulu. Sebagai pemimpin setiap individu, ia merasa mempunyai kewajiban untuk melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya.

Ketika pintu itu dibuka, ada empat orang berdiri di sana dengan piyama khas Lingga Baganti. Dua laki-laki dan dua perempuan. Isamu mengernyit, karena jelas sekali wajah keempat orang di sana sangat keruh.

"Ada apa?"

"Isamu, Adelle ngilang." Seorang gadis berbicara lebih dahulu.

"Rimba juga ngilang Isamu." Sambung pemuda di sana.

Isamu mengernyit? Adelle dan Rimba? Itu adalah dua murid yang berhadapan dengan Kepala Sekolah tadi. Dan mereka menghilang? Bagaimana bisa?

Pemuda itu menatap ke belakang, mengedarkan pandangannya mencari penjaga. Setelah dirasa aman, ia pun mempersilahkan empat orang itu untuk masuk ke kamarnya.

Tiga teman Isamu lainnya mengernyit. "Ada apa?"

"Mereka bilang kalau Adelle sama Rimba ngilang," jawab pemuda itu seadanya.

Ketiga teman Isamu mengernyit. "Hah? Gimana bisa?"

Sekarang keempatnya menatap penuh tanda tanya pada empat orang lainnya.

Salah seorang dari gadis itu menggeleng. "Kami gak tau. Sejak kami pulang, Adelle sama sekali gak kelihatan. Bahkan sampai detik ini, dia benar-benar gak pulang, Adelle sama sekali gak ngasih kabar."

"Gimana mungkin, padahal gue jelas-jelas liat Adelle balik ke asrama," monolog Isamu.

"Rimba juga, waktu dia diseret penjaga, dia sama sekali gak balik ke asrama. Ponselnya dihancurin sama Kepsek, dia sama sekali gak bisa dihubungi, kami cemasnya Rimba diapa-apain sama penjaga," ujar salah satu pemuda di sana.

Isamu tampak berpikir, ini aneh. Bagaimana mungkin dua murid menghilang secara bersamaan? Lagipula, kemana mereka bisa menghilang? Mereka tidak akan bisa keluar dari area Lingga Baganti karena gerbangnya benar-benar dijaga ketat. Dan tidak mungkin juga penjaga melepaskan dua orang itu begitu saja.

Lingga BagantiWhere stories live. Discover now