Lingga Baganti, 37

617 90 0
                                    

Sudah hampir tipis buku itu, hampir semua halamannya telah mereka baca, dan tidak ada nama seorang murid bernama Daniel Ogawa di sana. Para OSIS sudah mulai jenuh, buku tebal itu dibalik sendirian oleh Isamu, dengan Saddam yang senantiasa memperhatikan.

Daniel di luar sana masih setia pada posisinya, ia menatap mereka di dalam sana yang sepertinya hampir putus asa. Bertanya kepada hati sendiri, apa kesalahannya di masa lalu sampai takdirnya harus dibuat seperti ini? Karma apa yang telah menimpanya?

Hingga satu halaman terakhir, Isamu menghela napas lelah. Ia frustasi, pencarian mereka nihil. Sudah habis para murid di sana, tapi nama Daniel Ogawa belum juga ditemukan. Apa Daniel benar-benar pernah bersekolah di Lingga Baganti?

Isamu ingin menutup buku itu. "Saddam—"

"Tunggu—" Saddam mengambil alih buku tebal itu, membalik ke halaman terakhir yang tadi diyakini Isamu kosong. "—masih ada satu halaman lagi."

Ketika halaman terakhir itu dibalik, Saddam mematung di tempat, Isamu yang tadinya lelah kembali menegakkan kepala ketika melihat dengan jelas, ada satu murid lagi di halaman terakhir.

Rambut pirangnya, kulit putihnya, senyuman bahagianya, tertulis jelas di sana.

Ogawa Daniel.
1849
Tak ditemukan.

"Guys."

Para OSIS itu bangkit, arah mata Isamu mengisyaratkan mereka untuk melihat sendiri. Ketua OSIS itu kembali dikerubungi, ke delapannya menutup mulut tak percaya.

Itu ... Daniel. Benar-benar Daniel Ogawa.

Sekarang mereka melihat wajah asli urban legend terkenal itu, wajah yang terlihat sangat bahagia, wajahnya sangat tampan, tidak terlihat seperti dia adalah arwah gentayangan yang menjadi masalah besar bagi Lingga Baganti sekarang.

Saddam mengusap wajahnya, ia menatap Daniel di luar, pemuda itu mengangguk dengan tatapan bahagia kepada Daniel.

"Daniel Ogawa, kamu ditemukan."

Saddam berucap sebelum rasa pusing menghantam tepat di kepalanya, bagaimana sebuah batu seberat gajah yang tengah menghimpit dadanya, napasnya sangat sesak. Ia bertahan beberapa detik sebelum tubuh itu terkulai di sebelah Isamu membuat pekikan para OSIS, terkejut melihat Saddam telah kehilangan kesadaran.

★★★

Terbukanya mata Saddam membuat Hikaru menghela napas lega, pemuda itu perlahan mendudukkan tubuhnya membuat atensi para OSIS yang tengah menunggu dirinya siuman segera mendekat.

Hikaru memberikan kacamata Saddam yang tadi sempat dibuka ketika ia pingsan.

Pemuda itu menoleh, memperhatikan semua orang di hadapannya dan mengernyit.

"Di mana Daniel?"

Entah karena efek baru siuman atau memang pemuda berkacamata itu yang tidak ingat, bagaimana mungkin ia mengajukan pertanyaan itu pada para OSIS di sana yang jelas-jelas tidak bisa melihat Si pirang.

"Gatau, di toilet kali." Itu kalimat satir yang keluar dari mulut Kaivan.

Saddam hanya diam menanggapi, ia salah, pikirannya sedikit blank, bahkan sedari awal dia melangkahkan kaki di gudang itu.

Saddam merotasikan pandangannya, netranya menatap Daniel yang tengah berdiri menghadap jendela di samping pintu. Saddam tahu apa yang pemuda itu rasakan, maka ia pun berdiri bermaksud ingin masuk kembali ke dalam gudang sebelum dihentikan oleh Isamu.

"Mau apa?"

"Nyari informasi yang lebih detail tentang Daniel."

"Tunggu."

Lingga BagantiHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin