Lingga Baganti- 10

845 104 3
                                    

"Guys, lihat apa yang gue bawa."

Pada individu yang tadinya tengah melakukan pemanasan menoleh ke arah sumber suara.

Seorang siswi mendekat ke arah mereka sembari memamerkan apa yang ia bawa di tangannya.

"Woah, lilin aroma!"

Semuanya berdiri, melihat lilin putih dalam sebuah gelas kaca yang dipamerkan oleh gadis itu.

Salah seorang di antara mereka mencium lilin itu, tapi ia mengernyit ketika menghirup aroma yang dikeluarkan oleh lilin tersebut.

"Kenapa aromanya gak wangi sih?"

"Ini lilin yang disuling dengan mawar putih, aromanya lebih dominan ke mawar putih, jadi gak begitu wangi. Hikaru, gue denger Lo suka lilin aroma kan? Gimana kalo untuk pendinginan kita nyalain?"

Hikaru yang juga berdiri di sana mendekat, menghirup aroma yang dikeluarkan oleh lilin itu. Ia tersenyum lalu mengangguk.

"Ide bagus, gue udah lama gak nyalain lilin aroma. Di mana Lo dapet?" tanyanya.

"Gue di kasih sama tetangga yang baru pulang dari luar kota," jawab gadis itu yang mendapat anggukan dari semua orang di sana.

"Yaudah, kalo gitu mending kita lanjut pemanasan dan latihannya," ujar Hikaru yang langsung dilaksanakan oleh semua individu di sana.

Ini adalah Klub Bela Diri khusus wanita, jadi memang hanya ada para siswi di sini. Sedangkan untuk Klub Bela Diri khusus pria, tepat berada di sebelah ruangan mereka.

Karena khusus untuk wanita, tentu jumlah anggotanya berbeda jauh dengan Klub di sebelah. Tidak banyak dari pada siswi yang meminati bela diri, jadi mungkin jumlah anggota klub hanya belasan orang saja.

Hikaru adalah salah satu dari anggota Klub ini, dan juga, Hikaru yang paling menonjol karena ia juga telah mempunyai basic bela diri sebelum bergabung dengan Klub. Mereka semua di sini sudah seperti keluarga, mereka berlatih bersama dan juga merupakan satu dalam kelompok sosial.

Setelah beberapa waktu melakukan latihan, melakukan tendangan, pukulan dan cara bertahan, mereka akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Gadis yang tadi membawa lilin aroma segera mengambil lilinnya dan meletakkan benda itu di tengah-tengah individu yang duduk membentuk lingkaran.

Setelah menyalakannya, mereka mulai melakukan pendinginan seadanya.

Gadis yang membawa lilin aroma itu bernama Pharita, ia menghela napas lelah.

"Andai aja Lingga Baganti berpartisipasi dalam festival tahunan itu, gue pengen banget ikut sebagai perwakilan bela diri," ujarnya membuat anggota yang lain menoleh.

Seseorang di sana terkekeh. "Menurut gue sih, sekolah akan ngirim Hikaru sebagai perwakilan kalau Lingga Baganti benar-benar ikut."

Yang lain mengangguk. "Iya, Lo bagus, tapi cara bertahan Lo masih kurang dan tendangan Lo masih belum kuat. Hikaru benar-benar udah sempurna, dia bakal dikirim kalau kita benar-benar ikut."

Semuanya hanya terkekeh, membiarkan ucapan mereka mematahkan semangat Pharita.

Dalam kelompok sosial, ada beberapa hal yang membuat individu membentuk sebuah kelompok. Mungkin beberapa dari mereka mengira bahwa hubungan ini murni karena saling membutuhkan, tapi bagaimana salah satunya menganggap kelompok yang terbentuk murni hubungan sepihak?

Pharita menunduk, ia lebih memilih diam mendengarkan individu yang lain membahas hal-hal random. Matanya mengarah pada Hikaru yang tersenyum di sana menanggapi obrolan salah satu dari mereka.

Gadis itu benar-benar sempurna tanpa celah. Berbicara tentang anak emas dan serbuk berlian, mereka semua memang merupakan serbuk berlian di keluarga masing-masing. Tidak ada individu yang berkekurangan di Lingga Baganti. Tapi tetap saja dalam kelompok sosial, kecemburuan sosial tidak bisa dihindari.

Hikaru cantik, dia disukai banyak orang karena kemampuan bela dirinya. Belum lagi fakta bahwa dia adalah anggota organisasi siswa dan sangat dekat dengan guru. Hikaru juga pandai berteman, dia ramah dan sangat baik, bahkan juga sangat akrab dengan anggota klub bela diri di sebelah yang notabenenya adalah laki-laki.

Pharita terkadang iri dengan temannya itu, tapi ia mencoba baik karena Hikaru juga tidak mempunyai masalah dengannya. Mereka juga berada di kelompok yang sama, ia harus bisa memahami satu sama lain.

Tapi jika hanya dia sendiri yang bisa memahami, sedangkan anggota yang lain selalu mematahkan semangatnya, itu membuatnya terkadang kesal dan berkecil hati. Kecemburuan sosial itu wajar, dan Pharita sangat ingin menjadi Hikaru yang sempurna.

Seluruh pasang mata menatap ketika Hikaru tiba-tiba berdiri.

"Gue mau ngambil ponsel di loker," ujarnya lalu segera masuk ke dalam ruangan di mana mereka menyimpan barang-barang.

Seorang individu di sana menghela napas setelah Hikaru berlalu.

"Beruntung banget Hikaru bisa bawa ponsel, gue juga pengen bawa ponsel."

Pharita hanya melihat temannya itu, fokusnya memperhatikan lilin aroma di depan mereka dengan lamat, ingin menghirup lebih banyak aroma dari sana.

★★★

Hikaru baru saja keluar dari ruangan loker setelah mengambil ponselnya, tapi keributan di depannya membuat tubuh Hikaru berdiri mematung.

Di sana, Pharita terlihat menyerang anggota yang lain, semua orang berteriak histeris ketika Pharita mengeluarkan tendangannya.

Hikaru berlari mendekat, meskipun ia tidak tahu apa yang terjadi, sebagai OSIS ia harus memisahkan perkelahian itu.

Ketika tangannya bergerak mengunci pergerakan Pharita, Hikaru dapat merasakan tubuh gadis itu sangat panas dan ia jauh lebih kuat dari sebelumnya. Pharita menatap padanya, sangat sendu, jelas sekali bahwa gadis itu tengah menangis.

"Ada apa? Kenapa Lo nyerang mereka?"

Pharita tertawa menanggapi ucapan Hikaru, membuat gadis itu mengernyit. Kenapa Pharita bertingkah aneh?

Pharita menunjuk para individu yang telah saling memeluk ketakutan menatapnya. "Hati mereka kotor, kasihan anak ini, mereka juga iri dengki kepadamu."

Hikaru mengernyit, ucapan Pharita lebih aneh dari tingkahnya. Ia mengalihkan pandangan pada siswi yang lain bermaksud meminta penjelasan atas apa yang terjadi.

"Hikaru, setelah Lo masuk ke ruangan loker, Pharita mulai diam dan bengong."

Yang lain mengangguk. "Tiba-tiba ada angin panas yang datang, lilin itu padam dan Pharita ketawa-tawa sendiri."

"Dia kerasukan Hikaru! Dia ketawa, nangis, terus ngamuk nyerang kita semua!"

Hikaru terdiam, ia menatap Pharita dalam kunciannya yang tengah menangis. Apa itu kembali? Apa peristiwa kemarin terulang lagi?

Kerasukan kembali?

Apa peristiwanya mirip dengan Paris? Kenapa Lingga Baganti menjadi seperti ini? Hikaru menatap sendu pada Pharita, ia tidak tahu apa-apa sekarang, kenapa harus gadis itu.

Tangannya meraih ponsel, mencoba menghubungi Isamu agar para OSIS segera datang ke tempat ini. Hikaru rasa ia tidak sanggup menahan lebih lama lagi Pharita, gadis itu berkali-kali lebih kuat dari biasanya. Sekarang Hikaru hanya berharap para OSIS segera datang.

Lingga BagantiWhere stories live. Discover now