Oceana's | 7

663 89 6
                                    

"Ian!"

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Ian!"

"Ian!"

"Ian!

Rian bangun dengan nafas terengah-engah. dia menatap langit-langit kamar dengan ekpresi lega, kembali Rian bermimpi hal yang sama selama bertahun-tahun.

Di dalam mimpinya, Rian melihat seseorang memanggilnya. Bukan dengan nama Rian, namun Ian. Dan anehnya, di dalam mimpi Rian merasa nama itu adalah namanya. Terlebih lagi suara orang yang memanggilnya, seperti membawa Rian Dejavu. Rian tidak pernah melihat dengan jelas wajah orang yang terus memanggilnya dengan nama Ian. Namun bisa Rian pastikan dari suaranya, dia seorang perempuan.

Saat baru bangun tidur, Rian dikejutkan dengan cahaya terang di kamarnya, dia pikir itu adalah sinar matahari, ternyata bukan. Cahaya terang tersebut berasal dari batu kristal yang dia temukan dua hari lalu di kasti.

Sejak awal Rian bisa merasakan sesuatu yang aneh dari batu itu. Batu itu seperti memiliki mana yang besar, entah itu adalah batu sihir atau bukan.

Pintu kamarnya di ketok dengan keras beberapa kali, Rian mendengar suara Edgar yang berteriak di depan kamarnya.

"Rian! Woi! Rian!" teriak Edgar sembari menggedor pintu kamar Rian.

Rian segera membukakan pintu untuk Edgar. Setelah dibukakan, tanpa basa-basi Edgar langsung masuk kedalam kamar Rian.

"Liat ini!" Edgar menunjuk batu kristal yang dia temukan juga di kastil Gwenalyne.

"Bersinar! Ajaib bukan!" seru Edgar. Edgar kemudian baru menyadari batu kristal milik Rian juga bersinar.

"Wow! Amazing! Pasti batu ini batu berharga!" ujar Edgar dengan mata berbinar-binar.

"Bisa juga itu akan berbahaya bagi kita." Rian terlihat serius saat ini.

"Lebih baik kita beritahu paman dan bibi, mungkin mereka tau tentang batu ini," sambung Rian.

Rian mengambil batu kristal miliknya yang ada di atas meja, dia berniat pergi menemui orang tua Edgar yang tidak lain juga paman dan bibinya. Edgar menurut pada Rian, dia juga tidak ada niat untuk menyembunyikan batu ajaib yang mereka temukan.

Orang tua Edgar mengamati setiap inci batu kristal tersebut. Cukup lama mereka mengamatinya.

"Ini menakjubkan. Kami baru pertama kali melihatnya, dari mana kalian mendapatkannya?" tanya Lona, ibu Edgar.

Edgar dan Rian saling menatap satu sama lain.

"Itu kami temukan di kastil Gwenalyne," jawab Edgar ragu-ragu. Dia takut akan di marahi oleh ibunya, karena sejak awal kastil Gwenalyne dilarang untuk dikunjungi karena insiden beberapa tahun lalu.

"Apa?!" Ayah dan ibu Edgar terkejut, mereka menatap tajam Edgar dan Rian.

"Kalian pergi ke sana meskipun tau tempat itu berbahaya?!" Lona terlihat sangat marah dan kecewa pada anaknya dan keponakannya itu.

Oceana's Onde histórias criam vida. Descubra agora