Oceana's | 12

600 71 1
                                    

Esok harinya di Academy

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Esok harinya di Academy....

Edgar membicarakan tentang berita yang sedang hangat-hangatnya di dunia asal Rhea.

"Apa kau tau berita itu?" ujar Edgar memulai perbincangan.

Rhea langsung menatap lekat kedua mata Edgar. "Aku tahu apa yang jatuh itu," ucap Rhea.

Keheningan sesaat terjadi diantara mereka berdua. Edgar sedikit tidak percaya, dia meragukan pengakuan Rhea itu.

"Jadi apakah benar itu adalah alien?" tanya Edgar memastikannya.

Rhea memejamkan matanya sebentar sembari berpikir. Lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"Entahlah."

Mendengar jawaban Rhea tentu saja membuat Edgar sedikit kesal. Awalnya Rhea mengaku bahwa tahu apa yang jatuh itu sehingga menimbulkan lubang yang sangat besar.

"Kau ini!" Edgar menghela nafas panjang dan tidak melanjutkan kalimatnya.

Rhea berpikir jika lebih baik baginya untuk menyembunyikan hal ini dari siapapun itu termasuk temannya sendiri Edgar.

"Eh, tapi Rhea..." Rhea menoleh dan menatap Edgar untuk mendengarkan apa yang ingin dia katakan.

"Apa?" balas Rhea.

"Ngomong-ngomong apakah kau mengecat alis dan bulu mata mu?" ujar Edgar.

Rhea sedikit bingung dengan maksud perkataan Edgar tersebut.

"Ap-apa maksud mu?" tanya Rhea.

"Iya itu, bulu mata serta alis mu berwarna putih." Setelah mendengar pernyataan Edgar, Rhea terlihat sangat terkejut dia kemudian berlari masuk ke kastil Academy, tepatnya menuju kamar mandi.

Rhea bercermin di sana. Dan benar saja, alis serta bulu matanya berwarna putih. Tadi pagi dirinya lupa membuat alis serta mewarnai bulu matanya.

Untung saja dia selalu membawa pensil alis dan maskara. Seharusnya saat ini dia harus melakukan lash tint, agar bulu matanya kembali berwarna hitam.

Meskipun mendapatkan perlakuan baik di academy, serta teman-teman yang tidak pernah mengganggunya, tetap saja Rhea merasa canggung dan tidak cukup berani untuk berpenampilan asli.

Rhea diam sembari menatap cermin kamar mandi. Dia memegang rambut panjangnya, sembari berkata, "entah sampai kapan aku tidak percaya diri dengan penampilan asliku."

"Sejujurnya aku cukup rindu dengan rambut putih ku," lanjutnya berkata sendiri.

Rhea harus menyembunyikan penampilan aslinya, karena masih trauma dengan masa sekolahnya dulu. Dari SD sampai SMA, Rhea selalu di runding karena albino, bagi teman-temannya dia itu aneh.

Nenek-nenek, ubanan, aneh, semua ejekan itu sudah pernah Rhea dengar.

"Sekarang bukan saatnya aku meratapi nasib ku." Rhea menatap pantulan dirinya di cermin dan menyemangati dirinya sendiri.

Oceana's Where stories live. Discover now